30

14.5K 613 1
                                    

Dengan perasaan yang tidak menentu, semalam Cessa memutuskan untuk tidak kembali ke apartment nya. Karena ia berpikir, kalau ia kembali maka ia hanya akan terdiam disana dan ingatannya tentang Madi dan Hujan yang—menurutnya—telah kembali bersama itu akan muncul. Memang itu niat Cessa mempertemukan mereka, namun ia tidak sanggup kalau harus melihat mereka kembali bersama.

"Cessa, sebentar lagi ke ruang rapat, ya. ada yang mau dibicarakan," Kata Nayla saat melewati meja kerja Cessa.

"Tentang?"

"Kemajuan kantor kitaaaa," Kata Nayla dengan senyumnya yang lebar sambil berlalu meninggalkan Cessa.

Cessa hanya geleng kepala melihat tingkah bosnya pagi ini. Sepertinya ada sesuatu yang membuatnya bahagia sampai-sampai terlihat sangat bahagia sekali.

Paling nggak kalau gue sibuk, gue bisa melupakan masalah perasaan gue dengan Hujan. Batinnya.

Kemudian Cessa mulai mengambil beberapa barang yang akan dibawanya ke ruang rapat. Saat ia mengangkat kepalanya, ia terkejut melihat Ken yang sudah berdiri di sana dengan senyum khasnya.

"Ken! Lo ngagetin gue aja!" kata Cessa yang langsung mengelus dadanya.

"Selamat pagi, tuan puteri," Kata Ken tanpa menghilangkan senyum di wajahnya, seperti tidak terjadi apa-apa sebelum hari ini.

"Ngapain lo pagi-pagi kesini?"

"Mau ngajak sarapan. Tadi gue ke apartment lo tapi kosong, makanya gue langsung kesini," Kata Ken. "Ayo."

"Sorry, gue nggak bisa kalau sekarang. Gue mau rapat, Ken. Kalau lo bersedia nunggu ya itu beda lagi."

"Oke, gue bakal nunggu."

"Yakin?"

"Sudah, nona Cessa. Silahkan masuk ke dalam ruang rapat sebelum nona Nayla murka padamu," Kata Ken sambil membuka jalan untuk Cessa menuju ke ruang rapat. Cessa yang mendapat perlakuan seperti itu hanya menahan tawa melihat Ken yang sedikit kesal karena ia goda.

***

Sepeninggalan Cessa, Ken duduk di kursi kerja milik Cessa dan mulai mengamati meja kerja itu. Meja yang sudah lama tidak ia kacaukan selama perang dingin kemarin. Masih ada disana beberapa pigura berisi foto Cessa bersama dirinya dan Kenzo, Benji, sampai dengan foto dengan Hujan. Tersusun rapi di atas meja itu.

Ken tetap di kursi itu tanpa melakukan banyak kegiatan. Ia hanya duduk, berputar-putar di kursi itu, mengobrol dengan teman kerja Cessa, dan tentu saja tidak lupa update di media sosial miliknya. Sampai tidak terasa sudah satu setengah jam berlalu dan Cessa sudah keluar dari ruang rapatnya.

"Ayo, Cess. Gue udah laper," Kata Ken sambil bangkit dari kursinya.

"Ayo, gue tau lo pasti lapar ditambah bosan menunggu gue rapat," Kata Cessa sambil menaruh semua keperluan rapatnya di atas meja dan mengambil tas nya.

"good. Akhirnya ada yang kembali mengerti gue lebih dari Kenzo."

Mereka kemudian pergi meninggalkan kantor dan menuju ke sebuah Rumah Makan Padang yang sering sekali mereka kunjungi yang berada dekat dengan rumah Ken.

"Kenzo mana? Dia nggak mau ikut?" tanya Cessa.

"Nggak, dia sedang sibuk dengan mainan barunya," Kata Ken dengan tetap menatap ke depan.

"Mainan baru?"

Ken mengangguk. "Kemarin dia baru beli kucing. Sampai tadi gue mau pergi dia masih main dengan kucingnya."

"Ya, baguslah. Daripada dia terus-terusan menatap layar ponsel buat main game, lebih baik dia mainan kucing biar matanya nggak rusak."

Ken hanya mengangguk untuk merespon jawaban Cessa. Ya, Ken sangat rindu dengan keadaan seperti ini. Keadaan dimana ia dan Cessa banyak menghabiskan waktu bersama tanpa ada sesuatu yang disembunyikan di baliknya. Ken sangat bersyukur masalahnya sudah selesai, karena pada akhirnya ia bisa kembali menatap wajah Cessa dari dekat, membuatnya tersenyum dan tertawa, dan yang terpenting ia bisa kembali berusaha memenangkan hati milik Cessa yang memang sudah ia perjuangkan dari dulu.

HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang