Kuperhatikan wajahnya dari atas sampai bawah, seakan-akan memberi nilai untuk penampilannya. Saat sedang asyik-asyiknya menilai, perutku tiba-tiba disiku dari samping.
"Senja, lo ngapain, sih merhatiin dia gitu banget. Lo naksir ya sama dia?" bisik Mentari di sampingku.
"Wajar kali kalo gue ngelihatin anak baru," balasku sambil berbisik juga.
Mentari melebarkan senyumnya. "Gimana menurut lo?" tanyanya antusias seraya melirik ke anak baru itu.
Ganteng, sih, tapi..... "Pendek"
Senyum Mentari yang awalnya lebar, perlahan memudar setelah mendengar pendapatku itu.
"Lo, mah, apa-apa dilihat dari fisik doang. Lo kan belum tau gimana dia sebenarnya," cibir Mentari.
"Gak tertarik gue buat tahu dia yang sebenarnya."
Bohong!
"Alah. Boong lo. Gue tertarik sama dia."
###
Entah sudah berapa banyak kebohongan yang kukumpulkan semenjak lelaki itu sekelas denganku.
Namanya Fajar. Entah kenapa aku merasa aku dan dia cocok, semenjak aku tahu namanya. Fajar-Senja. Cocok, kan?
Setelah 3 bulan sekelas sama dia, aku mulai sedikit demi sedikit mengenalnya. Dia orangnya pintar pake banget. Sering juara olimpiade. Punya banyak fans cewek, secara orangnya ganteng. Dan lagi, dia mesum. Wajar, sih, cowok punya pikiran mesum. Untungnya, dia tidak pernah mengumbarnya di khalayak umum. Jelas saja. Kalau tidak, fans-fansnya bisa pada kabur.
Aku saja tahu dia mesum, gara-gara waktu itu aku pernah duduk sama dia selama 1 minggu. Cukup lama hingga aku bisa tahu sedikit banyak tentang dia, dan karna itulah, kekagumanku menumpuk padanya.
Aku gak bisa berharap lebih kepada dia. Alasanya klise. Dia udah banyak disukai cewek yang lebih-lebih daripada aku. Aku cukup sadar diri, sih.
Mungkin kita memang sudah ditakdirkan. Fajar dan senja. Selalu berdampingan tapi tak pernah bersatu.
Terlebih lagi, temanku, sahabatku satu-satunya, benar-benar membuktikan ucapannya, yang katanya tertarik dengan Fajar.
Buktinya saja, saat itu, kita baru satu bulan sekelas dengan Fajar, tapi sepertinya, biodata Fajar sudah menyebar luas, bahkan mungkin sudah satu sekolahan. Intinya, ketika Fajar berulang tahun, Mentari bela-belain begadang semalaman untuk memberikan kado untuk Fajar dari hasil tangannya sendiri. Dia membuat scrapbook. Saat ditanya untuk apa, Mentari menjawab, "Ya biar dia inget gue terus. Didalam scrapbook itu, selain fotonya, ada foto gue juga. Jadi gue mau dia nyimpen foto gue."
Mentari niat banget buat nunjukkin rasa sukanya buat orang yang dia suka. Sedangkan aku? Dari awal saja aku sudah membohongi diriku sendiri dengan berkata aku sama sekali tidak tertarik dengan Fajar.
Lagi, banyak cewek cantik yang lebih-lebih dari aku yang suka sama dia. Bisa apa aku?
###
Tak terasa, aku sudah memendam perasaanku ini kurang lebih dua tahun. Aku sama sekali tidak berani mengatakan yang sebenarnya kepada Fajar. Apalagi semenjak banyaknya kejadian yang berhubungan dengan Fajar.
Dimulai dari ulang tahun Fajar, dua tahun lalu. Fajar banyak menerima hadiah ulang tahun dari semua fans-nya. Memang sih, Fajar dengan senang hati membawa semua hadiah tersebut. Namun Fajar mengatakan kepada semua fans-nya untuk tidak terlalu berharap lebih kepada dirinya. Alasannya, dia sudah memiliki seseorang di hatinya.
Aku yang mendengarnya sungguh terkejut, dan mulai bertanya-tanya. Kira-kira siapa cewek beruntung itu?
Aku terus-terusan bertanya kepada diriku sendiri, siapa gerangan cewek itu. Tak butuh banyak waktu, sebulan kemudian, aku baru tahu cewek beruntung itu bernama Bulan. Salah satu teman terdekatku selain Mentari, walaupun tidak sedekat Mentari.