Boby Pov
Keesokan paginya
06.00 wib
"Bob, mau kemana?" tanya dia.
"Udah...ikut aja.."
"Terus kok kita pake training begini?"
"Mau ke kawinan.. udah, ikut aja. Jangan banyak komentar."
Dia lalu diam dan memeluk erat pinggangku. Aku lantas melajukan si beng beng dan akhirnya sampai lah aku di suatu tempat.
"Kerkhoff?" katanya kaget setelah kami sampai di tujuan.
"Yap. Sekali-sekali kita jogging lah, sekalian cuci mata.."
Aku lantas menuntunnya ke gerbang masuk dan membayar retribusi 200 perak. Mungkin karena ini kali pertamanya kesini, dia terlihat cukup excited. Setiap hari minggu memang di kerkhof ada pasar murah. Kalau di Bandung itu mirip di Gasibu.
Orang-orang datang kesini, sebagian besar bukan untuk berolahraga. Tapi untuk cuci mata. Hanya sekedar liat barang-barang murah, menonton acara lelang, atau ikut poco-poco di tengah arena yang dipandu oleh instruktur yang seksi dan cowok kekar yang gemulai yang sebagian besar pengikutnya adalah emak-emak yang sepertinya terobsesi oleh perut ramping setelah 5 kali jebol oleh sang bayi.
Kami lalu berlari-lari kecil mengitari landasan lari. Dia memang harus lebih banyak olahraga biar badannya gerak. dan benar saja, baru juga tiga putaran, dia sudah ngos-ngosan.
"Masa baru segitu udah capek.."
"Haha hah hah..belum kok..ayo lanjut lagi.." katanya sambil ngos-ngosan dan bajunya sudah basah oleh keringat.
"Udah ah. Ntar malah pingsan lagi." Kataku lalu berjalan ke arahnya."Yaudah, pendinginan ya...jalan aja satu puteran. Abis itu kita minggir, liat-lihat barang mumer, murah meriah."
Kami lalu berjalan melintasi landasan lari itu dan sesekali badanku bergoyang karena mendengar musik poco-poco. Dia hanya senyum-senyum melihat tingkahku.
Kami berjalan sambil membicarakan hal-hal lucu. Kami tertawa dan aku dilanda rasa aneh. Ya, aku semakin nyaman dengan Ragil. Dia tak henti-hentinya mengulum senyum. Dan ketika kami sedang asik-asiknya tertawa, dia tiba-tiba berhenti.
"Kenapa?"
"Cokelat-strobery." Katanya.
Cokelat strobery? Bukannya itu film tentang...
Dia lalu menarik tanganku dan menyeretku ke pinggir lintasan. Aku seperti kerbau dicocok hidungnya. Dan aku baru sadar dia menarikku ke stand yang menjual buah-buahan yang ditusuk seperti sate dan disiramkan coklat. Aku melihatnya dan dia tersenyum manis.
"Mang, ada apa aja?" tanya Ragil.
"Ada setoberi, melon, cau (pisang), anggur.." terang si mamang.
"Kami pesen dua-dua ya mang.." kata Ragil.
Aku hanya diam sambil terus memandangnya. Dia masih tersenyum meski berkeringat. Aku lalu ambil handuk kecilku lalu ku sodorkan padanya. Dia melirikku lalu tertunduk malu.
Dia terlihat antusias memperhatikan si mamang yang sedang memutar-mutar sate buah sambil dibawah kucuran coklat yang dibuat seperti air mancur. Coklat basah itupun sudah hampir menutupi semua permukaan buah dan hanya beselang beberapa detik, coklat itu mengeras. Lalu si mamangnya mengambil sate pisangnya dan kembali melumurinya dengan lelehan coklat. Aku lantas berbisik ke Ragil.
"Gil, itu mah kayak titit ya, hahaha..."
"Hahaha. Dasar omes kamu mah ih." Katanya sambil menutup mulutnya menahan tawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Monkey
Teen Fiction"Aku bakal inget saat ini. Aku dan kamu menanam pohon ini. Aku janji aku bakal rawat pohon cinta ini. Aku bakal datang kesini kalo sempet. Gak bakal aku biarin rumput-rumput mengganggu pohon ini karena pohon cinta ini adalah saksi kalo aku sayang sa...