I hope you have a beautiful gift on your birthday
---
"Ta, lo gak inget hari ini tanggal berapa?" tanya Milka memecah keheningan.
Retta yang awalnya serius mengerjakan tugas, menjadi terganggu konsentrasinya gara-gara Milka.
"Tanggal 29, kan?" tanya Retta bingung.
"Trus gak ada lagi yang lo inget?" desak Milka.
Retta hanya menggelengkan kepalanya polos.
"Sumpah ya, Ta. Dari kemarin lo yang neror gue dengan bilang bahwa besok itu ulang tahunnya dia, sampai-sampai gue gak inget berapa kali lo ngingetin hal itu, dan sekarang, lo semudah itu lupa?" dengus Milka kesal.
Retta tertawa pelan dan menutup buku tugasnya. "Oh, itu. Gue gak mungkin lupa kali."
Milka mengangkat alisnya. "Oh doang respon lo? Taik."
"Ih, Milka omongannya. Gak boleh tau." Retta tertawa puas melihat tampang Milka dan mengalihkan pandangannya ke arah jendela, yang memperlihatkan sesosok itu.
Sosok itu bernama Gitar. Yap. Sesuai dengan namanya. Dia memang ditakdirkan untuk menjadi ahli gitar--bukan ahli dalam artian bisa memperbaiki gitar dan tetek bengeknya--tapi memainkan gitar. Tak terkecuali, ahli menarik perhatian Retta sejak pertama kali Retta menjejakkan kakinya di sekolah ini.
Retta ingat. Saat Retta sedang menjelajahi sekolahnya seorang diri, perhatiannya justru teralihkan dengan alunan gitar yang untuk pertama kalinya mampu menyejukkan hatinya. Terkesan alay memang. Tapi, itulah faktanya.
"Woii, bengong ae, lo," teriakan Milka tepat di telinga kanannya memecah lamunannya tentang Gitar.
Retta memutar bola matanya kesal seraya menatap Milka.
"Lo gak ada nyiapin kado buat Gitar?"
Retta menatap Milka jengah. Topik itu lagi yang dibahas oleh Milka.
"Please, ya, Ka, dia bukan anak kecil yang perlu kado lagi."
'Bohong!' kata hati Retta mengambil alih pikirannya.
Milka tak tahu saja, bahwa semalaman, Retta bela-belain begadang untuk membuat kado untuk Gitar yang saat ini tersimpan rapi di dalam tasnya. Bahkan, dirinya saja tak sempat mengerjakan tugas yang seharusnya dikumpulkan siang ini.
Milka menatap Retta penuh selidik. "Lo serius suka sama Gitar apa enggak, sih?"
"Kenapa lo nanya gitu?"
Milka menghembuskan napasnya sesaat. "Ya, abis, gue gak pernah liat lo, deketin Gitar. Gimana Gitar mau tau lo suka sama dia kalo lo aja gak pernah deketin dia."
Retta mengalihkan pandangannya. Milka benar. Dari tahun pertama, Retta tak sedikit pun terlihat mendekati Gitar. Boro-boro mau deketin. Gitar yang kebetulan ada di dekatnya saja, dia sudah keringat dingin. Gimana mau deketin Gitar coba.
"Emang kalo suka sama orang, orangnya harus tau, ya, Ka?" tanya Retta pelan.
"Ya gunanya lo suka sama dia apa kalo bukan buat dia tau lo suka sama dia?" tanya Milka balik.
"Gue suka sama Gitar bukan karena gue pingin dia bales perasaan gue, kok."
'Cih! Bullshit' Siapa coba yang gak pernah bermimpi untuk bersanding dengan orang yang disukainya.
"Terserah lo aja, deh."
---
Sesampainya di kamar, Retta merebahkan dirinya ke kasur, seraya memikirkan percakapannya dengan Milka tadi pagi.
Perlahan, dirinya mengambil barang yang sudah semalaman di buat dengan susah payah. Namun, karna sifat pengecutnya, dirinya tak berani memberikan itu pada Gitar.
Setelah puas memandangi barang itu, Retta perlahan membuka kotak yang ada di bawah meja belajarnya, dan meletakkan barang itu bersama dengan barang-barang yang nasibnya sama dengan barang yang baru saja dimasukkan itu. Barang yang mungkin tak pernah sampai ke tangan tujuannya.
Sebuah miniatur berbentuk gitar dan secarik kertas.
---
Suratku untukmu,
Aku menengadahkan kepalaku
Menatap langit yang kuyakini bertabur banyak bintangSeberusaha mungkin
Aku melukis wajahmu diantara ribuan bintang itu
Dengan harapan, nantinya
Bintang-bintang itu akan menyampaikan pesanku padamu
Yang tak peduli sampai kapan
Tak akan pernah berani kusampaikan padamuHanya ingin berucap
Selamat ulang tahun
Dan terimakasihTerima kasih pernah menjadi harapanku
Walau kau tak pernah mengetahui ituTerima kasih pernah menjadi laguku
Yang selalu menemani apapun yang sedang kurasaTerima kasih selalu menjadi inspirasiku
Dalam setiap untaian kalimat yang kutulisTetap berjuang
Jangan membuat apa yang telah kuharapkan pupus begitu sajaBahagiakan orang-orang disekitarmu
Kau tak perlu tahu aku
Aku selalu disini
Tak pernah aku pindahAku pun tak pernah berniat
memindahkanmu dari dalam dirikuSekali lagi kuucapkan
Selamat ulang tahun
Kuharap,
Di tahun ini
Kamu mendapat kado terindah--- Salam dariku,
Si gadis yang tak pernah berani.29/12