Boby Pov
Aku masih melajukan motornya sambil lirik kanan kiri. Aku gak tahu sekarang ada dimana, karena Ragil yang menyetirku. Belok kanan Bob...kiri Bob..lurus aja..hadeh.
Aku lantas membelokkan motor matic miliknya dan aku melihat ada BSI.
"Nah ini jalan ahmad yani. Ntar belok kanan ke jalan cimuncang."
"Kemana lagi nih?" tanyaku lagi.
"Kiri. Jalan phh mustofa. Lurus terus, ntar di perempatan pahlawan ada pasar cicadas, belok kanan, lewat Universitas Widyatama."
"Nah ini SMK 5 Bandung. Toko kue JNC." katanya lagi
Dan kulihat ada plang bertuliskan Bojongkoneng.
'Rasanya nama itu cukup familiar,' pikirku.
"Ini Bojongkoneng?"
"Yap. Tau?"
"Bukannya ini tempat latihan TNI?"
"Dulu sih iya."
"Masih jauh tempatnya?"
"Lumayan, palingan dua jam lagi," jawabnya sambil memeluk pinggangku lebih erat.
"Huaa...bobo dulu ah.."
"Hahaha. Bentar lagi atuh Bob."
Hawanya memang semakin dingin. Aku masih melajukan motor dan ketika menemui turunan, Ragil berbisik padaku setengah gemetar karena kedinginan. Memang hawanya lumayan dingin. Pasti karena sekarang kami lagi ada diatas bukit.
"Tuh yang ada lampunya kita masuk. Disitu tempatnya."
Akupun mengikuti instruksinya. Aku lalu masuk ke sebuah resto yang ada di atas bukit. Kuparkirkan motorku dan otomatis mataku menjelajah tempat ini.
Kulihat pohon-pohon tertata dengan rapi dan dihiasi lampu-lampu hias yang tampak seperti tetesan air hujan itu semakin menambah keindahan tempat ini.
"Yuk masuk."
Aku lantas menggosokkan kedua tanganku lalu ikut masuk. Mataku masih beredar mengamati tempat ini. Indah sekali, dan hawa dinginnya benar-benar bikin bergidig.
"Selamat datang di de Tuik akang-akang. Silahkan mau pilih tempat dimana? Di anjungan atau di saung?" kata seorang greater menyambut kami dengan senyum hangatnya.
Aku balas dengan tersenyum dan kulihat ada beberapa buah saung dan didepannya ada anjungan tanpa atap. Di anjungan itu ada beberapa buah meja dan kursi kayu yang mengelilinginya. Dan kesan natural tampak sekali. Si mpunya resto pasti ingin memberikan efek alam dianjungan ini. Tampak sederhana tapi cukup nyaman.
"Anjungan aja Gil. Di situ tuh." kataku sambil menunjuk ke arah anjungan yang letaknya paling pojok, mepet ke pagar.
"Di situ aja kang." kata Ragil.
Lalu kami berdua pun berjalan ke arah meja yang ku tunjuk tadi. Suasananya temaram, hanya ada beberapa buah lampu tapi penerangannya cukup. Aku lantas menuju ke pagar pembatas dan baru sadar bahwa anjungan ini disangga oleh tiang-tiang yang cukup tinggi. Aku pegangan ke pagar dan melihat kota bandung yang terhampar. Lampu-lampu tampak kecil seperti kunang-kunang, berwarna-warni dan tampak indah.
"Inilah Bandung di malam hari." katanya.
"Indah ya Gil. Tapi kamu gak kedinginan Gil?"
"Aku gak pernah ngerasain hawa dingin yang sehangat ini Bob." ujarnya sambil tersenyum manis.
Akupun ikut tersenyum. Ya, hatinya pasti terasa hangat, begitupun hatiku. Aku merasakan damai yang sangat. Bukan karena senyapnya tempat ini, tapi damai karena aku sekarang bersama orang yang kusayang. Orang yang dulu pura-pura kusayang demi seseorang, dan kini orang ini telah memenuhi rongga-rongga dadaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Monkey
Teen Fiction"Aku bakal inget saat ini. Aku dan kamu menanam pohon ini. Aku janji aku bakal rawat pohon cinta ini. Aku bakal datang kesini kalo sempet. Gak bakal aku biarin rumput-rumput mengganggu pohon ini karena pohon cinta ini adalah saksi kalo aku sayang sa...