31

13.6K 547 0
                                    

Hari yang sudah lama Ken tunggu telah tiba. Bahkan untuk hari ini ia rela membatalkan beberapa meeting hanya untuk acara ini. Acara ulang tahun Cessa. Semua sudah ia rancang sedemikian rupa agar hari ini dapat berjalan sesuai rencana. Bukan pesta meriah yang ia rencanakan untuk Cessa, hanya sebuah pesta kecil yang kental dengan rasa kekeluargaan. Karena Ken tahu, Cessa sangat tidak suka perayaan besar-besaran.

"Ken, cepat! Gue juga mau pakai baju! Dingin, daritadi cuma selembar handuk yang menutupi badan gue," Kata Kenzo dari balik pintu. "Dan ibu udah meledekku berulang kali."

"Okay, tunggu sebentar."

Setelah Ken menatap pantulan dirinya di depan cermin sekali lagi, ia segera membukakan pintu agar Kenzo bisa masuk dan berpakaian. Kenzo segera menutup pintu dengan keras sesaat setelah Ken melangkah keluar dari kamar. Ken berusaha menahan tawa agar tidak terdengar oleh Kenzo dan ia pun segera berlalu dari depan pintu kamarnya.

"Kue, hadiah, Ken yang rapi dan wangi, oke semua sudah beres. Tinggal menunggu Kenzo dan kabar dari yang lain."

Ken terduduk di sofa sambil menunggu Kenzo. Ia terus berkomunikasi dengan Nayla dan Hujan agar rencana Ken tidak berakhir berantakan. Ken menatap sebuah bouquet bunga di sebelahnya, ia tersenyum sambil mengambil bunga itu.

Lo nggak pernah minta sesuatu dari gue, dan sekarang pun gue nggak tau apa yang lo inginkan. Kecuali perasaan lo untuk Hujan yang lo harapkan bisa berbalas. Gue nggak tau harus kasih lo hadiah apa di ulang tahun lo kali ini, karena gue udah kehabisan ide. Gue cuma bisa kasih bunga, bunga mawar merah nan cantik yang sama cantiknya dengan lo, Cess. Batin Ken.

"Ayo, tuan Allen. Nanti kita kesiangan," Kata Kenzo sambil mengenaka jam tangannya.

"Ye, lo lama banget ganti bajunya. Itu, bawa kuenya," Kata Ken sambil bangkit dan membawa bunga itu di tangan kanannya.

"Excuse me? Sepertinya gue berpakaian nggak sampai limabelas menit, sedangkan lo? Hampir satu jam dan setelahnya seisi tempat tidur penuh dengan baju, termasuk baju gue yang lo keluarkan."

"Kita kan kembar, Kenzo. Baju lo ya baju gue juga," Kata Ken sambil menunjukkan wajah tidak bersalahnya. "Nanti gue ganti semua baju lo yang gue pakai, deh. I promise. Tapi sekarang lebih baik kita berangkat sebelum Cessa pergi dengan Benji untuk merayakan ulang tahunnya."

Mereka berdua bergegas masuk ke mobil dan pergi menuju apartment Cessa. Jalanan Jakarta hari ini cukup lengang seperti mendukung rencana Ken agar berjalan dengan lancar.

"Gimana Nayla sama Hujan?" tanya Kenzo sambil menyetir.

"Nayla baru berangkat dari kantor calon suaminya, Hujan dan Madi sebentar lagi sampai," Kata Ken sambil menatap layar ponselnya.

Setelah mereka sampai dan bertemu di lobby apartment, mereka bersama-sama menuju ke unit milik Cessa dengan membawa kue, beberapa hadiah, dan balon. Setelah sampai, Ken mengeluarkan kunci yang ia miliki. Namun Hujan segera menepisnya sebelum Ken memasukkannya ke lubang kunci.

"Kalau kita masuk pakai kunci lo, bukan surprise namanya," Kata Hujan.

"Maklumi aja, Hujan. Kayak baru kenal Ken aja, selalu melakukan sesuatu tanpa berpikir kalau lagi grogi," Kata Kenzo yang disambut jitakan pelan Ken di kepalanya.

"Sudah, sudah. Kapan kita mau kasih kejutannya kalau kalian bertengkar terus?" suara Madi menghentikan adu mulut antara Hujan, Ken, dan Kenzo.

"Biarin aja, Madi. Mereka memang sering begitu, lupa sama tujuan awal kemari," Kata Nayla lalu mulai menekan bel pintu unit apartment Cessa.

Beberapa kali mereka membunyikan bel itu namun masih belum ada jawaban dari Cessa. Kenzo berpikir kalau Cessa sudah berangkat bekerja, namun Nayla mengatakan kalau sudah dari minggu lalu kantor libur akhir tahun. Ken mulai panik karena ponsel Cessa pun tidak dapat dihubungi. Mereka semua ikut panik karena melihat Ken yang mulai berjalan kesana kemari karena masih belum ada kabar dari Cessa.

"Ken, tenang. Mungkin ponsel Cessa sedang mati dan dia lagi ada di jalan," Kata Nayla berusaha menenangkan Ken.

Ken tidak menjawabnya. Ia terus berusaha sambil berjalan kesana kemari untuk mendapatkan kabar dari Cessa sesegera mungkin.

"Cessaaa, elo benar-benar membuat gue gila sekarang," kata Ken sambil terus berusaha menelepon.

Tidak lama kemudian, Kenzo melihat Benji yang baru saja keluar dari lift dan berjalan ke arah mereka berada.

"Itu Benji," Kata Kenzo. "Benji!"

"Eh, hi semua," Kata Benji sambil terus mencari sesuatu di dalam tasnya.

Ken segera mendekati Benji untuk menjawab rasa penasarannya. "Ben, Cessa dimana sekarang?"

"Loh, Cessa 'kan sedang tidak ada di Jakarta. Kalau gue nggak salah ada tugas dari Nayla untuk negoisasi sama majalah luar negeri 'kan?" kata Benji.

"Astaga!" kata Nayla sambil menepuk keningnya. "I totally forgot. Gue menugaskan dia ke Paris untuk bekerja sama dengan majalah luar. Maaf," Kata Nayla sambil menyesali perbuatannya.

"Oh God, Nayla," Kata Hujan lalu menyandarkan badannya di dinding yang ada didekatnya.

"Its okay, Nayla. Tidak masalah. Chill," Kata Madi sambil mengelus pundak Hujan untuk menenangkannya.

"Maafin gue, Ken, Hujan, Kenzo, Madi. Gue terlalu sibuk mengurus pernikahan sampai gue lupa dengan hal itu," Kata Nayla yang merasa bersalah. "Itu artinya Cessa juga nggak bisa hadir di hari pernikahan gue."

"Nggak apa-apa, Nay. Lagipula pernikahan lo juga sudah dekat waktunya. Itu lebih penting," Kata Kenzo sambil berusaha menenangkan Ken yang benar-benar kecewa.

Benji pun mendekat pada Nayla dan merangkulnya untuk menenangkannya, "Cessa pasti datang. Kalaupun ia tidak bisa datang, ia akan pulang membawa kabar gembira untukmu dan juga untuk kantor kalian."

Semua orang disana benar-benar tenggelam dalam rasa kecewa, terutama Ken. Rencana yang sudah ia rancang sekian lama harus gagal dalam hitungan menit saja. Semua bayangan kebahagiaan pun langsung hilang dari pikirannya. Ia melepaskan bunga yang ia bawa dari tangannya, membiarkan bunga itu tergeletak di lantai dan langsung berlalu pergi tanpa mengatakan apapun.

***

Cessa memanfaatkan hari Minggunya untuk berjalan-jalan di kota yang dijuluki kota romantis ini. Selama dua setengah bulan ia berada di Paris, baru hari ini ia mendapatkan hari libur setelah sebelumnya setiap hari selalu ada pertemuan meski hanya satu atau dua jam saja.

Suhu udara yang menyentuh angka tiga derajat tidak menghentikan Cessa untuk keluar dari apartmentnya. Akhir tahun memang sudah masuk musim dingin untuk kota Paris dan sekitarnya. Seluruh kota seperti diselimuti selimut tebal berwarna putih sehingga hanya putih yang terlihat sejauh mata memandang.

Dengan mantel yang sudah berlapis-lapis, sarung tangan, scarf, dan sepasang sepatu boots untuk musim dingin Cessa sudah siap menjelajah setiap inci kota ini. Tujuan utamanya adalah pergi ke Champs-Élysées, membelikan sesuatu untuk Benji yang dulu belum sempat Cessa belikan.

"Thank you," Kata Cessa sambil tersenyum dan mengambil barang yang dibelinya tadi.

Cuaca kota Paris yang semakin dingin memaksa Cessa untuk menghentikan jalan-jalannya. Dengan segelas kopi hangat di tangannya, ia memilih untuk duduk di kursi yang berada dekat dengan menara Eiffel. Ia menikmati kopinya sambil memandangi keadaan sekitar. Cessa bersyukur bisa menghabiskan dua bulan lebih di kota ini. Meskipun di hari ulang tahunnya ia harus merayakannya sendiri dan terpaksa tidak hadir di hari bahagia Nayla.

HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang