32

16.4K 612 0
                                    

Paris yang ia datangi saat ini tidak jauh berbeda seperti saat terakhir ia berada di sini. Harum berbagai roti yang baru matang merupakan khas kota ini, dan ini yang disukai oleh Hujan. Namun hari ini ada yang berbeda, banyak sekali penjual makanan di sudut kota ini. Dan hal itu membuat kota ini menjadi hangat.

"Apa kamu mau churros, Arnold?" Tanya Madi.

Hujan mengangguk seraya tersenyum. "Boleh."

"Okay, akan aku belikan. Kamu tunggu di sini."

"Tidak, aku mau berjalan ke arah sana. Nggak jauh, kok," Kata Hujan yang dijawab anggukan oleh Madi.

Hujan berjalan pelan menyusuri tepi jalan raya yang ramai hari itu. Ia sangat senang dengan harum berbagai makanan yang baru saja matang. Tepat di seberang jalan itu terdapat menara Eiffel yang sangat terkenal, dan Hujan merindukan duduk di sana sambil menikmati segelas kopi dan sepotong croissant yang ia beli.

Ia melihat sosok yang ia kenal sedang duduk di kursi yang biasa ia tempati. Rambut panjang bergelombang, wajah bersih tanpa riasan kecuali lipstick berwarna merah muda yang dikenakannya, dan dengan segelas kopi di tangannya sangat meyakinkan Hujan kalau sosok itu adalah seorang yang ia kenal

"Excuse me, miss. You sit on my seat."

Hampir saja orang itu tersedak kopi yang sedang ia minum saat mendengar suara itu. Segera ia meletakkan gelas kopinya dan memutar badannya untuk melihat orang yang sudah menganggunya.

"Its public... Hujan?" Cessa terkejut saat melihat sosok yang tadi menegurnya adalah Hujan. Ia segera memeluk Hujan singkat sangking senangnya. "Lo disini? Lagi ada peragaan busana?"

Hujan tersenyum lalu memasukkan kedua tangannya ke dalam saku mantel yang ia kenakan. "Nope, WARM sedang ada disini. Tur Eropa."

***

Mulut Cessa terbuka dan membulat mendengar perkataan Hujan. "Itu artinya Ken dan Kenzo—"

"Arnold."

Suara perempuan itu menghentikan perkataan Cessa. Tepat di belakang Hujan terlihat Madison sedang berjalan ke arah mereka dengan beberapa potong churros di tangannya. Namun bukan itu yang membuat Cessa terkejut. Ia kembali mengatupkan mulutnya saat melihat Madison yang menggendong seorang balita laki-laki tampan dalam pelukannya. Cessa langsung berpikir kalau itu adalah anak dari Madison dan Hujan, namun itu tidak mungkin karena mereka pun belum menikah.

Jangan-jangan ini memang anak mereka. Batin Cessa yang mulai berpikir macam-macam.

"Halo, Cessa! Senang sekali bisa bertemu disini," Kata Madison sambil tersenyum tulus pada Cessa. "Ini makananmu."

"Terima kasih," Kata Hujan sambil menerima churros dari tangan Madison. "Oh, Cessa. Ini keponakan Madi, bukan anak kami."

Cessa tersenyum mendengar penjelasan Hujan tadi. Sesungguhnya dalam hati ia ingin tertawa dengan keras atas apa yang ia pikirkan sebelumnya. Ada sedikit kelegaan dalam hatinya karena ternyata anak lelaki tampan itu hanyalah keponakan Madi, bukan anaknya.

"Yes, ini Russel," Kata Madison lalu menciumi pipi Russel yang besar itu.

"Gua tau apa yang lo pikirkan," bisik Hujan pada Cessa. "Sini, gantian aku yang menggendongnya."

"Hujan!" kata Cessa membuat pipinya bersemu merah. "Bagaimana pernikahan Nayla? Gue menyesal nggak bisa hadir."

"Pernikahan yang sangat indah yang pernah aku lihat." Kata Madi. "Nayla memaklumi tidak hadirnya kamu, kok. Dia juga sangat menyesal menugaskanmu kemari karena dia lupa kalau di bulan yang sama dia akan menikah."

HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang