Travel

271 36 4
                                    

Cuaca yang cerah, matahari yang terik, dan beberapa bahasa tak dikenal adalah hal pertama yang Brad rasakan begitu turun dari pesawatnya. Maklum saja. Ini adalah pertama kalinya ia keluar dari negara tercintanya sendirian. Sekarang, ia bisa bebas menikmati semuanya. Tak perlu takut ketinggalan rombongan. Yang ada hanyalah dirinya.

Dan Natalie.

"Astaga, panas sekali." keluh Natalie. Brad hanya menghela napas.

"Ayo, Natalie. Jangan banyak mengeluh. Kita harus menjelajah kota ini." kata Brad pada Natalie.

"Kenapa kita tidak ke Bali saja, kalau kau memang mengincar pantai? Kenapa harus ke sini?" tanya Natalie masih sambil mengeluh.

"Natalie." kata Brad sambil menatap kakaknya itu. "Kalau kau terus mengeluh, aku bisa membelikanmu tiket pulang saat ini juga."

Natalie lantas terdiam. Ikut dengan Brad adalah keinginannya. Ya, jadi apapun yang Brad lakukan, harus ia ikuti. Ia hanya pengikut, bukan penggagas perjalanan ini. Ia harus menuruti si pemimpin.

"Baiklah. Aku masih mau melihat-lihat. Jadi, jangan belikan tiket pulang." kata Natalie.

Brad lalu mempercepat langkahnya dan mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru Bandara. Sesekali ia menyipitkan matanya untuk melihat lebih jelas, tapi usahnya sia-sia.

Tidak. Usahanya tidak sia-sia. Ia melihat seorang perempuan dengan kuncir kuda memegang sebuah karton besar bertuliskan "Bradley and Natalie Simpson" dengan tulisan rapi, bulat, dan besar. Brad lalu memghampirinya. Perempuan itu terlihat tersenyum sambil melambaikan tangannya.

"Hai. Kau Rachel, bukan?" tanya Brad.

"Ya, aku Rachel. Kau mau langsung jalan-jalan atau istirahat dulu?" tanya Rachel. Brad menatap Natalie yang mukanya sudah kelelahan.

"Sepertinya, kami mau istirahat dulu. Walaupun cuman duduk, tetap saja capek." kata Brad.

"Baiklah, ayo."

+++

"Jadi, kau mau ke pantai?" tanya Rachel. Brad sudah selesai istirahat dan kini bersiap untuk ia antar kemana saja.

"Ya. Aku lihat di Jogja pantainya tidak kalah bagus. Jadi, aku mau mencoba." kata Brad.

"Baiklah. Kita berangkat." kata Rachel sambil melajukan mobilnya.

Perjalanan dari kota ke pantai tujuan mereka tidak memakan waktu yang sedikit. Walau cukup lama, tapi masih banyak pohon di kiri kanan jalan yang bisa menyegarkan mata. Tapi, tetap saja. Daerah pinggir pantai pasti terasa sangat panas. Apalagi bagi orang Eropa yang tinggal bukan di negara beriklim tropis.

Rachel melihat ke arah belakang melalui spion. Natalie terlihat sibuk dengan handphonenya. Ia tampak mengetik sesuatu. Sesekali ia tersenyum, lalu mengetik lagi.

Sangat berbeda dengan Brad. Ia hanya melihat pemandangan di sepanjang jalan. Sesekali ia memotretnya, walaupun ia tahu hasilnya tak akan terlalu bagus. Tapi, perjalanan ini lebih banyak dihabiskan Brad dengan melamun.

Apa mungkin perjalanan Brad kesini adalah suatu bentuk pelarian? Rachel pun kadang-kadang seperti itu. Pergi ke pantai atau gunung sendirian. Mengenang masa lalu. Tapi, keindahan alam kadang bisa jadi obat untuk sakit hatinya. Ia jadi lebih ingat untuk bersyukur karena masih ada alam yang mengerti suasana hatinya.

Sudahlah. Tak perlu memikirkan masalah orang. Lebih baik ia fokus menyetir dan membawa kedua orang ini ke pantai.

+++

Pantai Indrayanti memang ramai jika dikunjungi sore hari. Banyak orang yang mengejar kesempatan untuk melihat sunset di lepas pantai. Pasti sangat indah.

Wake Up → Bradley Simpson [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang