Pahit

2.4K 164 8
                                    

Dan begitulah kehidupanku hampir di setiap hari. Aku tak pernah lepas dari bully. Kadang aku berpikir, apa aku tidak pantas dicintai?

Atau apa aku terlalu buruk tuk di sukai?

Tapi sekali lagi, aku mencoba ikhlas. Akan ada hikmah di setiap kejadian. Aku percaya Kamisama tak pernah tidur dan slalu melihatku.

Aku langsung menuju supermarket terdekat sepulang dari kuil. Belanja. Sesuai catatan yang Kaa-san berikan semalam.

Semua sudah ada di tanganku sekarang. Saatnya pulang.

Bruk

Aku bertabrakan dengan seseorang di depan supermarket.

" Gomenasai " ucapku mengambil beberapa barangku yang jatuh.

" Lain kali lihat-lihat kalau jalan "

Dia menginjak sebuah jeruk yang tadi ku beli. Aku melihatnya sesaat.

" Nani? "

Aku menggeleng kemudian pergi bersama barang bawaanku. Lagi-lagi di ganggu. Kenapa mereka tak pernah bosan menggangguku.

Asal kau tau, air mataku hampir mengering karna menangisi keadaanku. Aku sudah mengambil keputusan tuk terus maju, maka aku juga tak akan pernah lagi menangis. Tidak akan..

Akan ku terima semua perlakuan kasar mereka padaku. Ku harap hanya aku yang mengalaminya, jangan sampai ada orang lain yang merasakan apa yang kurasakan.

Dendam, kesal, juga marah. Semua perasaan itu sudah ku buang jauh-jauh. Karna semua itu tak pernah menyelesaikan masalah yang ku hadapi.

Lebih baik mengalah tuk menjadi dewasa. Dan menerima semua dengan lapang dada. Semoga mereka bisa berubah menjadi orang yang lebih baik.

" Kita pemanasan dulu, silahkan cari pasangan kalian "

Pagi ini ada pelajaran olahraga. Seperti biasa, aku tak pernah punya pasangan. Atau lebih tepatnya mungkin tak ada yang mau berpasangan denganku.

" Sensei, aku tak ada pasangan " ucapku.

" Ah kau lagi Hinata "

Seolah dia sudah hafal betul dengan pemandangan seperti ini.

" Lakukan sendiri saja, pelajaran kita hari ini tidak terlalu berat " perintahnya.

Sendiri. Selalu. Kalau kalian pikir aku akan menangis, kalian salah. Bukankah sudah ku katakan bahwa air mataku sudah mengering.

Usai lari dan mendapat nilai semua berhambur keluar lapangan. Begitu juga denganku.

" Ah "

Beberapa gadis dari kelas menabrakku dari belakang.

" Menghalangi jalan " ucap mereka.

Aku hanya diam, memegang bahuku yang sakit. Dan terus berjalan menuju kelas.

Tengteng

Pulang sekolah. Hari ini aku merubah rute tuk pulang ke rumah. Lebih baik menempuh jarak lebih jauh agar tak bertemu gerombolan pria yang slalu menggangguku.

Meski aku tak membenci mereka tapi bukan berarti aku akan slalu pasrah menyerahkan diri tuk di ganggu mereka.

Ku hentikan langkahku saat ku lihat beberapa pria dewasa yang baru keluar dari sebuah restoran. Aku membatu di posisiku melihat pria-pria itu bersama wanitanya.

" Otou-san "

Lavenderku tak percaya dengan apa yang ku lihat. Ku tutup mulutku yang hampir terbuka. Otou-san berpelukan mesra dengan seorang wanita. Dan itu bukan Kaa-san!

Dari semua gangguan yang ku terima, ini yang paling menyakitkan. Aku tak tau bagaimana jika Kaa-san melihatnya.

Aku berbalik arah. Mengambil rute awal tuk pulang. Aku sungguh tak percaya Otou-san melakukan hal itu.

" Okaeri Hinata "

" Hn "

Hari ini Kaa-san libur. Aku lupa mengucapkan salam tadi. Tapi lebih dari itu, aku harus menyimpan rapat-rapat apa yang ku lihat tadi. Kaa-san tidak boleh tau. Atau setidaknya biar Kaa-san melihatnya sendiri nanti.

Ku rebahkan tubuhku, menatap langit-langit kamarku. Bayangan Otou-san bersama wanita tadi masih jelas terngiang di kepalaku.

Siapa yang bertanggung jawab atas semua kekacauan dalam hidupku ini?

Hinata POV End

~Skip~

SasuHina - You are so sweetWhere stories live. Discover now