#4 Cerita Dari Masa Lalu

23.4K 1.1K 55
                                    

Dera berada dikamar yang menurutnya tidak layak untuk ditempati oleh pasien, begitu kuno bangunannya terlihat tidak terawat dengan baik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dera berada dikamar yang menurutnya tidak layak untuk ditempati oleh pasien, begitu kuno bangunannya terlihat tidak terawat dengan baik. Entah apakah ini yang disebut pelayanan yang adil. Dera menghela nafas panjang, matanya nanar menatap berbagai sisi kamar yang terlihat begitu kuno dan menyeramkan. Disaat sedang sibuk menatap seisi kamar dengan wajah terheran-heran, ia juga sesekali melirik Sara yang sedari tadi tidur nyenyak. Menunggu memang melelahkan dan membosankan, sampai kapan harus menunggu Sara yang dari tadi masih asyik tidur lelap dengan mimpinya.

Sembari menunggu yang tak pasti, Dera putuskan untuk berdiri dari duduknya. Ia melangkah pelan tanpa suara serakan kaki untuk menuju kedekat jendela kamar inap Sara, didekat jendela ia berdiri sendu menatap lara dibalik kaca jendela yang terasa dingin. Dera melihat diluar sana siang ini langit berwarna hitam, sebentar lagi hujan lebat akan datang dengan ditandai turunnya rintik hujan. Hujan datang tanpa ampun.

Hujan begitu deras menguyur area rumah sakit, hawanya masuk kedalam kamar inap sara yang pengap, serasa dinginnya masuk dalam pori-pori tubuh. Dera mengosokan kedua tangan agar merasa hangat, di usapi kedua kepalan tangan agar merasa hangat dan mengurangi hawa dingin ditubuh.
Dera sudah berdiri didekat jendela memasuki hitungan puluhan menit, nampak hujan masih terlihat riuh diluar sana. Dera masih berdiri anteng dengan tatapan sendu, pikiran meronta tak tahan menunggu hal yang tak kunjung terjadi. Sampai kapan menunggu Sara yang belum bangun sedari tadi. Disela-sela riuh hati karena menunggu hal yang tak pasti. Ponsel ditasnya berdering memanggil untuk diangkat, di ambil ponsel itu didalam tas mungilnya, terlihat nama panggilan itu dari Ririn. Dera mengangkatnya.

"Ia Rin"

"Mbak Dera, Bagaimana perkembangan tugasmu, apakah kau sudah mendapatkan informasi tentang sara" Tanya Ririn diujung telepon.

"Maaf Rin. Sara masih belum bangun dari tidurnya, jadi aku belum bisa mengorek informasi apapun. Tolong sabarlah, Jika nanti aku aku mendapatkan informasi tentang sara, aku akan menghubungimu" Setelah berbicara pada Ririn, Dera sesekali melirik pandang sebentar kearah Sara yang masih tidur nyenyak. Dera kembali mengalihkan pandangan kearah balik jendela yang diluar sana masih hujan.

"Ok mbak, Saya tunggu perkembangan informasinya" Ririn menuup telepon.
Setelah terdengar bunyi bip diujung telepon, Dera mendesah panjang atas ketidaksabaran Ririn.

Hujan tampak tak sederas yang lalu, namun suasana dinginnya masih sama seperti waktu yang lalu. Siang ini, Jam didinding kamar inap Sara berdetak-detak membuncah seisi ruangan, sudah hampir dua jam Dera berdiri memandang hal yang tabu dan penantian yang tak mengalami perubahan pola, semua terasa sama seperti tadi. Pikiran Dera kelu, otaknya berfikir bahwa sudah tidak ada harapan lagi untuk mengharapkan Sara bangun dari tidurnya. Saat pikirannya memutuskan untuk berhenti berharap, Tiba-tiba Dera terkaget oleh suara batuk yang arahnya ditempat Sara tidur. Sara akhirnya bangun dari tidurnya.

Dera lekas menghampirinya dengan wajah penuh harapan, aku melangkah kearah Sara dan duduk disebelah kanan Sara yang terlihat menatapnya heran.

"Sara. Akhirnya kau bangun juga dari tidurmu." Dera tersenyum.

Dera Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang