"Louie, aku minta maaf. Aku tidak tahu jika kau benar-benar berdarah, maafkan aku." Louis hanya mendengus kecil di seberang sana.
"It's okay, aku merasa lebih baik sekarang" aku mendengarnya terkekeh, aneh mengapa ia tidak marah padaku? Padahal aku telah menuduhnya yang tidak-tidak.
"Sungguh, aku minta maaf, kau tidak marah padaku 'kan?"
Lagi-lagi ia mendengus geli, "Kapan aku marah padamu, sayang? Aku tidak bisa melakukan itu, kau harusnya tahu."
"Baiklah kalau begitu. Sebagai tanda maaf, bagaimana jika aku mentraktirmu main di tempat permainan yang ada di mall? Waktu itu kita belum sempat bermain disana, jadi aku menggantikannya hari ini, bagaimana?"
"Kau ini seperti sedang minta maaf dengan orang lain saja, tak perlu seperti itu, aku sudah memaafkanmu dari sebelum kau meminta maaf." Ah Louis memang kekasih idaman sekali.
"Tapi boleh juga tawaranmu, kartu unlimited ya?" baru saja aku akan memujinya, tai.
"Ya ya, beruntung aku cinta padamu. Jemput nanti malam, oke?" Setelah ia mengiyakan permintaanku, pun aku menutup sambungannya.
"Bagaimana?" Oh aku sampai lupa jika Niall akan menemaniku malam ini sampai Harry pulang, astaga. "Ia tidak marah padaku, tapi ia meminta kartu game unlimited untuk bermain di mall" tuturku dengan mendengus.
"Kapan?"
Aku turun dari sofa lalu membetulkan rambutku yang sedikit berantakan. "Malam ini, kau pulang saja tak apa?" Niall terdiam lalu aku mendengar suara ponselnya berdering.
"Halo?...ya ya aku akan menjemputmu...aku sedang di kamarku, ada apa?...iya tenang saja, kau percaya padaku...Milly?...aku tidak ada hubungan apa-apa dengannya...sungguh...tentu tidak sayang...bicaranya nanti saja ya...love you."
Merasa namaku disebut, aku menatap Niall menunggu penjelasannya. "Berhenti menatapku seperti itu. Aku akan pulang, Greg menungguku." Aku menahannya.
"Greg? Kau pikir aku tuli dan bodoh? Jelas kau mengucapkan sayang, love you, namaku, tidak ada hubungan apa-apa, apa maksudmu?!"
Niall menghela nafasnya panjang. "Ya, kekasihku menelepon memintaku menjemputnya dan ia mengiraku sedang bersamamu, ada masalah?" Dadaku terasa sesak mendengarnya menyebutkan kata kekasih. Damn, kau tidak oleh egois seperti ini Mills.
"Aku hanya tidak suka kau berbohong, padaku atau pun padanya" Suaraku bergetar, nyeri menyerang ulu hatiku. Pedih, tapi hey, ia hanya sahabatku.
"Lalu aku harus mengatakan apa padanya? Bahwa aku memiliki perasaan padamu dan tidak padanya? Hell. Aku masih punya hati dan tidak mau melihatnya kecewa. Kau dan aku berbeda, aku tidak suka menyakiti perasaan orang.
Kau? Kau mencintai Louis, tapi kau ingin aku selalu ada disampingmu dan menghiburmu, guna Louis itu apa? Kau hanya menggunakanku sebagai pelarian dan cadangan, apa kau pikir itu biasa saja? Ya bagimu itu biasa saja, tapi tidak denganku, aku masih memiliki perasaan.
Jika kau bertanya apa aku masih mencintaimu? Ya, jawabannya ya. Biar pun kemarin aku menerima cinta dari Kelsey, tapi cintaku hanya untukmu, aku hanya ingin menghargai usahanya saja.
Kau? Kau hanya mempermainkan perasaanku saja, kau hanya menggunakanku jika kau sedang bertengkar dengan Louis. Jika sudah kembali, see? Aku dilupakan. Baiklah, aku pergi."
"Ni, kau salah paham–" Niall pergi dan membanting pintu depan, ia benar. Semua perkataannya benar. Aku wanita teregois yang pernah ada, aku tidak seharusnya melakukan ini pada Niall, ia menjadi salah paham. Bagaimana caranya aku memperbaiki semua ini? Ini semua terjadi karena emosiku kemarin, sial sial sial.