"Ra, lo yakin sama perasaan, lo?"
"Gue juga gak yakin, Bil, gue bingung banget," ujar Keyra disertai isak tangis. "Ada saat gue pingin mundur, tapi gue selalu ngeliat hal yang bikin gue ragu buat mundur. Tapi, saat gue pingin maju, gue juga ngeliat hal yang bikin gue pingin mundur," air mata Keyra akhirnya jatuh juga.
"Gue harus apa, Bil?" lirih Keyra.
Bila bingung harus merespon apa. Jadi saat ini yang dilakukannya hanya mengelus punggung Keyra yang sudah menangis.
"Sekarang gue tanya sama lo, Ra. Alasan lo nangis kaya gini apaan, sih? Emang ada pengaruhnya? Emang dia tau kalo lo nangis? Kalaupun dia tau, emang dia peduli? Enggak kan, Ra. Boro-boro dia peduli, dia aja gak tau perasaan lo, Ra. Jadi, ngapain lo buang air mata lo?" nasihat Bila lelah. Lelah karena lagi-lagi kalimat itu yang ia ucapkan untuk Keyra, sahabatnya yang gak pernah sadar.
"Lo gak ngerti, Bil," keluh Keyra.
"Gue emang gak ngerti, Ra. Tapi satu yang gue tau. Lo udah nyiksa diri lo sendiri dengan berharap sama dia, Ra!" ujar Bila gemas.
"Jujur, ya, Bil. Gue baru ngerasain ini untuk pertama kalinya. Apa gue salah gue suka sama dia?"
"Lo gak salah, Ra. Yang salah itu kepada siapa lo jatuh cinta. Lo salah suka sama dia. Dia aja gak pernah sadar sama perasaan lo. Jadi, buat apa lo mertahanin perasaan lo yang cuma sepihak ini."
Hanya terdengar helaan napas Keyra sebagai balasannya.
•••
"Ra, lo ikut kemah hari Sabtu besok, gak? Ikut aja, ya? Biar gue ada temennya," bujuk Bila.
"Yeee... itu pertanyaan apa pernyataan, sih? Gak niat banget tanya pendapat gue," dengus Keyra.
"Ya, sorry. Ikut aja ya, Ra. Itung-itung refreshing dari UAS kemarin. Yayaya?" paksa Bila.
"Huh... iya deh, gue ikut," putus Keyra pada akhirnya.
"Heh, Bim, gue sama Keyra ikut!" teriak Bila ada sang ketua kelas yang sedang sibuk mendaftarkan siapa saja yang ikut kemah.
"Ra, ke kantin, yuk! Gue laper, nih," ajak Bila memelas.
"Gak, ah. Mager gue," tolak Keyra.
"Yahhh.... Keyraaa mah gak asyik. Ya udah, deh, gue ke kantin dulu ya," pamit Bila seraya memasang wajah berharapnya.
"Gak usah pasang wajah kayak gitu. Gue tetep gak bakalan ikut ke kantin, tau," ujar Keyra geli.
"Ihhh," umpat Bila sambil menghentakkan kakinya ke lantai dan segera berlalu pergi.
Sepeninggal Bila, Keyra kembali melamun. Dia bingung dengan perasaannya. Ditengah lamunannya, dia mendengar suara petikan gitar, yang langsung membuat perhatian Keyra menjadi sepenuhnya tertuju pada sang pemetik gitar. Dilihatnya, lelaki itu asyik memainkan nada bersama temannya.
Tuhan... jika memang apa yang aku rasakan ini benar, tolong aku, Tuhan.... Tolong aku beri petunjuk-Mu. Jika Engkau mengijinkan perasaanku berlanjut, Tuhan tolong dekatkan kami saat acara kemah esok, Tuhan. Jika memang Engkau berkehendak lain, tolong jangan buat aku berharap, Tuhan....
Melamun dan melamun. Lagi-lagi itu yang dilakukan Keyra akhir-akhir ini. Bila sendiri sampai jengah dengan tingkah Keyra. Sebenarnya, apa yang dilamunkan Keyra? Mungkin jawabannya saat ini hanya satu. Yaitu lelaki yang saat ini dipandang dengan diam-diam oleh Keyra. Lelaki yang entah tidak menyadari atau pura-pura tidak menyadari perasaan Keyra.