13

14.7K 655 0
                                    

"Pagi," Sapa Cessa saat melihat Nayla yang ingin membuka ruang kerjanya.

"Cess?" kata Nayla yang sudah tidak heran melihat Cessa datang pagi-pagi sekali. "Kembali menjadi orang pertama yang datang lagi?"

Cessa tertawa. "Ada yang bisa gue kerjain? Sebanyak-banyaknya, deh. Nggak apa-apa."

"Memang ada kerjaan, sih. Ayo, ke ruangan gue."

Nayla mengajak Cessa ke ruangannya dan memberikan sebuah flashdisk yang berisikan daftar pekerjaan untuk Cessa.

"Deadline dua minggu lagi, isi flashdisk ini benar-benar masih data mentah yang harus lo olah. Gue nggak mau ada revisi. Sekali kerja harus langsung siap terbit."

"Okay. Gue kembali ke meja gue, ya."

Cessa lalu meninggalkan ruangan Nayla dan langsung kembali ke mejanya. Sudah satu minggu belakangan ini ia bertekat harus masuk lebih awal dan pulang lebih larut. Ia melakukannya karena dirinya ingin melupakan kejadian malam itu. Kejadian yang membuat dirinya kehilangan kepercayaan pada dua orang yang ia percayai.

Pandangannya tidak lepas dari layar komputer di hadapannya. Cessa benar-benar melupakan apa yang ada disekitarnya, hanya ada dirinya, dan beberapa pekerjaan yang harus ia selesaikan. Sesekali pandangannya tercuri pada sebuah pigura kecil dimeja kerjanya. Pigura yang berisi foto Cessa sedang tertawa lepas dengan Ken dan Kenzo. Sempat ia tersenyum, sebelum akhirnya ia menaruh foto itu di laci mejanya.

"Makan siang dulu, baru lanjutin kerjaannya," Kata Kenzo yang kini telah duduk disebelahnya.

"Kenzooo, nggak usah repot-repot kesini," Kata Cessa sambil meninggalkan pekerjaannya sejenak.

"Nggak repot. Lagipula gue tau, kalau gue nggak kesini pasti lo nggak bakalan makan."

"Gue pasti makan kok. Tapi nggak sekarang, gue belum lapar dan pekerjaan gue belum selesai."

"Terserah. Ini, gue udah bawain nasi ayam plus es teh manis. Gue taruh disini," Kata Kenzo sambil mengeluarkan satu bungkus plastik dari dalam tasnya. "Jangan lupa dimakan."

"Terimakasih banyak."

Kenzo tersenyum sebagai jawabannya. "Gue balik, ya. masih ada meeting yang nggak boleh ditinggal."

"Iya. Hati-hati, Kenzo."

Kenzo tersenyum, kemudian bangkit dan meninggalkan Cessa. Cessa tidak langsung memakan yang telah dibawa Kenzo, melainkan kembali pada pekerjaannya.

***

Cessa baru saja sampai di apartmentnya, saat ia melihat Ken sedang berada di depan unit miliknya. Tanpa pikir panjang lagi Cessa langsung memutar badannya kembali ke arah lift. Semua bayang kebohongan langsung berkelebat dikepalanya saat ia melihat Ken.

"Cessa, tunggu!" Segera saja Cessa masuk ke dalam lift, namun ternyata Ken masih lebih cepat. "Please, dengar gue bicara dulu."

"Biarin gue pergi atau gue tutup pintu lift ini dan membiarkan kaki lo patah," Kata Cessa dengan penuh amarah.

"Cess—"

"Biarin gue pergi!" kata Cessa sambil teriak. Bahkan ia masih tidak mau menyebut nama Ken. Saat pintu lift mulai tertutup, saat itu pula Cessa menangis. Ia masih tidak percaya kalau seorang Ken bisa memnyembunyikan hal penting di belakangnya dengan sangat sempurna.

Cessa dengan setengah menangis langsung berniat kembali ke kantornya. Ia berpikir mungkin dengan membenamkan diri ke dalam pekerjaannya ia bisa kembali melupakan masalahnya itu.

"Mba Cessa, kok balik lagi?" Andi, petugas jaga malam di kantor Cessa yang berbicara dengan logat Jawanya.

"Iya nih. Masih ada kerjaan buat besok," Jawab Cessa berbohong.

HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang