Chapter 3 : "I Haven't Seen You Around Before."

9.8K 679 13
                                    

Chapter 3

----------------

Jade's Point Of View

Sudah satu minggu lamanya sejak aku bersekolah disini. Sejak kejadian Starbucks 4 hari yang lalu itu, aku jadi was-was jika tiba-tiba saja bertemu Liam, ataupun Zayn Malik. Sejauh ini, untungnya aku tidak bertemu dengan mereka berdua. Ah, apalagi teman-temannya. Aku belum pernah melihat Harry, Niall, dan Louis seminggu ini. Untunglah.

Bel pergantian jam berbunyi. Mrs. Mavis, guru biologi berambut pendek itu langsung keluar dari kelas setelah merapikan barang-barang miliknya diatas meja.

Aku dan Emily pergi ke ruang ganti perempuan, bersama dengan siswi lainnya. Selesai mengganti pakaian, aku memutuskan untuk pergi terlebih dahulu. Lagipula Emily juga yang menyuruhku untuk duluan.

Aku pergi ke lapangan, melihat para murid laki-laki sudah berkumpul disana. Mereka semua bermain futsal sekarang, dan sepertinya tidak ada satu pun yang berminat bermain basket. Uh, tidak keren.

Aku berjalan beberapa langkah untuk menghampiri lapangan basket setelah meminta izin pada guru olahragaku.

Sesampainya disana, aku melihat beberapa orang laki-laki sedang bermain basket bersama. Wajah dan kulit mereka memerah, disertai keringat yang mulai bermunculan membuat baju mereka basah akibat keringat. Mereka berhenti bermain, kemudian berjalan ke arah kursi di pojok lapangan dan mengambil botol minum disana. Mereka meneguknya, kemudian mengelap keringat mereka dengan handuk kecil. Sepertinya mereka sudah bermain sangat lama.

Oke, ini baru namanya keren. Yah, menurutku.

Aku mengamati wajah mereka satu per satu. Tunggu, sepertinya aku mengenal salah satunya.

Laki-laki berambut hitam yang sedang menyiram seluruh bagian kepalanya dengan sisa air minumnya. Laki-laki yang mempunyai sebuah jambul di bagian depan rambutnya. Aku menekan bibirku, membuat sebuah garis tipis. Siapa lagi kalau bukan Zayn Malik?

Hey. Dilihat-lihat, ternyata Zayn tampan juga. Ia membuka baju basketnya itu, menunjukkan perut kotak-kotaknya yang dipenuhi keringat itu. Ah, kenapa aku jadi seperti ini?

Aku menggeleng, kemudian beranjak pergi dari tempatku berdiri menuju lapangan basket. Mereka semua -termasuk Zayn Malik- tampaknya sudah pergi dari lapangan basket, melihat sudah tidak ada orang lagi di sekitar lapangan. Aku mengambil sebuah bola basket dari dalam keranjang, kemudian asal melempar bola tersebut ke arah ring basket. Ah, bahkan aku sama sekali tidak tahu bagaimana cara bermain basket. Pengetahuanku tentang basket, sama dengan nol besar.

Aku mengambil bola basket tersebut, kemudian men-dribble nya dan melemparnya kembali ke dalam ring basket. Bola itu malah membentur papan ring basket, kemudian memantul ke aspal.

"Ah, andaikan ada seseorang yang berbaik hati untuk mengajariku bagaimana caranya." Gumamku, kembali melempar bola basket tersebut.

"Kalau kau mau, aku bersedia." Ucap seorang laki-laki yang sepertinya ada beberapa meter di belakangku. Hei, bagaimana bisa dia mendengar gumamanku yang sekecil itu? Setajam itu kah kemampuan pendengarannya?

Aku berbalik ke belakang, untuk melihat siapa laki-laki itu. Ketika melihatnya, mataku membulat seketika. Ini.... tidak mungkin.

Ia tersenyum, kemudian berjalan ke arahku. Hey. Sejak kapan, seorang laki-laki seketus Zayn Malik bisa tersenyum setulus itu?

Aku masih terdiam di tempat, menatapnya sambil memegang bola basket.

"Boleh aku pinjam bolanya?" Tanyanya, tanpa nada ketus ataupun tajam sedikitpun.

The Story Of Us (One Direction Fan Fiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang