Boby POV
Halaman Workshop (bengkel otomotif), 10.00 wib
"Bob, lo lagi kenapa sih, kok dari tadi gua perhatiin manyun mulu..." suara Didit yang cempreng itu mengagetkanku.
"Paan sih? Biasa lah." kataku.
"Duit mulu dipikirin. Gabakal ada habisnya..." katanya lagi.
Aku diam saja.
"Lo diomelin lagi ma bibi lo?"
"Hah?"
"Udah deh...gua udah tau lo." katanya sambil duduk di sebelahku.
"..."
"Yaudah, cerita ke gua, lo butuh duit lagi?" katanya sambil merangkul pundakku.
"Gak..nggak, bosen gua ngerepotin lo mulu." kataku cepat.
"Yaelah elo...kayak ke sapa aja"
"Kadang-kadang gua cape mikirin hidup." dilematis.
"Aih, apa lo kata? Jangan bilang lo bosen hidup." katanya geje
"Paan sih. Geje deh. Gua mau tidur di sekolah aja gimana?"
"Hah?" kaget.
"Kok hah? Gua mau nginep disini kayak si Jajang. Tidur kan bisa di mesjid."
"Makan?"
"Ya kayak si Jajang. Bantuin kantin."
"Gak nggak, gak boleh. Gila aja lo." Katanya sewot.
"Abisnya, bosen gua disindir mulu sama bibi gua. Padahal kalo gua punya duit, termasuk uniko loh, balik bawa makanan, gorengan ato kadang buah-buahan. Tetep aja ketus mulu sama gua." *Uniko = usaha nipu kolot, artinya nipu orang tua kita, minta duit untuk beli buku paket fiktif, duitnya buat jajan.
"Hahaha, sialan. Lo masih bantuin warung kopi Kang Mahmud?" katanya lagi.
"Masih, tapi dia kan sekarang udah kawin, udah ada bininya. Gua nyadar diri dong."
"Oh.."
"Terserah lo sih..tapi kalo lo butuh bantuan, lo tau kan mesti nyari siapa." katanya dengan senyum tipis.
"Sip..hatur nungging ya.." kataku sambil menepuk pundaknya.
"Apaan? Mang mesti nyariin sapa?"
"Elo."
"Idih, lo cariin tuh pak lurah...hahaha..." katanya sambil menjitak kepalaku lalu lari menjauh.
*****
Bel istirahat pun bunyi. Aku langsung berlari ke kantin. Bukan buat nyari makan, tapi mau nemuin bu kantin.
"Ibu...hehehe.."
"Naon deui ieu teh datang-datang ngaburusut..." (apa, datang-datang heboh) *Ngaburusut = benda yang keluar semuanya. Identik dengan orang yang udah gak kuat nahan, pup, pas nyampe toilet, buka celana, dan langsung ngaburusut, huek.
"Ibu, si teteh kamana?"
"Naon kitu?" (Napa gitu)
"Naros wungkul.." (Nanya doang)
"Pasti aya hurang dibalik batok ieu mah.." (Pasti ada udang dibalik batok kelapa ya?)
"Suujon wae ah. Bu, ari si teteh teh sabaraha yuswana?" tanyaku lagi dengan senyum pepsodentku. (suudzon aja nih si ibu. Si teteh tuh umurnya berapa sih bu?)
"25. Naon maneh, bogoh?" jawabnya sekenanya. (25. Napa lo? Suka?)
"Hahaha, ah si ibu mah. Piraku bu ah? Sugan teh si teteh karek 18." (Hahah. Si ibu mah. Masa sih bu? Kirain baru 18)
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Monkey
Teen Fiction"Aku bakal inget saat ini. Aku dan kamu menanam pohon ini. Aku janji aku bakal rawat pohon cinta ini. Aku bakal datang kesini kalo sempet. Gak bakal aku biarin rumput-rumput mengganggu pohon ini karena pohon cinta ini adalah saksi kalo aku sayang sa...