Ragil POV
Rumah Makan Chiko Ampera, 19.30
Aku memandangi bocah yang menggunakan kalung gading itu. Yap, aku dan Boby sekarang sedang di Rumah Makan Chiko Ampera, di pengkolan Garut. (sekarang sudah berubah jadi apotek). Menu spesial disini adalah Ayam bakarnya yang sudah terkenal sekali. Yap, aku mengajaknya kesini karena hari ini adalah hari ulang tahunnya.
"Gak makan lo?" katanya sambil mencuil sambel dengan potongan mentimun.
Aku cuma tersenyum saja melihatnya. Melihat orang yang kita sayangi, walaupun makan seperti orang kesetanan, tetap saja gak mengurangi rasa sayang itu. Tapi kenapa aku gak pernah berani terus terang bilang suka sama dia? Bukankah dulu bocah itu pernah menciumku?
"Bob..."
"Heh?"
"Kalung gading itu..."
Dia lalu melirik ke arahku.
"Apa?"
"Kalungnya bagus."
"Iya dong."
"Buat aku ya?"
"Jangan..."
"Kenapa?"
"Karena ini bukan pemberian orang yang sembarangan."
Aku dilanda rasa senang yang teramat.
"Bagus deh kalungnya." Pujiku.
"Iya lah." Katanya singkat sambil memasukan lagi potongan ayam bakarnya.
"Emang itu dikasih siapa?" tanyaku pura-pura gak tau.
"Ada deh...itu dimakan gak?"
"Dasar rewog. Nih atuh." kataku sambil menyodorkan piringku. (Dasar rakus. Nih)
Ah...aku bahagia sekali. Aku merasa jadi orang paling bahagia. Akhirnya aku bisa bersamanya sekarang.
***
Boby POV
Satu hal yang kusadari, semakin hari aku semakin semakin dekat dengan Ragil, dan Bayu semakin menjauh dariku. Hampir setiap hari dia main ke kostku. Kadang ditemani Cece dan Hilceu. Dan kulihat sekarang, Didit mulai akrab dengan dedengkot Cumi Girlz itu.
Aku gak tahu, mereka sudah tau apa belum kalo aku sama Ragil itu punya ikatan. Tapi aku dan Ragil sudah berkomitmen untuk menutupinya dan berusaha bersikap biasa. Selain Tuhan, hanya kami berdua dan juga Bayu yang tahu.
Suatu hari aku gak masuk sekolah karena sakit. Mungkin karena terlalu kecapean. Mengetahui bahwa aku gak masuk sekolah, Ragil datang ke kostku jam 9 pagi.
"Kok kesini? Ini kan masih jam pelajaran?" kataku setengah melotot waktu dia datang.
Dia hanya diam tak menjawab lalu keluar. Tak lama dia kembali lagi sambil membawa baskom kecil berisi air dan handuk.
"Gil...lo bolos?" tanyaku lagi.
Dia hanya diam sambil memeras handuk untuk mengompresku.
"Gil.."
"Udah, jangan banyak protes dulu...kamu kan lagi sakit..." katanya sambil mengompres dahiku.
"Gil.." kataku sambil membuang handuk itu.
Dia tersentak kaget.
"Gua gak mau lo bolos demi gua."
Dia hanya diam.
"Maaf..aku cuma.." katanya. Dia tampak mulai berkaca-kaca.
"Gua tau lo khawatir. Tapi gua gak mau karna lo khawatirin gua, lo malah kena masalah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Monkey
Jugendliteratur"Aku bakal inget saat ini. Aku dan kamu menanam pohon ini. Aku janji aku bakal rawat pohon cinta ini. Aku bakal datang kesini kalo sempet. Gak bakal aku biarin rumput-rumput mengganggu pohon ini karena pohon cinta ini adalah saksi kalo aku sayang sa...