"Ragil...Ragil...dimana kamu Nak?" teriak seorang ibu.
Sambil terisak dia memanggil-manggil nama anaknya. Yang lain pun ikut memanggil-manggil namanya.
"Gil...Ragil.."
Sementara itu Ragil bersembunyi disemak-semak sambil terisak. Tak memperdulikan orang-orang yang mencarinya. Perasaan benci terhadap ayahnnya sudah sedemikian dalam. Dalam hatinya dia berikrar bahwa dia akan membalas perlakuan ayahnya selama ini yang membuat dia mengalami kejadian-kejadian buruk yang menghancurkan masa depannya. Lalu dia teringat Bayu, adiknya.
Bagaimana perasaan adiknya sekarang. apakah dia merasa kesepian karena harus menghabiskan akhir pekan sendirian? Akhir pekan harusnya dihabiskan dengan bahagia bersama adiknya yang tomboy itu. Hanya kepada adiknya lah dia bisa mencurahkan segala rasa. Dia mengingat-ingat hal-hal indah bersama adiknya hingga terlelap.
"Kak bangun Kak." dengan mata terpicing dia menggosok kedua matanya dan dia melihat sosok anak yang mungkin sebaya atau atau lebih muda. Dia mengedarkan pandangan ke sekeliling dan dia baru menyadari bahwa semalaman dia tertidur di semak ini.
"Kakak ngapain disini?" tanya bocah itu.
Dengan gelagapan Ragil menjawab, "aku..aku.." katanya tak menemukan jawaban.
"Terus kamu ngapain disini?" tanya Ragil.
Dengan mulut bersungut-sungut dia menjawab.
"Aku kabur." Katanya sambil menunduk.
"Kabur?" tanya Ragil kaget.
"Iya, aku kabur karena males di omelin mulu sama bibiku. Terus tadi malem dia mau mukul aku pake centong, padahal kan aku cuma mengambil sedikit kue tar ulang tahun Si Riki, sepupu aku. Tapi aku masih nyimpen sedikit. Nih, kakak pasti laper." katanya sambil menyodorkan potongan kue tar yang dibungkus kertas nasi.
Karena lapar, Ragil langsung mengambil dan memakanya dengan rakus. Bocah itupun tertawa melihatnya.
****
Sepulang sekolah, aku berjalan menuju tempat dimana motorku diparkirkan. Hari ini aku bermaksud pergi ke rumah Bayu. Dan ketika aku keluar dari gerbang, aku melihat Ragil berjalan sendirian. Aku penasaran apa yang terjadi antara Ragil dan Pak Unsur, ayahnya. Dan aku berniat menanyakan padanya apa yang terjadi sebenarnya.
"Kak, mau pulang?" tanyaku ramah. "Bareng yuk!" ajakku.
Dia senyum malu-malu dan melihat sekeliling.
"Mm...boleh.." katanya sambil naik ke motor vespa bututku.
Aku mulai meninggalkan sekolah dengan kecepatan yang mampu dicapai sebuah vespa butut. Perlahan-lahan dia melingkarkan tangannya ke pinggangku. Sempat terpikir olehku untuk melarangnya, tapi dia pasti akan beralasan hanya untuk pegangan saja, takut jatuh. Aku semakin yakin kalau dia memang... jeruk. Dan kalau aku ingat setiap kali aku menyebut Bayu, aku melihat perubahan mencolok di mukanya.
Apakah itu berarti dia cemburu? Gak tau lah.
Kadang aku merasa heran sama mereka yang memiliki disorientasi seksual. Mereka sebenarnya tau kodrat, tahu azabnya, dan jelas-jelas di semua agama dilarang. Tapi kok?
Huft. Tapi biarlah, disorientasi seksual adalah hakasasi manusia, sesuatu yang bisa menjadi pilihan meski terkadang hal itu adalahfaktor komposisi gen dan tak bisa kita tolak. Tapi yang membuat aku merasabingung, kenapa ia bisa menyukaiku? Aku adalah anak yang biasa saja. Kulitkucoklat, rambutku plontos dan tubuhku kerempeng. Masih banyak anak-anak lainyang jauh lebih keren dari aku.
"Mau langsung balik apa mampir dulu kemana?" tanyanya mencoba membukapercakapan.
Itu pertanyaan atau ajakan? Hmm, aku bisa introgasi dia sambil jalan, tapikurang enak ah. Kalau mampir dulu ke warung es goyobod sebentar, rasanya gaksalah juga. Lagian akunya juga emang lagi haus sangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Monkey
Teen Fiction"Aku bakal inget saat ini. Aku dan kamu menanam pohon ini. Aku janji aku bakal rawat pohon cinta ini. Aku bakal datang kesini kalo sempet. Gak bakal aku biarin rumput-rumput mengganggu pohon ini karena pohon cinta ini adalah saksi kalo aku sayang sa...