10 : KERIKIL TAJAM YANG MENGHEMPAS

3.8K 369 30
                                    

Maaf, untuk judul part kali ini, saya menyitir kalimat Chairil Anwar. Kerikil tajam, yang terhempas, dan yang putus. Semoga part ini sedikit menghibur ...

SINGGAH DAN CACILAH !!!




Ini hari keempat Indira berada di rumah Ibra. Kesehatannya sudah jauh lebih baik dari sebelumnya. Berkat kegigihan tekadnya untuk sembuh, dibantu oleh ketelatenan bibik yang selalu mengontrol jam makan dan minum obat, juga beberapa makanan penuh nutrisi yang selalu disediakan. Yang tak kalah penting adalah, support cinta yang diberikan Ibra pada Indira. Sugestinya sangat luar biasa.

Tapi jangan bilang bahwa Ibra akan memanfaatkan keadaan Indira, apalagi dengan dalih hutang budi. Tidak ! Kali ini Ibra berubah sangat jauh. Sebisa mungkin dia berusaha untuk tetap menjaga Indira. Dari Livi ataupun dari dirinya sendiri.

Oke, Ibra memang laki-laki normal yang memiliki nafsu selayaknya yang lain. Dan dia bukannya tak ingin bercinta dengan Indira, karena itu obsesi halusnya selama ini. Tapi rasa sayangnya pada Indira kali ini melebihi apapun yang kini sedang berkecamuk di otak liarnya. Dan Ibra bertekad, dia akan mengalahkan apapun egonya kali ini.

Seperti pagi ini, pagi ke empat Indira tinggal di rumah Ibra. Senyum lembut Indira yang menyambutnya di meja makan, membuat hati Ibra menghangat dengan tiba-tiba. Dengan melihat Indira berseliweran di rumahnya, apalagi pagi ini dia ikut membantu bibik memasak, Ibra tiba-tiba merasa bahwa hidupnya lengkap.

"Indira ? Kok kamu ikutan bibik di dapur ?"

Indira tersenyum tersipu.

"Aku ... aku hanya tak enak hati duduk enak-enakan sementara bibik demikian repot memasak."

"Tapi kamu masih dalam tahap pemulihan, Indira. Aku tak mau kesembuhanmu terhambat karena kamu lelah," jawab Ibra sembari duduk di ruang makan. Setangkup roti bakar dan segelas kopi selalu jadi pilihan favorite Ibra di pagi hari.

"Aku sudah jauh lebih baik."

Ibra tersenyum sambil geleng kepala, lantas melanjutkan acara sarapannya. Sementara beberapa pesan yang masuk ke gadgetnya, masih diabaikan oleh Ibra.

"Kok kamu nggak sarapan ?" tanya Ibra ketika dilihatnya Indira hanya minum segelas susu.

"Sebentar lagi."

"Yang penting jangan sampai terlambat makan dan minum obat."

Indira mengangguk.

* * *

Mohon maaf, versi pindah ke akun DREAME. Silahkan berkunjung ke sana ... Jangan lupa like nya yaaaa ...

https://www.dreame.com/novel/MYgQ3QhMBF2PvNP1vcEkSA%3D%3D.html 

I am nothingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang