Warung Nangka, 17.00 wib
Aku masih duduk di kursi kayu warung nangka dengan dua botol teh botol (????) kosong. Ya, aku sedang menunggu Ragil pulang. Entah apa dan gimana Uji Kompetensinya, tapi yang pasti aku mulai gelisah. Dari tadi SMSku belum dibalas sama Ragil. Jangan-jangan dia udah pulang? Ah, masa iya...apa aku masuk aja ke dalem, nyari di ke bengkel? Tapi kalau ada orang yang liat terus curiga gimana?
'Ah, daripada duduk gak jelas, mending masuk aja,' pikirku.
Aku lantas segera membayar dan langsung berjalan kesekolah, motor kutaruh disini, lagipula siapa yang mau nyolong si beng beng, kenakutuk ntar.
Aku melenggang masuk dan kulihat satpam masih asik ngobrol dengan siswa tingkatdua yang sedang melihat juniornya latihan baris-berbaris.
"Kok balik lagi Bob?" tanya pak satpam. Aku memang cukup akrab dengan satpamsekolah karena pernah tinggal di kantin, walaupun cuma dua hari, dan dua malamitu aku ikut patroli di sekolah malam menemani satpam.
"Iya beh, ada yang ketinggalan di bengkel." kataku berbohong.
Aku memang memanggil satpam dengan panggilan Babeh. Awalnya aku saja yangmanggil seperti itu. Tapi lama kelamaan yang lain mengikutiku memanggilnyaBabeh. Ada Babeh irod, babeh siro, dan babeh mahmut.
Aku lantas berjalan melewati lapangan basket lalu lewat ke sekre Paskibra.Kulihat ada yang sedang duduk di dalam sekre.
"Punten kang, teh. Kang Ragilnya ngelatih gak hari ini?"
"Kang Ragil yah? Udah enggak atuh. Kayaknya mah yah, di bengkel. Da tadi waktuaku ke si mbok (yang punya kantin bengkel) teh lab listrik-elektro teh masihrame. "jawab si teteh.
"Oh..makasih teh yah. Mangga teh, kang dikantun." kataku lalu segera menuju kebengkel listrik-elektro. (dikantun = ditinggal dulu, duluan)
Aku lantas masuk ke bengkel dan baru masuk aku melihat ada poster-poster berisipengetahuan umum seperti proses pembuatan PCB, rangkaian-rangkaian sederhana,irisan alat elektronik yang memperlihatkan komponen dalamnya, dan beberapaposter lain yang terlihat cukup usang.Mungkin dibikin sejak sekolah baru inidibuat. Ada pula poster tentang himbauan penggunaan gas freon, CFC dansejenisnya yang ada hubungannya dengan pengrusakan lapisan ozon.
"Nyariin siapa?" tanya seseorang mengagetkanku."Emm..kang Ragil kang."
"Oh..dia lagi beresin tool kit.."
"Oh..hatur nuhun kang.."
Aku lantas menuju ke ruang Motor (salah satu ruangan di bengkel ini) dankulihat Ragil masih merapikan tool kit-nya. Tapi kuperhatikan wajahnya kuyusekali. Lalu kuhampiri dia.
"Ehm.."
Dia menoleh dan sedikit kaget.
"Boby.."
"Bukan, gak pernah nonton tipi yah? Aku kan Irwansyah.."
"Hehehe dasor ih. Ngapain kesini?"
"Coba tebak, ngapain aku kesini?"
Dia cuma tersenyum. Lalu memasukkan tool kit-nya ke lemari. Dia ambil tasnyadan kulihat dia membuka tas kecilnya dan mengambil hape.
"Aduh, maaf Bob, tadi hape aku ditaruh di tas, aku silent juga..maaf ya.."
"Gapapa kok..cuman aku tekor tau.."
"Hehehe.."
"Yaudah, yuk."
Lalu kami berdua segera meninggalkan bengkel. Dia masih terlihat murung.Mungkin ini ada kaitannya sama uji kompetensi tadi.
"Kok manyun?"
Dia melihatku sebentar.
"Gatau. Padahal tadi ujikom-nya gampang. Cuma bikin sequence flip flop samainterlock doang..tapi masa gagal mulu.."
"Kayak lampu cerdas cermat gitu kan, yang kalo satu udah ditekan terus nyala,yang lain gak bisa nyala kan? kok bisa?"
"Gatau. Tapi pas tadi ngerangkai sih, perasaan aku gak enak."
Aku mengantisipasi. Gak enak?
"Perasaan aku kayak ada sesuatu yang..gimana ya, susah jelasinnya. Yang pastiaku kepikiran kamu terus tau.."
Deg. Aku langsung diam. Apa dia tahu aku tadi jalan sama Bayu? Gak mungkin ah,tadi kami gak kepergok sama orang yang dikenal kok. Atau mungkin, feeling orangyang sedang jatuh cinta itu kuat?
"Beh, balik dulu.."
"Yo."
"Yaudah, ntar malem mah mesti belajar lagi ya. "
"Bob?"
"Apa?"
"Ntar malem aku nginep di kostan kamu ya?"
"Jangan...kan waktu itu Didit—" kataku dan tak ku selesaikan. Aku yakin diatahu.
Dia langsung diam. Dan langsung menunduk. Kurangkul pundaknya dan dia menatapkukuyu."Kenapa?"
"Aku..."
"..."
"Aku pengen sama kamu terus...aku gak bisa konsen belajar..." katanya pelan.
"Gil...aku ngerti kok. Tapi please, kamu jangan jadi kayak gini.."
Dia hanya menunduk. Aku lalu naik ke vespaku setelah sampai di warung nangka.Dia lalu naik ke jok belakangku. Aku melajukan motorku dan aku merasa diamemelukku erat sekali. Aku merasakan getaran cinta darinya. Dan aku merasabersalah karena telah mengkhianati dia. Tapi aku bingung dengan perasaankusendiri.
Aku nyaman dengan Ragil dan sedikit demi sedikit rasa sayang ini mulaitumbuh. Tapi dengan Bayu? Dia adalah cinta monyetku, cinta pertamaku. Dan diaadalah seorang wanita. Tuhan, kenapa jadi rumit begini?
Aku melajukan motorku dan kami masih saja terdiam. Aku bingung harus bicara apasekarang. sepanjang perjalanan kami hanya bicara dalam diam. Aku tahupikirannya berkecamuk. Mungkin dia sudah memikirkan bagaimana hubungan inisetelah dia lulus. Masih lama memang, tapi toh waktu berjalan tak sepertikura-kura.
Sekarang aku sudah sampai di depan rumahnya.
"Gil, udah sampai." kataku mengingatkannya. Tapi dia masih saja diam sambilmemelukku erat, semakin erat, tak mau turun.
"Gil..."
Dia lalu melepas pelukannya dan aku kaget karena ternyata dia menangis. Dialalu mengusap air matanya.
"Kamu kenapa Gil?"
"Aku belum siap Bob."
"Belum siap apa?"
"Aku belum siap buat pisah sama kamu.."
"Ma..maksud kamu apa?"
"Aku masih belum siap kehilangan kamu..aku tahu ini aneh, tapi..."
"Ssttt..jangan dibahas ya."
"Aku gak naif Bob, aku gak ngarepin kita bisa hidup bersama sampei kakek-kakek.Tapi buat pisah sekarang, aku masih belum siap..aku sayang kamu, aku..." katadia dan nadanya mulai meninggi. Aku memandangnya kuyu. Entahlah, dia tampakrapuh sekarang.
"Gil..aku gak bakal maafin diri aku sekarang kalo nilai kamu ancur. Sekarangkamu masuk, mandi, makan, istirahat, belajar, okey?"
Dia hanya tersenyum. Aneh, kenapa dia tersenyum?
Dia lalu turun dan segera membuka pintu pagar lalu masuk dan kembalimenutupnya.
"Aku seneng, meski kita gak ada panggilan sayang, tapi dengan kamu manggilaku-kamu, bukan elo, itu udah lebih dari cukup." Katanya lalu masuk kerumahnya.
Aku hanya bengong mendengarnya. Benarkah, senaif itu? Se lugas itukah harapankamu? Tidakkah itu terlalu sederhana? Aku tercenung mendengarnya.
Maaf Gil,maaf. Aku masih belum siap.
Aku masih memandang pintu rumahnya dengan lirih. Dan ketika ku nyalakan motorku,kulihat ke jendela atas, Bayu memandangku lirih.
****TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Monkey
Teen Fiction"Aku bakal inget saat ini. Aku dan kamu menanam pohon ini. Aku janji aku bakal rawat pohon cinta ini. Aku bakal datang kesini kalo sempet. Gak bakal aku biarin rumput-rumput mengganggu pohon ini karena pohon cinta ini adalah saksi kalo aku sayang sa...