Aku sudah melihat jutaan senja, tapi tak satupun dari mereka yang lebih indah daripada ketika kau memelukku sebagai sore yang sederhana--Unknown
~~~
"Kenapa, Than? Emang salah gue suka sama lo? Salah gue ngarepin lo? Gue gak minta lo ngebales perasaan gue! Gue cuma ngungkapin ini ke elo! Apa itu salah? Hah?!" teriak seorang gadis.
"Udahlah, Key. Malu dilihatin," bujuk temannya yang bernama Gita.
"Diem lo, Git! Lo gak ngerti apa-apa. Dan, lo," tunjuknya pada seorang lelaki, "Apa sebegitu menjijikannya gue, sampai lo ngelakuin ini ke gue cuma gara-gara lo tau gue suka sama lo. Lo tuh jahat banget. Sumpah! Gue benci banget sama lo!" teriaknya tak kalah kencang dari sebelumnya dan berlalu pergi.
"Kesya!" panggil Gita. Namun gadis itu entah sengaja atau tidak, tidak menggubris perkataan sahabatnya itu.
"Lo tuh jahat banget sih. Setidaknya kalo lo gak suka sama dia, lo bisa ngomong sama dia baik-baik. Gak kayak gini, bikin dia malu doang. Lo tuh maunya apa, sih? Gue tau lo ganteng, kaya, pinter, tapi lo gak bisa seenaknya gini dong. Dan, lo, Vincent, sahabatnya si bajingan ini, bilangin sama SAHABAT lo ini buat lebih ngehargain orang lain, " maki Gita dan dia langsung pergi dari tengah lapangan, tempat drama ini berlangsung.
"Whoaaa, man! Gak nyangka gue. Lo habis kerasukan apaan, deh, jadi jahat gini. Gak nyangka gue," bersamaan dengan terucapnya kalimat tersebut, Vincent dan penonton lainnya segera meninggalkan lapangan tersebut. Meninggalkan seorang lelaki yang dihinggapi penyesalan.
~~~
Miris memang. Bayangin aja. Kalian udah suka sama orang 5 tahun. Tapi bukannya ngebales perasaan kalian, dia malah ngejauh secara perlahan. Apa gak sakit itu.
~~~
"Aaaaa... gue benci banget sama lo, Than. Kalo lo emang gak suka sama gue, paling gak lo bilang sama gue baik-baik. Gak kayak gini. Ini sama aja lo ancurin mimpi gue. Gue benci sama lo!" teriak Kesya.
Di luar kamar, Gita dan Dewi, mama Kesya, hanya bisa menatap miris pintu kamar Kesya.
"Tante..." panggil Gita lirih.
Dewi, hanya bisa menatap nanar Gita. Dia sendiri sedih melihat anak semata wayangnya sefrustasi ini.
Gita berjalan menghampiri mamanya Kesya dan berdiri di sampingnya seraya mengusap pelan punggung Dewi, "Tante yang sabar, ya. Nanti kalau Kesya udah agak tenang, Gita janji bakal ngebujuk Kesya."
Selalu. Selalu saja seperti itu. Jika Kesya sudah teriak-teriak dikamarnya, orang lain hanya bisa menunggu sampai Kesya kembali tenang dan dibujuk untuk keluar kamar.
"Tante serahin semuanya ke kamu ya, Git. Tante udah angkat tangan kalau dia udah kayak gini. Tante ke bawah dulu ya..." ucap Dewi lirih dan hanya dibalas anggukan saja oleh Gita.
Menunggu. Hanya itu yang dilakukan Gita di depan kamar Kesya. Setelah ditinggal mamanya Kesya untuk ke bawah, hanya tatapan datar yang di lontarkan oleh Gita ke arah pintu kamar Kesya.
Setelah dirasa Kesya cukup tenang, perlahan, Gita mulai mengetuk pintu kamar Kesya, "Key.... buka, dong. Ini gue, Gita. Kita bisa omongin ini baik-baik, Key."
Hanya hening yang terdengar. Namun, tak lama, Kesya membuka pintu kamarnya. Dengan lega, Gita perlahan masuk ke kamar Kesya. Untung saja. Kamar Kesya masih terlihat normal.