Resi Adriani : Nay, besok rumah lo boleh dipake buat latihan gak?
Kenaya Thia : Boleh aja sih
Resi Adriani : Fix ya?
Kenaya Thia : Siip dah
~~~
"Nanti rumah gue jadi dipake, gak?" tanya Naya.
"Jadi, lah. Udah gak ada tempat soalnya," jawab Resi.
"Tumben pake rumah gue?"
"Soalnya keyboard yang lagi nganggur ya cuma di rumah lo."
Naya diam sejenak. Begitu menyadari satu fakta, Naya langsung senyum-senyum sendiri.
Resi menatapnya dengan tatapan bingung. "Gila lo?"
"Sialan."
Seakan menyadari sesuatu, Resi langsung memukul wajah Naya dengan buku. "Seneng, kan, lo."
"Aiissshhh..... Sakit bego." Naya meringis kecil. "Eh, tapi gue seneng, ding," cengirnya.
Resi memutar matanya kesal. "Iyalah seneng. Gimana enggak. Si Nael ikut."
"Ssttt... jangat keras-keras, toil."
Resi menjulurkan lidahnya. "Biarin."
~~~
"Tunggu, deh, Re, ini yang ikut emang siapa aja?" tanya Naya ketika pulang sekolah.
"Dikit, kok. Cuma gue, Nael, Surya, Kak Diva, Kak Nia, Kak Novi, sama Hana doang. Gue juga kalo bukan sie acara gak bakal ikut deh gue."
"Pala lo dikit. Eh, Surya ikut? Ciyeeee.. jangan flashback lo, Re," goda Naya.
Resi mendengus kesal. "Tai lo. Eh, mau kemana?" tanya Resi panik ketika dilihatnya Naya beranjak dari posisi sebelumnya.
"Gue mau ngajak Caca keluar bentar."
"Kemana? Awas lo gak balik. Kita gak ada yang tau rumah lo tau."
"Bentaran elah. Gue cuma mau beli minum. Dirumah kaga' ada minuman. Baik kan gue?"
"Haruslah. Tamu, kan, raja."
"Sialan lo," ujar Naya seraya berlalu.
Tak lama kemudian, Naya sudah balik lagi. "Yuk, berangkat."
"Tunggu dulu. Belum lengkap," balas Kak Diva.
"Trus ini siapa nebeng siapa?"
"Ya lo mau bareng siapa? Kak Diva apa Nael?" tanya Resi.
"Kok pilihannya dua doang," dengus Naya.
"Katanya gue sama Surya?" tanya Kak Diva.
"Oh, iya."
"Ini gimana, sih?" tanya Naya bingung.
"Kak Novi sama Kak Nia, Kak Diva sama Surya, Hana nanti nyusul, sisanya kan berarti tinggal gue, lo sama Nael, ya?" ujar Resi.
"Kok ganjil?"
"Ya lo mau bareng Nael, gak?" tanya Resi.
Naya menatap Resi lekat berharap Resi mengerti arti tatapannya. "Ya terserah," ujar Naya sok pasrah.
Naya gugup. Jadinya dia duduk di sebelah Ano yang kebetulan duduk di depan kelas. Naya diam sejenak. Seakan mendapat harta karun, dia langsung menyunggingkan senyum lebarnya.
"No, lo mau ikut ke rumah gue, gak?" tanya Naya penuh harap.
Ditanya seperti itu, Ano langsung melebarkan senyumnya. "Asal ada makanan, gue mau ikut."