"Gue, kok takut, ya, sekelompok sama lo?" tunjuk Krisa pada lelaki di hadapannya
"Sembarangan lo! Bilang aja, lo takut jatuh ke dalam pesona gue, kan?"
"Pede banget lo!"
"Udah kenapa, sih? Yang ada gue yang takut sekelompok sama kalian. Gue ntar jadi nyamuk lagi," ujar Amel.
"Enak aja!" tukas Krisa dan lelaki itu, Alga, bebarengan.
"Eh, denger-denger, kalo cewek sama cowok ngomongnya barengan, itu pertanda, lho," goda Amel lagi.
"Pertanda apa?" tanya Alga.
"Jodohlah, apalagi."
"Sialan lo," ujar Krisa dan Alga bebarengan, lagi.
"Tuh, kan."
"Diem, deh, lo," tukas Krisa.
"Gak usah salting lagi kalian."
"Amel!"
±±±
"Guys, urunan, yuk!" usul Amel.
Krisa menyatukan kedua alisnya, "Buat apa?"
"Bego! Ya buat tugas kita, lah!" tukas Alga gemas.
"Santai dong, Mas!"
"Waaoww... kemajuan, nih. Udah ada panggilan sayang segala lagi. Pokoknya, gue gak mau selama kita ngerjain tugas, kalian jangan pacaran, ya. Pacarannya diluar tugas kita. Bisa-bisa gue envy liat kalian. Okee?"
"Sembarangan lo, Mel. Gak bakalan gue pacaran sama dia. Gue pacaran sama dia ntaran pas Jepang sebelahan sama Indonesia, oke?" balas Krisa.
Alga sedari tadi hanya diam mendengarkan. Capek berdebat sama Krisa, mungkin.
"Trus ini yang buat laporannya siapa?" Alga akhirnya bersuara.
"Ya elo, lah," ujar Krisa dan Amel serentak.
"Mana ada."
"Iyalah! Kita yang cewek-cewek beli bahan sama yang buat. Elo cowok, buat laporannya. Cowok, kan?" ejek Krisa.
"Tai lo."
±±±
Di hari H, tugas yang bagian Krisa dan Amel telah selesai dengan baik. Kendalanya....
"Sa, gawat!" ujar Amel tiba-tiba dengan raut wajah panik.
"Apaan?" tanya Krisa bingung.
"Noh, si Alga. Dia belum nge-print tugasnya."
"Kok bisa? Lo tau, kan guru kita killer-nya minta ampun."
Amel mengedikan bahu. "Ya gak tau."
Begitu melihat Alga di pintu, Krisa segar berjalan menghampiri Alga yang tengah berjalan menuju mejanya.
"Al, lo bebetan belum nge-print laporannya?" tanya Krisa mencoba sabar.
Yang ditanya malah cengengesan, "Hehehe... iya, Sa."
"Lo kok gak tanggung jawab, sih."
"Ya elah, lo pikir tugas gue itu doang? Gue juga banyak kerjaan kali."
"Sok sibuk lo. Trus ini gimana?" tanya Krisa kesal.
Amel tiba-tiba datang menengahi, "Udah lo pada. Berdoa aja gurunya kasih ijin kita nge-print di perpus."
Tak berapa lama, bel berbunyi, dan guru yang rajin plus killer itu sudar berdiri di depan kelas.
Selesai berdoa, dengan takut-takut, Krisa mengangkat tangan, "Pak, kita boleh ijin nge-print di perpus gak, Pak? Soalnya print di rumah lagi rusak."