#17 Jiwa Harapan

13K 666 22
                                    









Hari Jum'at_

Pukul 07.00 Malam

Rumah sakit terlihat sibuk dengan aktivitas didalamanya. Silih berganti manusia-manusia keluar masuk dari rumah sakit. Manusia penuh sakit hanya menopang rumah sakit sebagai tempat penyembuhan. Coba ketahui sisi lain dari rumah sakit, memang ramai dengan manusia, memang menyembuhkan bagi yang sakit, namun banyak yang meninggal dunia. Meninggal dunia adalah awal yang baru dikehidupan kedua, namun pasti ada sisa-sisa kesakitan yang tertinggal didunia ini. Kadang orang melihat sesuatu hal yang mistis membuat mereka ketakutan. Aktivitas rumah sakit tak seperti yang difikirkan, walau rumah sakit terlihat ramai, terlihat tenang, terlihat begitu nyaman. Namun dibalik semua itu ada dunia lain yang mengharapkan diberi kesempatan hidup kedua oleh Tuhan. Mereka mencoba mencari jalan apapun untuk mengapainya.

Dera merasa lelah pikiran, lelah hati, lelah jiwa dan merasa harapan demi harapan datang silih berganti. Malam ini tepat pukul 07.00 malam, Dera terbaring disofa ruang inap sara. Tubuhnya terasa lelah dengan aktivitas selama berhari-hari menunggu Sara. Sara yang kutunggu tak kunjung pulih, malah kondisinya semakin hari semakin memburuk, berapa kali pikirannya berkata bahwa jika hari jum'at ini gagal, ia akan melepas kontrak tugasku untuk menyembuhkan Sara. Terpaksa Sara akan Dera berikan tanggung jawab pada pihak rumah sakit.

Keputusan memang tak manusiawi, namun pikiran Dera yang lain berkata untuk menolak keputusan gila itu. Perubahan itulah yang Dera inginkan, perubahan Sara agar bisa sembuh dan pulih menjadi manusia seutuhnya. Tuhan masih belum mendengar keluhan hati Dera. Ia menatap Sara ditempat tidur, ia lalu berdiri dari tidurnya, dan mendekati Sara.

Disamping Sara berbaring, Dera menatap lekat wajah gadis muda yang umurnya masih belasan tahun, melihat wajah pucat Sara, melihat tangannya di infus puluhan kali dalam beberapa hari, melihat jiwanya tak berdaya. Oh Dera hanya mendesah tak terkira melihat kondisi Sara. Dera menatap lekat-lekat Sara, lalu ia meraih tangan Sara dan mengenggamnya erat-erat sembari berkata lirih.

"Kau kuat Sara, aku yakin kau bisa melewati kondisi ini. Yakinlah Tuhan selalu ada dihatimu, dia akan menolongmu"
Dera melepas genggaman tangannya. Lalu ia melangkah meninggalkan Sara kedekat jendela kaca yang mengarah kecahaya malam tengah kota. Indah rasanya dipandang pemandangan penuh cahaya gemerlap. Dera berdiri tertegun, kedua tangannya melipat didada, matanya nanar merasakan pemandangan yang sudah lama tak di rasakannya. Disaat Dokter Tristan, Ririn dan Ratna keluar dari rumah sakit untuk menyelesaikan urusan masing-masing. Saat ini Dera mendapatkan kesempatan untuk merenung seorang diri, saat sedang merenung, erangan terdengar disampingnya. Erangan seperti ketakutan itu terdengar dimulut Sara.

Dera yang mendengarnya, lekas di tolehkan kepalanya kearah suara Sara yang mengerang. Dera berjalan menuju kesamping Sara dan memegang tangannya. Dera berkata "Sara, tenanglah, kau jangan takut dengan apa yang terjadi padamu. Kau harus kuat Sara, kau pasti kuat melawan genderuwo itu". Ketika Dera mengucapkan kata itu, Sara kembali diam seperti semula.

Pukul 09.00 Malam.

Dera duduk disamping Sara, ia menjaga Sara agar tak terjadi apa-apa. Ketika Dera mulai sedikit merasa kantuk, di lihat jam didinding menunjukan pukul 09.00 Malam. Sudah dari sore tadi mereka bertiga pergi sampai sekarang belum kembali. Dera yang sudah mengantuk dan tidak peduli lagi. Terdengar langkahan kaki gemuruh terdengar ditelinga, lalu seseorang membuka pintu kamar inap Sara. Ternyata yang datang adalah Dokter Tristan, Ririn dan Ratna. Mereka masuk dengan wajah semringah, mereka bertiga lalu duduk disofa. Dokter Tristan yang membawa plastik berisi makanan berkata.

Dera Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang