Sejak beberapa hari yang lalu, atau lebih tepatnya sejak ia untuk terakhir kalinya melihat wajah Sam, Anna merasa ada yang berbeda dari Brad. Laki-laki yang selalu menyunggingkan senyum di depan Anna kini lebih sering melamun dan bertopang dagu. Matanya terlihat kosong. Pikirannya mungkin sedang melayang entah kemana. Jiwanya tak ada disini.
Sejak hari itu pula, Anna mulai mengintrospeksi diri. Mungkin lebih pas jika disebut dengan instrospeksi perasaan. Entahlah. Brad jadi berbeda setelah ia bilang kalau ia ingin menjadi sahabat yang baik untuk Anna waktu itu. Raut mukanya terlihat berbeda. Brad terlihat lebih.. suram, mungkin? Anna tidak tahu. Ia bukan psikolog.
Sama seperti dirinya, Tristan pun merasakan hal yang sama. Brad jadi lebih sering melamun. Badannya ada di depan Tristan, tapi jiwanya sedang mengarungi ruang waktu. Brad juga lebih sering menatap layar handphone dengan pandangan sendu. Pandangan yang jarang sekali diperlihatkan Brad. Belum lagi, waktu itu Tristan pernah memergoki Brad melihat fotonya dengan Anna. Dan timbul pertanyaan dalam diri Anna.
Apa hubungannya dengan Anna? Ia belum tahu jawabannya. Mungkin sekarang adalah waktunya untuk mengeluarkan kemampuan detektifnya.
Brad tidak menunjukkan gejala-gejala aneh. Tak ada gelagat-gelagat aneh yang Brad tunjukkan. Ia masih berlaku seperti biasa. Ia masih mau mengantar Anna kemana pun saat Sam tidak bisa, ia masih mau mendengar cerita dengan antusias, dan ia masih melakukan hal-hal yang biasa ia lakukan sebagai teman baik Anna. Tak ada yang aneh.
Yang aneh justru pertanyaan Sophie beberapa waktu lalu. Ya, tiba-tiba saja Sophie bertanya tentang perasaannya pada Brad. Dan Sophie terlihat agak kecewa begitu Anna menjawabnya. Apa itu berarti Brad mungkin punya perasaan yang lain padanya? Tapi, seperti yang tadi disebutkan, bagi Anna, tak ada gelagat aneh pada Brad. Semua berjalan sebagaimana mestinya. Tak ada perbuatan melenceng.
Tapi, tak akan ada asap jika tidak ada api, bukan?
Dan kalaupun benar jika Brad punya perasaan lain, Anna rasa ia belum siap. Jujur, ia masih belum bisa melupakan Sam. Mau bagaimana pun jahatnya Sam, laki-laki itu sudah membuat Anna merasakan indahnya jatuh cinta. Ia masih mau menata hati dulu sebelum membuka hati untuk orang lain. Ia belum siap disakiti lagi.
Handphone Anna berdering. Anna segera mengangkat telepon tersebut.
"Halo?"
"Halo. Anna, kau ada waktu?" kata suara di seberang sana.
"Aku kosong hari ini. Ada apa, Brad?" tanya Anna. Terdengar suara tarikan napas dalam dari seberang sana.
"Aku mau bertemu denganmu. Karena aku akan sangat sibuk mulai minggu depan. Ada sesuatu yang mau aku beritahu." kata Brad. Anna terdiam sejenak. Berusaha mencari kemungkinan apa yang akan Brad beritahu padanya.
"Baiklah. Mau dimana?" tanya Anna.
"Di rumahmu saja. Aku akan kesana nanti sore. Bagaimana?"
"OK. Sampai bertemu nanti sore." kata Anna sambil menutup sambungan teleponnya. Apa yang akan Brad beritahu?
+++
Brad menghela napas panjang setelah panggilannya dengan Anna berakhir. Ya, ia sudah memutuskan untuk memberitahu Anna tentang segalanya. Terutama tentang perasaannya. Ia tak punya waktu lagi. Mulai minggu depan ia sudah tidak akan ada disini lagi.
Ia mau berkelana. Ia mau mencari suasana yang baru. Ia sudah capek dengan semua hiruk pikuk kota London, dengan suara pena yang menggores kertas ketika James, Connor, Tristan, dan dirinya mencoba menulis lagu bersama-sama, juga dengan perjuangannya untuk bisa membahagiakan Anna. Ia mau menghindari itu semua untuk beberapa saat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wake Up → Bradley Simpson [Completed]
FanfictionBradley Simpson mungkin digemari sangat banyak wanita. Tapi Brad cuman laki-laki biasa yang berharap cintanya akan terbalas.