#1 Namaku Dera

35.3K 1.6K 74
                                    

Pagi itu. Seseorang mengetuk pintu rumah Dera dengan kerasnya, benar-benar tak punya sopan santun. Dera sibuk memasak sarapan hanya bisa mendegus jengkel dengan gangguan itu.  Ia lempar serbet dimeja makan, ditemuinya orang yang sengaja mengetuk pintu tanpa ucapan permisi dan malah mengedor pintu berulang kali. Sesampainya langkah Dera didepan pintu, ia membuka pintu dengan wajah jengkel. Dera terkaget saat melihat seseorang dihadapannya ternyata yang sengaja membuat jengkel pagi ini adalah Ratna. Ratna adalah teman seperjuangan Dera saat kuliah di universitas.

"Dera" Ucap Ratna dengan senyuman. Lalu memeluk Dera.

Dera tersenyum penuh keharuan. Sudah 2 tahun lamanya berpisah akhirnya bisa bertemu dengan sahabat satu ini. Dera balas memeluknya dengan erat. Dilepas pelukan kangen antara dua sahabat itu. Dera dan Ratna memutuskan masak sarapan bersama.  Disela-sela masak bersama. Mereka berdua saling bercerita tentang kehidupan masing-masing dan bertanya tentang pekerjaan yang dilakoni sekarang, saat Dera sedang sibuk mengiris cabai ditalenan, Ratna menyanjungnya dan bertanya.

"Rambutmu masih hitam, panjang,  indah, dan tidak berubah sama sekali semenjak perpisahan 2 tahun lalu. oya... sekarang pekerjaanmu apa?" Tanya Ratna disela-sela mengaduk sup ayam dipanci.

"Aku menjadi psikolog gadis penderita phobia " Ucap Dera yang masih sibuk mengiris cabe. sesekali Ia menatap  wajah Ratna disampingnya.

"Kau masih berambisi kerja seperti itu?" Ratna tersenyum. lalu mulai memanaskan wajan diatas kompor untuk menumis sayuran segar.

Sreng.... luapan bunyi memasak mulai membuncah dapur, aroma nikmat mulai tercium di hidung, dua sahabat itu masih bercanda, masih asyik mengobrol tentang kehidupan. Hingga terdengar bunyi telepon rumah berdering keras diruang tamu. Dera segera menuju keruang tamu untuk mengangkat telepon.

Ketika  sudah berada diruang tamu dekat dengan meja telepon, Dera mengangkat telepon. "Halo dengan siapa" Ucap dera.
"Saya Ririn mbak. saya ingin memberitahukan tentang tugas terbaru mbak" Ucap Ririn seorang Asisten psikologi senior ditempat kerja Dera.

"Ia Rin. Tugas apa?" Tanya Dera penuh penasaran pada gadis diujung gagang telepon.

"Mbak ada tugas untuk  merawat dan menyembuhkan seorang pasien dirumah sakit terkemuka dikota ini. Namanya Sara Atmajaya Purnomo, Seorang gadis penderita Supra Phobia yang mengalami traumatik tentang ketakutannya. Untuk surat tugas sudah dibuatkan oleh perusahaan, kami harap mbak  Dera sanggup menjalani tugas ini tanpa beban." Ucap Gadis diujung telepon.

"Baiklah. Saya besok akan mengambil surat tugas dikantor" Dera memutuskan untuk mengambil tugas ini. Walau nampaknya omongan Ririn tentang Sara penuh tanda tanya dan teka-teki.

"Terimakasih Mbak" Telepon ditutup.
Dera menaruh gagang telepon ditempatnya. ia terdiam peluh oleh tugas aneh itu. Terasa ada yang ganjil dan meresahkan hati. Kesalahan terjadi pada dirinya, kenapa tadi tidak bertanya mendetail pada Ririn tentang tugasnya itu. Ahh...lenguh Dera dengan wajah muramnya. ia kembali bergabung dengan Ratna didapur. 

"Nampaknya kamu tak enak hati. ada apa, ceritalah kawan" Pinggung Ratna  menyengol  pinggung Dera. 

"Tidak ada apa-apa Ratna" Dera menatap biasa pada Ratna, mencoba untuk tidak salah paham atas pikiran resahnya. 

"Ya sudah. makanan sudah siap, ayo kita makan bareng" Ratna mulai membawa makanan yang sudah tersaji dipiring. Di bawanya makanan itu ke meja makan.

Meja makan dekat dapur hanya memiliki dua kursi. disitulah mereka berdua menikmati makanan demi makanan yang mereka masak sendiri. Disela-sela makan, Dera mulai bertanya pada Ratna atas kegelisahannya.

"Aku dapat tugas merawat seorang Gadis Penderita Supra Phobia" Ucap Dera disela-sela sedang menikmati makanan.
Sontak. Ratna terkaget atas perkataan sahabatnya itu. Ratna menolehkan kepalanya kearah Dera.

"Penderita Supra Phobia. Penyakit apa itu?" Tanya Ratna.

"Supra Phobia itu bukan penyakit, melainkan sebuah traumatik tentang ketakutan, kegelisahan, mistis, indigo dan seolah-olah mereka berada di dua dimensi antara nyata dan gaib.

"Oh..." Ucap Ratna yang mulai mengerti.

"Apa kamu yakin mengambil tugas itu."

"Ya. Aku akan mengambilnya" Jawab Dera dengan penuh keyakinan. walau hatinya berkata lain.

Makan bersama selesai. mereka berdua sudah mengobrol panjang lebar. Saatnya Ratna pamit untuk pulang karena waktu sudah menunjukan 09.00 pagi. Saat dipintu keluar mereka berdua saling peluk untuk tanda perpisahan, Dera memberitahukan bahwa bila terjadi apa-apa pada dirinya.

Dera akan menghubungi Ratna sahabatnya.
Di situlah akhir pertemuannya pada Ratna.
 

Dera Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang