Chapter 12
--------------------
"Aku basah kuyup, Jade."
"Eh? Jangan begitu. Aku juga basah kuyup, Zayn."
"Dan itu semua karena kau."
Jade terkekeh, kemudian menyenggol sikut Zayn. "Jujur saja, Zayn. Bukankah ini menyenangkan?"
Zayn terdiam sebentar, kemudian menggandeng tangan Jade dan tersenyum padanya. "Ya, ini semua terasa menyenangkan karena aku bersamamu."
Wajah Jade bersemu merah. Pikirannya mendadak menjadi kacau, yang dilakukannya hanyalah terdiam sambil mengikuti langkah kaki Zayn. Pria itu memang memiliki senyuman yang bisa membuat para gadis meleleh seketika. Tatapan mata Zayn yang begitu hangat seakan mampu membuatnya tenggelam seketika, terhipnotis ke dalam pesonanya yang kuat. Rangkulan serta pelukan yang diberikan Zayn untuknya, membuat Jade selalu merasa aman ketika berada di sisi Zayn. Bahkan jika seorang gadis sudah mengenalnya selama satu minggu pun, pasti akan jatuh hati pada seseorang seperti Zayn, termasuk dirinya sendiri.
Pikiran Jade kembali mengulang kejadian beberapa menit yang lalu, ketika dirinya dan Zayn bermain ditengah hujan. Sungguh merupakan memori yang tidak boleh dilupakan bagi seseorang seperti Jade.
Hingga sampai detik ini pun, Jade masih belum mengerti mengapa Zayn dianggap sombong di mata orang lain. Entahlah, Zayn memang selalu bersikap baik padanya. Ingatannya kembali ke saat dimana ia pertama kali bertemu dengan Zayn, ketika dirinya menendang loker Zayn yang membuat pria itu langsung memberi tatapan benci padanya.
Kemudian ia bertemu lagi dengan Zayn, ketika ia sedang berkutat dengan sebuah bola basket dan kemudian Zayn datang menghampirinya. Mengajarinya bagaimana cara bermain basket. Dengan sifat yang berubah drastis dari pertemuan pertama.
Semua itu masih dianggap membingungkan bagi Jade, karena sifat manusia tidak mungkin bisa langsung berbuah secepat itu dalam satu hari, bukan?
***
Jade's Point Of View
Aku melangkahkan kakiku ke depan pintu rumah, kemudian masuk ke dalam. Aku baru saja pulang diantar oleh Zayn, setelah menghabiskan waktu yang cukup banyak hari ini.
"Aku pulang." Ucapku sambil melepas sepatu di depan pintu rumah.
"Hey Jade! Miss me??"
Aku kenal suara itu. Suara seorang perempuan yang sangat kukenal sejak lama.
Ia langsung memelukku, kemudian menggoncang-goncangkan tubuhku. Ia masih sama seperti dulu, bersemangat dan ceria.
"Whoa, Spence. Berhenti menggoncang tubuhku seperti ini! Aku mulai merasa pusing, dasar gila!"
Ia melepaskan kedua tangannya dari bahuku, kemudian memajukan bibirnya. "Kau jahat, Jade. Bukankah harusnya kau menyambutku dengan baik di rumah ini?"
Spencer adalah seseorang yang terlalu berlebihan. Sungguh, walaupun terkadang ia bisa menjadi sesosok kakak perempuan bagiku, tapi sifat berlebihannya itu membuatku merasa tidak tahan.
Aku berjalan menuju sofa, kemudian menghempaskan tubuhku diatasnya.
Namanya Spencer Crawford. Dia adalah anak dari bibiku yang sudah lama meninggal, sehingga membuatnya harus tinggal disini. Ayahnya menikah dengan wanita lain, sementara seperti yang sudah kubilang tadi, ibunya meninggal. Dan ibuku dengan berbaik hati mempersilakannya untuk tinggal di rumahku, disini. Umur Spencer sekitar 4 tahun lebih tua dariku, dan hari ini dia memutuskan untuk pulang ke London setelah beberapa bulan lamanya berada di Manhattan untuk berkuliah.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Story Of Us (One Direction Fan Fiction)
RomanceCerita tentang siswa terpopuler, Zayn, dan Jade si murid pindahan. Tentang Harry yang menyebalkan dan begitu percaya diri, dengan Emily yang selalu menentangnya tentang segala hal. Tentang Liam yang terlalu setia, dan Sharon si pejuara renang. Ten...