Chapter 18

6.7K 593 25
                                    

Chapter 18

--------------------

"Wanita dapat tersenyum kepada banyak pria. Namun hanya pada satu pria ia dapat berbagi air matanya."

**

Jade's Point Of View

Setelah puas membersihkan diri, aku memakai pakaian yang dibeli oleh Zayn di minimarket lantai bawah dalam hotel.

Uhm, ya. Aku bermalam disini bersama Zayn, mengingat betapa besarnya badai yang akan turun nanti malam.

Jangan beranggapan yang aneh-aneh tentangku karena, aku juga tidak menyangka bisa begini jadinya. Apalagi aku ditempatkan sekamar dengan Zayn. Kalian tentu tau alasannya. Hotel ini kehabisan kamar kosong.

"Aku sudah."

Aku melangkah keluar, kemudian berjalan menuju perapian dimana Zayn berada. Kulihat ia sekarang bertelanjang dada, sementara tangannya sedang sibuk mempersiapkan perapian. Yaampun, ini ketiga kalinya. Mau bagaimanpun juga, aku tidak bisa untuk tidak mengakui bahwa dia memang begitu seksi. Lihat, aku bahkan tidak bisa untuk tidak memperhatikan tubuhnya itu.

Memang menyebalkan, tapi entah kenapa pandanganku tidak bisa lepas darinya. Lihat rambut-rambut tipis yang mulai tumbuh di sekitar dagunya. Astaga, bukankah dia terlihat begitu menarik?

"Menikmati pemandangan, ya?"

Aku tersentak, kemudian menunduk malu. Kulihat Zayn terkekeh dan bangkit berdiri, berjalan ke arahku. "Kau bisa menghangatkan diri dulu di sini. Aku mandi dulu."  

Aku mengangguk, yang disambut dengan sebuah ciuman singkat darinya. Zayn masuk ke dalam kamar mandi, sementara aku langsung duduk di depan perapian yang sudah menyala.

Ah, kenapa jantungku langsung berdetak begitu kencang hanya karena sebuah ciuman singkat darinya barusan?

Suara air dari keran mulai terdengar, tanda Zayn baru saja mulai membersihkan dirinya. Aku menghela nafas, kemudian menyalakan TV yang terletak di sebelah kiriku.

Baru 5 menit aku fokus menonton, mataku langsung menangkap sebuah ponsel yang baru saja bergetar kencang di atas perapian.

Aku terdiam sebentar, kemudian bangkit berdiri dan mengambil ponsel tersebut.

Ini milik Zayn, tentu saja.

Karena rasa penasaranku yang begitu besar, aku memutuskan untuk melihat isi dari pesan masuk tadi.

Duh, maafkan aku, Zayn. Aku terpaksa melakukan hal ini.

Satu pesan masuk dari Liam. Bukan, bukan satu. Tapi dua.

From : Liam  

Seharusnya kau bisa menjaga dirimu untuk tidak terjebak ke dalam perangkapmu sendiri, Zayn.

Aku mengerutkan alisku. Apa maksudnya?

Aku membuka pesan masuk yang satu lagi, tentu saja.

From : Liam 

Kupikir aku harus membongkar semuanya lusa, sebelum semuanya terlambat. Good luck!

Aku tidak mengerti. Apapun. Yah, mungkin ini memang bukan urusanku.

Kudengar suara keran dari kamar mandi sudah dimatikan, membuatku langsung mengembalikan ponsel Zayn seperti semula. Aku langsung kembali duduk di depan perapian sambil menonton TV, berpura-pura seakan tidak ada yang terjadi meskipun aku begitu penasaran akan apa yang dimaksud oleh Liam tadi.

The Story Of Us (One Direction Fan Fiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang