New York

425 51 4
                                    

New York di pagi menuju siang ini masih saja ramai. Memang pantas jika New York disebut sebagai kota yang tak pernah mati. Bahkan di pagi hari, New York sudah dipadati orang-orang yang hendak bekerja, atau bersekolah, atau aktivitas lainnya. Tapi, daya tarik New York belum mampu membuat Brad bangkit dari tempat tidurnya.

Teman-temannya mungkin sudah berkeliling sebentar. Entahlah. Ia merasa tidak bersemangat untuk menjelajah salah satu kota besar di Amerika ini. Jangan tanya alasannya. Brad sendiri tidak tahu.

Terdengar suara ketukan dari kamar hotelnya.

"Masuk." kata Brad agak berteriak. Muncul Tristan, yang sudah siap pergi. Ternyata mereka belum berangkat.

"Kau tak mau jalan-jalan, Brad?" tanya Tristan.

"Entahlah. Malas sekali rasanya." kata Brad sambil meregangkan tubuhnya yang sedikit kaku.

"Kau tidak mau membelikan sesuatu untuk Anna?" tanya Tristan.

Anna. Lagi-lagi nama itu. Astaga. Sampai kapan ia akan terus diikuti bayang-bayang Anna?

"Brad?" tanya Tristan lagi. Brad lalu menoleh ke arah Tristan.

"OK, aku ikut." kata Brad pada akhirnya. Ia mungkin akan membeli beberapa pernak-pernik untuk kakaknya, Natalie, dan mungkin beberapa untuk Anna.

Apa ia harus membelikan Anna sesuatu? Mengingat Anna tidak jarang menolak pemberiannya. Aku tak mau merepotkanmu, Brad. Kau pasti cukup lelah untuk turmu. Begitulah katanya.

"Kalau begitu, aku dan yang lain akan menunggu di bawah." kata Tristan.

Brad menatap pintu yang ditutup itu dan terdiam sesaat. Persetan dengan Anna. Ia harus segera menyegarkan pikirannya untuk melanjutkan turnya.

+++

Anna menatap langit kota London dari balkon rumahnya dengan suasana hati yang tidak terlalu baik pagi ini. Awalnya ia bahagia karena Sam berjanji akan mengajaknya jalan-jalan, mencari udara segar.

Tapi, semuanya berantakan. Sam tiba-tiba membatalkan janjinya karena urusan mendadak. Moodnya pun turun seketika. Ia kini tak semangat lagi. Belum lagi Brad yang sedang tidak di London mengharuskannya menghabiskan hari ini berdiam di kamarnya.

Mengingat Brad, Anna jadi penasaran lagi tentang perempuan yang disinggung dalam pembicaraan Brad dan Connor waktu di toilet. Sayang sekali mereka tidak menyebutkan nama. Tapi, firasat Anna mengatakan bahwa mungkin Brad jatuh cinta pada temannya. Tapi siapa?

Ah, ternyata menebak orang yang disukai Brad sekarang cukup susah. Ia tahu Brad beberapa kali jatuh cinta, dan biasanya hal itu baru diketahui Anna setelah Brad cukup lama menyukai perempuan itu. Laki-laki itu mungkin malu jika membahas tentang hal sensitif seperti cinta.

Berbeda dengan Brad, Anna justru sangat terbuka tentang siapa yang disukainya. Contohnya saja Sam. Apapun yang berhubungan dengan Sam pasti akan ia ceritakan. Dari percakapan pertama mereka, kencan pertama, dan hal lainnya. Dan Brad selalu mendengarkan dengan setia.

Ya, bagi Anna, Brad memang tak ada duanya. Brad selalu ada disisinya, dalam keadaan senang atau sedih. Ia juga mau mendengarkan Anna bercerita walau sambil diiringi isakan. Brad selalu memberi solusi jitu atas masalahnya. Ia juga tak segan mengingatkan Anna untuk menjauhi hal yang tidak baik.

Bagi Anna, Brad adalah sahabat terbaiknya. Tak ada yang bisa menggantikannya.

Kriiing. Handphone Anna berdering. Dan di layar tampak nama Brad. Anna langsung tersenyum dan mengangkatnya.

Wake Up → Bradley Simpson [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang