Boby POV
Keesokan paginya
Aku terbangun dan mendapati posisiku masih rebahan di pahanya sedang dia tertidur dengan posisi masih bersender ke dinding. Tangannya masih memegang rambutku. Aku lalu meraih tangannya dan menaruhnya di atas bantal. Aku bangun, ku tatap wajahnya, damai dan tenang sekali. Ku usap wajahnya, halus sekali dan ternyata dia terbangun. Dia agak kaget waktu sadar bahwa aku sedang menatapnya.
"Udah bangun?" tanya dia sambil tersenyum.
"Udah. Mimpi apa barusan?" tanyaku.
"Kenapa emangnya?" tanya dia dengan alis terangkat.
"Abis, tidur kok sambil senyum-senyum..mimpi apa hayoo?"
"Ada deh.. jam berapa ini?"
"Jam setengah enam." Jawabku.
"Subuh..."
"Buruan wudu dulu..kita sholat" kataku.
"Tunggu ya. Kita berjamaah."
Dia bergegas ke kamar mandi untuk mengambil air wudu. Kami pun lalu sholat berjamaah. karena dia memaksaku jadi imam, dengan berat hati aku menurutinya dan membaca surat paling pendek, karena hanya itu yang kuhafal. Selesai solat, dia lantas mencium tanganku. Akumerasa risih sekali. Dia lebih tua dariku tapi malah mencium tanganku. Tuhan, apakah ini salah?
Kami lalu mengaji dan dia beberapa kali dia membetulkan bacaanku. Salah pelafalan huruf, kebalik panjang pendeknya, dan banyak lagi. Aku jadi merasa malu sendiri.
***
Pengkolan, 11.30 wib
"Dit, balik aja dah...capek nih..kaki gua juga pegel muter-muter dari jam sepuluh." kataku.
Sekolahku memang menerapkan kebijakan kalo guru gak ada. Misal hari ini ada 3 mata pelajaran, dan kebetulan sekali (alhamdulillah yah, sesuatu) gak masuk semua, kami baru diizinkan keluar sekolah jam 10 pagi. Meski ada juga sih yang nekad loncat pagar, lalu nongkrong sambil ngerokok atau sekedar ngobrol menghitung jumlah mobil yang lewat. Tempat nongkrog paling favorit adalah warung nangka.
Warung nangka itu letaknya beberapa puluh meter dari gerbang sekolah, habis belokan dekat bunderan. Ya, karena sekolahku letaknya pas di depan bunderan arah Bandung- Garut- Limbangan, sekolahku dikenal dengan nama STM Bunderan.
Jam pulang sekolah biasanya dipadati oleh siswa yang ngerokok. Aku termasuk anak yang jarang nongkrong, tentu saja tak perlu kuceritakan lagi apa alasannya. Aku juga awalnya bingung kenapa namanya warung nangka. Padahal setahuku pohon yang terlihat disitu adalah pohon mangga. Usut punya usut ternyata dulu sebelum warungnya berekspansi, ada pohon nangka yang besar sekali. Dan sekarang sudah almarhum.
Dan tadi Didit memaksaku mengantarnya ke Pengkolan Garut (kawasan niaga di pusat kota) untuk mencari tabloid Exotica yang beredar tiap hari selasa dan jumat. Setelah berkeliling di pengkolan, dua anak bercelana abu dan kaos oblong (pakai seragam yang menggunakan almamater itu sangat rentan kalo ketemu anak sekolah lain) yang terdiri dari aku dan Didit menyusuri tiap penjual majalah yang ngampar.Target pertama mamang yang jualan di samping Asia Dept. Store
"Mang, aya 'itu' teu?" kata didit setengah berbisik ke si mamang koran. (Mang, ada 'itu' gak?)
"Ah...beak jang tadi. Kurang gesit atuda." katanya berbisik pula. (Waduh, dek. Abis tadi. Kurang gesit sih)
Sekilas terlihat seperti transaksi barang terlarang. (emang terlarang kan, hehehe)
"Oh..nuhun atuh mang nya, jum'at sesakeun hiji." (Oh..makasih mang ya. Ntar hari jum'at sisain ya, satu)
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Monkey
Teen Fiction"Aku bakal inget saat ini. Aku dan kamu menanam pohon ini. Aku janji aku bakal rawat pohon cinta ini. Aku bakal datang kesini kalo sempet. Gak bakal aku biarin rumput-rumput mengganggu pohon ini karena pohon cinta ini adalah saksi kalo aku sayang sa...