"Hey, apa yang sedang kau lakukan?!"
Aku terhenyak saat melihat siapa yang sudah menyelmatkan nyawaku "Harry? Kau kah itu?" Ia menarik tanganku lalu memeluk tubuhku erat. "Ya, ini aku, kakakmu." Senyumku mengembang dan terharu, aku tidak menyangka doa ku terkabulkan.
"Adik kecilku sudah tumbuh besar rupanya"
Ia memainkan rambutku lalu menciumi wajahku setiap inchinya, tapi tidak bibir, kami masih menyadari status kami dengan sangat. "Oh. Kakak ku juga semakin tua"
Ia tertawa lalu menarikku menuju lantai bawah lagi, huft, beruntung penempatan waktunya tepat, jika tidak aku akan menyesal dan menjadi arwah gentayangan. "Apa yang kau lakukan tadi? Kau ingin gantung diri?"
Entah aku harus menjawabnya atau tidak, tapi ia kakak ku, ia harus mengetahui semua hal yang terjadi padaku selama ini. "Err aku, aku hanya ingin memeriksa loteng atas, aku mencari boneka lama ku, kau tahu 'kan?" Mulutku memang tidak sama dengan otak dan hatiku, sial.
"Lalu tali tadi untuk apa? Kau ingin mencoba mengaitkan lehermu disana lalu kau bergantung-gantung bak tarzan? Heh, aku ini kakak mu, walau pun kita sudah lama tak bertemu, aku tahu pasti kapan kau berbohong."
Aku meringis kecil lalu terkekeh, ia mengusap rambutku lalu membawaku untuk duduk di sampingnya. "Kau bisa bercerita apapun padaku, itu 'kan yang kau lakukan dulu?" Damn, ia selalu membuatku ingin memeluknya.
"Okay okay, sekarang aku tidak mempercayai perkataan orang lain, semuanya omong kosong."
Harry menautkan alisnya lalu tersenyum kecil padaku. "Beri tahu aku, apa alasannya." Aku menjelaskan semua yang telah terjadi hari ini, tentunya aku melewatkan kejadian di toilet, bahkan aku tidak menceritakannya pada kalian.
Ia menghapus air mataku yang sempat terjatuh lalu menangkup wajahku dengan kedua tangannya. "Aku sangat mengenal Louis, ia mencintaimu dan ia tidak mungkin melakukan itu, kau pasti salah paham" baru saja aku ingin menyelanya dengan alasan tidak setuju dengan ucapannya, ia menaruh telunjuknya di wajahku.
"Aku belum selesai berbicara. Ia pasti memiliki alasan, percaya padaku, kau harus mendengarkan penjelasannya terlebih dahulu, jika kau sudah tahu, dan jika jawabannya itu menyakiti hatimu kau baru boleh marah seperti ini, tapi jika tidak, kau akan kehilangan pria manis sepertinya."
Aku hanya diam. Ya, ada benarnya juga ucapan Harry. Tapi bagaimana dengan Niall, secara tidak langsung ia melecehkanku walau pun dengan alasan apapun. "Bagaimana dengan Niall? Ia melecehkanku, dan ia membuat persahabatan kami hancur"
Harry mendengus geli. "Kalian ini seperti anak kecil, kau harus mengerti apa alasannya, kau tidak boleh terbawa emosi sesaatmu, karena itu hanya membuat masalah semakin rumit dan membuat penyesalan semakin besar.
Tapi ada satu yang harus kau pilih jika sudah begini, kau akan kehilangan sahabatmu atau cintamu, itu saja, dan itu karena emosi sesaatmu." Aku menggeleng membayangkan kedua pilihan tersebut, aku harus kehilangan salah satu dari mereka? No fucking way, ini tidak adil.
"Tidak kah ada cara lain?"
Harry nampak berpikir sejenak lalu melihatku dengan tatapan iba. "Kau bisa mendapatkan keduanya kembali, tapi Niall yang akan tersiksa disini, kau tega untuk itu?"
Aku menghela nafas panjang, "Sungguh, aku lelah untuk ini. Boleh kah aku tertidur di pelukanmu? Aku sangat merindukanmu." Harry tersenyum lalu membuka pelukannya dengan lebar.
"Kemari, adik kecil manjaku"
Author point of view
Selang beberapa lama setelah Milly tertidur, Harry memandangi setiap inchi dari wajah adik tirinya itu. Rasa bersalah merundungi dirinya, sudah berapa tahun aku meninggalkan gadisku menanggung penderitaan seorang diri? Batin Harry.
Setelah puas memandangi wajah adiknya, ia bangkit lalu memindahkan tubuh Milly ke kamarnya. Harry menatapi sekeliling dinding kamar Milly yang di di penuhi oleh gambaran anehnya semasa kecil, Harry tersenyum samar mengingat kejadian lampau itu.
"Dad dan Mom akan pulang sebentar lagi, ayo bereskan alat gambarmu, Milly. Aku akan membersihkan sampahnya"
Milly yang masih kecil itu merengek, "Satu gambar lagi, Harry, ini hampir selesai dan hampir sempurna! Terakhir deh, Milly janji" karena Harry tidak ingin adiknya menangis, ia pun mengiyakan permintaan adik kesayangannya tersebut.
Harry yang berselang umur lima tahun dengan Milly, hanya menggeleng menyaksikan adiknya yang sedang tengkurap dan terfokus dengan gambarnya yang masih berantakan.
"Ini dia! Ini Mom, Dad, kau, dan aku, nampak seperti keluarga yang sempurna 'kan?"
Harry kembali menampar kesadarannya, ia hanya bisa mengenang hal-hal itu, semuanya sudah berubah. Ia tidak bisa menemukan kebahagiaan lagi dari wajah Milly, berpura-pura bahagia dan sok kuat yang hanya terlihat sekarang. Pandangannya terpancing dengan sebuah bingkai foto yang berisi fotonya dengan Milly kecil, pun Harry mengambilnya lalu tersenyum kecut mengingat semua memori indahnya.
Ia menatapi wajah adiknya yang sedang tertidur tenang, ralat, wajah Milly sangat gelisah dan penuh penderitaan. Bingkai fotonya terjatuh dari tangan Harry setelah menyaksikan apa yang baru saja ia lihat, Harry menggeleng tidak percaya dengan apa yang baru saja ia lihat.
Ia melangkah mundur dan sedikit menjauh dari ranjang dimana Milly tertidur. Harry shock melihat wajah Milly yang berubah-ubah, ia terlihat seperti iblis sekarang walau pun ia sedang tertidur. Ia menutup mulutnya dengan mata yang masih terpaku pada wajah Milly.
Seketika tirai yang menutupi jendela Milly berkibaran terkena angin kencang. Jendelanya tebuka-tutup terkena hembusan angin, suasana berubah menjadi mencekam. Semua barang yang berada di atas nakas dan yang tertempel di tembok berterbangan tanpa arah.
Harry berjalan mundur hingga ke pojok dekat pintu, keringat dingin membanjiri tubuhnya. Tangannya mencoba membuka pintu, tetapi pintunya terkunci dan tidak ada kuncinya, Harry tidak merasa menguncinya, bahkan menutupnya saja tidak. Sosok itu muncul dengan seringai licik seperti biasa
"Buat lah perjanjian denganku, maka adikmu akan baik-baik saja, let's play"
-
Nah triple nih! Gue udah nepatin janji yaa wkwk
Ini gue buru2 ngetiknya maaf kalau gajelas
YAS ADA HARRY IKUT MAIN LAGI SAMA SI JEN TOMANG eh
Yaudah lah ya babay
Comments ya guysss lope you!