Hari minggu. Aku bersiap menuju optik tuk memperbaiki kaca mata ku yang rusak.
" Apa masih bisa diperbaiki? " tanyaku pada pegawai disana.
" Ini terlalu parah "
" Lalu? "
" Aku punya yang lebih bagus dari ini "
" Aku ingin yang seperti ini "
" Tunggu sebentar, kau lihat dulu "
Dia pergi meninggalkan ku. Ku rapikan kaca mataku dan bergegas keluar. Aku ingin memperbaikinya bukan membeli yang baru.
Ku cari optik lain tuk memperbaikinya.
" Apa kau bisa membuat yang seperti ini? " tanyaku.
" Bisa nona " jawabnya menyanggupi.
Ku tinggalkan kacamata ku disana. Dan segera pulang kerumah.
" Hey lihat, seperti orang kampung "
Ku acuhkan mereka. Bahkan orang yang tidak mengenalku pun mengejekku.
Aku terus berjalan hingga sampai di sebuah taman. Yang sore itu tengah ramai dengan anak-anak kecil yang asik bermain.
Aku berdiri dekat sebuah pohon besar. Melihat mereka bermain dan saling mengejar.
" Bola ku.. Hiks..hiks.. Bola ku.. "
Ada keributan tak jauh dari tempatku. Ku lihat seorang gadis kecil tengah dihadang beberapa anak yang lebih besar darinya.
Segera ku hampiri mereka tuk melerainya.
" Tidak boleh berkelahi ya.. Mainnya harus sama-sama " ucapku.
" Dia mengambil bola ku " ucap gadis itu.
" Kembalikan bolanya ya.. "
" Tidak " seru anak laki-laki itu.
" Kau tidak boleh mengambil yang bukan milikmu "
Dug
" Menyebalkan, dasar Obaa-san " seru anak itu berlalu.
Ku usap kepalaku yang terkena bola dan segera memberikan bola itu padanya.
" Daijoubu? "
Aku menggeleng. Kemudian gadis itu pergi meninggalkanku.
Kurapikan pakaianku dan beranjak dari tempatku.
" Itu dia orangnya "
Suara dari arah belakangku.
" Hey kau "
Aku menoleh. Lavenderku membulat saat ku lihat dia. Mereka adalah orang yang menghancurkan kacamata ku bersama teman-temannya.
Aku berpaling dan berpura-pura tak melihatnya.
" Oi jangan kabur " seru mereka.
Aku diam di posisiku. Mereka mengelilingiku sekarang. Tanganku melipat dada. Takut.
" Kau memukul adikku kan? "
Apa?
" Iya dia memukul lenganku hingga merah " adu anak itu.
Aku bahkan tak menyentuhnya sedikitpun.
" Kau ingin aku menghancurkan kacamata mu lagi? " ancamnya.
Aku masih diam. Sesekali melirik, mencari celah diantara mereka yang mengelilingiku.
Dan saat aku melihatnya
Bruk
Salah satu dari mereka menjegalku hingga aku tersungkur.
" Ahahaha.. Rasakan "
Aku langsung bangkit dan coba menghindar dari mereka.
" Oi mau kemana kau "
" Ah "
Salah satu dari mereka menarik rambutku. Menghentikan langkahku seketika itu juga. Aku masih diam. Meringis menahan sakit.
" Oi lepaskan dia "
Seseorang dari arah lain tiba-tiba datang.
" Siapa kau, huh? "
Aku langsung menyingkir saat dia melepasku.
" Nee-san "
Aku menoleh dan mendapati gadis yang ku tolong tadi.
" Kau.. "
" Tenanglah, Aniki akan menolong kita " ucapnya tersenyum.
" Aniki? "
" Hm " angguknya.
Perkelahian disana tak terelakkan. Lima lawan satu. Aku tak bisa membayangkan apa jadinya orang itu di keroyok lima orang.
" Sebaiknya kau pergi " pintaku.
Aku tak ingin gadis ini melihatnya.
Dia menggeleng, menolak. Gawat. Ini bukan sesuatu yang pantas dilihat anak kecil.
" Aniki " serunya.
Aku menoleh ke arah orang yang dia panggil.
Lavenderku kembali membulat saat ku lihat ke lima orang itu sudah terkapar tak berdaya.
" Apa yang kau lakukan? " tanyaku.
" Menghajar mereka " jawabnya santay.
" Huh? "
Aku lantas menghampiri mereka. Melihat luka yang mereka peroleh dari pria yang di panggil 'Aniki' itu.
" Kau baik-baik saja? "
Satu persatu kutanyakan keadaan mereka. Astaga, bukan ini yang ku inginkan. Aku tak ingin ada perkelahian apalagi sampai seperti ini.
" Rumahku dekat sini, apa kalian mau mampir? Aku akan merawat luka kalian " ajakku.
" Kau juga " ucapku pada pria itu.
Beruntung Kaa-san masuk kerja hari ini. Jadi aku tak perlu mencari alasan karna membawa banyak pria kerumah.
" Du-duduklah, akan ku buatkan minum "
Aku mengajak mereka, tapi disisi lain aku juga takut. Karna.. Mereka semua berandalan >,<
Usai membuat minum ku periksa luka-luka mereka dan mengobatinya. Kini tinggal pria itu.
" Kemarilah, aku akan memeriksamu " ucapku.
" Aku tidak apa-apa " ucapnya datar.
Aku berjalan mendekatinya. Memeriksa wajah dan lengannya. Memang tak ada bekas apapun.
" Terima kasih karna sudah menolong adikku " ucap pria itu sebelum meninggalkan rumah.
" Hn " anggukku.
" Oi " serunya seolah memberi tanda pada 5 pria lainnya.
" Arigatou.. " ucap mereka bersamaan.
Aku cukup terkejut. Tapi kemudian aku balas menunduk pada mereka.
" Aniki, kita pulang " ajak gadis itu.
" Hn "
" Jaa~ naa " serunya melambaikan tangan.
Dan rumahku kembali sepi.
~Skip~
YOU ARE READING
SasuHina - You are so sweet
FanficEntah kenapa aku merasa malu. Aku merasa aku yang paling berkuasa di kota ini. Tapi nyatanya itu hanya kesombonganku belaka. Dia jauh lebih kuat dariku. Dengan semua perlakuan kasar yang dia terima. Kehidupan keluarga yang hampir berantakan. Dia ti...