"Cher, besok Sabtu anak-anak pada diajak ke Kota Bersejarah ya?" ucap Edo tiba-tiba.
Cherry melongo bingung. "Ngapain kesana?"
"Kemarin ada orang yang tertarik sama grup kita, jadinya kita diundang buat tampil disana."
"Ohhh... jam berapa?"
"Acaranya sih jam 5, tapi kita kumpul disini jam 4. Okee?"
"Ya lo jangan ngomong sama gue aja, dong. Lo ngomong sana sama anak-anak. Trus lo juga ngomong sama yang lain, ya?"
Edo mencibir. "Kok gue semua, sih. Bagi tugas, kek. Elo yang ngomong sama anak-anak, gue yang ngomong sama yang lain."
Cherry balas mendengus kesal. "Bilang aja lo mau ketemuan sama Kinar, kan?"
Menyadari ada sesuatu dalam nada suaranya, Cherry segera memalingkan wajahnya, menjauhi tatapan Edo.
Edo tentu saja menangkap nada itu, dilihat dari tingkahnya yang saat ini tersenyum jahil. "Lo cemburu, ya?" Edo menoel dagu Cherry.
Cherry menepis tangan Edo. "Brisik lo. Udah sana lo temui pacar lo." Segera Cherry berlalu meninggalkan Edo.
"Cemburu bilang aja kali, Cher," teriak Edo dibelakangnya.
===
Hari ini hari Kamis, sekaligus hari terakhir mereka latihan. Cherry, Edo dan kakak-kakak lainnya mempersiapkan adik-adik mereka supaya mereka dapat memberikan tampilan terbaik besok Sabtu.
Akan tetapi, hari itu pula Cherry darang terlambat dikarenakan hujan turun dengan lebat. Niat awal, sih, mau nunggu hujan reda. Eh, tapi ditunggu, malah hujannya tambah lebat.
Dengan terburu-buru, Cherry nekat menerobos hujan bersama motornya menuju tempat latihan mereka.
Sesampainya disana, latihan sudah setengah berjalan, tanpa menunggu kehadiran Cherry. Tubuhnya basah kuyup dan Cherry baru menyadarinya ketika memasuki ruang latihan. Udara dingin langsung menusuk tulangnya. Dinginnya bukan main.
"Astaga, Cher, lo abis mandi hujan?" ejek Raffi, relawan seperti dirinya.
Cherry hanya tertawa menanggapinya. "Dari kapan mulainya? Gue ketinggalan jauh, gak?"
"Baru 10 menit yang lalu kok, Cher," ujar Kinar.
"Eh, ada lo, Nar. Tumben lo ikut? Biasa juga lo males," sindir Cherry yang hanya dibalas senyuman maklum oleh Kinar.
"Lo kenapa, deh, Cher?" tanya Abby, relawan juga.
Cherry hanya menyunggingkan senyum tipisnya.
Latihan berjalan sukses seperti harapan. Semoga saja, saat tampil sama suksesnya seperti latihan.
Cherry lebih memilih langsung pulang ketimbang berkumpul bersama relawan yang lain.
Dalam perjalanan menuju parkiran, serasa ada tangan hangat yang menahan langkahnya. "Cher!"
Cherry membalikkan tubuhnya. "Eh, elo, Do. Kenapa?"
Hening. Edo tak segera membuka suaranya, membuat Cherry tak sabaran."Lo mau ngomong apa, sih, Do?"
Edo tak menjawab. Dia malah membuka jaketnya dan memberikannya kepada Cherry. "Jaket? Buat apa?"
Melihat Cherry tak segera menerima jaketnya, Edo langsung memasangkannya ke tubuh mungil Cherry. "Biar lo gak kedinginan." Edo terenyum tulus.
Cherry menatap tak percaya pada Edo. "Jangan, Do. Malem ini udaranya dingin. Ntar lo bisa masuk angin, trus besok pas hari H lo sakit, gimana?"
Edo menggeleng pelan. "Udah, gapapa. Lo pulang sana. Udah malem," ujar Edo seraya mengacak rambut Cherry.