"Maaf, jam kunjungan sudah habis dari tiga jam yang lalu, kau bisa kembali lagi besok pagi pukul 10." Terang seorang polisi yang berjaga di daftar kunjungan.
Louis mengeluarkan sejumlah uang dan polisi itu mengabulkan permintaan Louis. Uang memang segalanya, yang tidak mungkin pun bisa menjadi mungkin. "Kau tunggu saja di ruangan sana, aku akan membawa tahanan bernama Harry Styles kesana," perintah penjaga itu sembari menunjukan ruangan yang sudah gelap dan hanya diterangi cahaya remang-remang.
Beruntung yang berjaga malam ini hanya satu polisi, jadi Louis tidak perlu menyuap yang lainnya juga. Ia melangkahkan kakinya menuju ruangan tersebut lalu menyalakan lampunya. Louis menarik sebuah kursi lalu duduk dan menunggu Harry datang.
Selang beberapa waktu, yang ditunggu datang dengan pakaian khas tahanan. "Louis? Ada apa mengunjungiku larut malam seperti ini? Dimana Milly? Apa ia baik-baik saja?"
Memang Harry sama sekali tidak tahu keadaan adiknya karena selama ia ditahan, Louis baru pertama kali mengunjunginya malam ini. "Aku akan menjawab seluruh pertanyaanmu jika kau mau menjawab permintaanku,"
"Jelaskan mengapa ini semua bisa terjadi? Apa alasan dibalik semua ini? Karena mereka tidak mungkin tiba-tiba menghantui kita bertiga tanpa sebab yang jelas!" Gertak Louis dengan sedikit tahanan emosi.
"Aku tidak tahu,"
Jawaban singkat dari Harry berhasil membuat Louis naik pitam, namun Louis menahannya. "Hanya jawab itu saja, Harry. Aku tidak ingin Milly semakin terpuruk tanpa adanya kejelasan. Setidaknya jika ia mati pun, ia tidak menjadi arwah penasaran," Harry geram mendengar penjelasan Louis, dan Louis baru saja menyadari apa yang baru diucapkannya.
"Kau ingin Milly mati? Maka dari itu kau ingin menekannya dengan penjelasan yang ia tidak mengerti, iya?!"
Harry menarik kerah Louis namun Louis menepisnya. "Tidak, bukan itu maksudku. A–aku hanya ingin Milly mengetahuinya, ia berhak atas itu. Aku sangat yakin kau tahu semuanya, semua.
"Apa kau tidak kasihan Milly meraung-raung setiap malam menanyakan mengapa mereka selalu mengikutinya? Ia tidak pernah tidur dengan tenang, aku baru bisa menidurkannya hari ini, dan itu juga–sedikit menyayat hatiku, ia hampir membunuh dirinya sendiri seperti dulu,"
"Apa kau tega padanya?" Tekan Louis lagi meyakinkan.
Harry menundukan kepalanya menahan sakit yang menghantam ulu hatinya. "Beritahu aku ada apa dengan Milly, mengapa ia seperti itu? Mengapa kau tidak pernah mempertemukanku dengannnya?! Ia adikku!"
"Milly depresi berat, ditambah dengan benturan di kepalanya yang membuat khayalannya semakin nyata, bisa di klaim seperti skizofrenia, apa aku membiarkan membawanya kemari? Tidak mungkin." Harry tercelos mendengar penjelasan Louis yang terdengar gamblang di telingannya.
"Aku akan menjelaskan semuanya padamu, tapi aku tidak akan membiarkan Milly mengetahui semua ini. Aku tidak ingin batinnya semakin tertekan jika mengetahui kenyataannya, ia tidak mungkin menerima ini,"
"Katakan saja padaku,"
Suasana pantai malam ini sangat lah romantis, penuh cinta dan kasih sayang. Berdiri lah sepasang kekasih yang sedang memadu kasih di tengah lilin yang mengelilingi mereka. Semua rencana yang sudah dirancang Robin dan Harry akan berhasil sedikit lagi.
"Aku ingin kau menjadi milik ku hari ini, besok, lusa, dan seterusnya, mau kah kau menikah denganku?"
Flaire menutup mulutnya saat Robin berlutut dengan mengangkat sebuah kotak bludru biru berisi cincin berlian mewah. Tapi senyum di wajah Flaire meluntur mengetahui ia berbeda keyakinan dengan Robin. "Aku tidak bisa, Robin,"
"Mengapa? Kau masih mencintai mantan suamimu? Tapi–mengapa kau memberi harapan yang besar padaku?"
Robin bangkit dari berlututnya sambil menatap Flaire dengan air wajah kecewa. "Bukan begitu, aku–aku hanya tidak bisa, Robin, kita berbeda," Flaire mulai menahan tangisnya. "Apa yang membuat kita berbeda? Aku tahu kau wanita dan aku pria, dan kita memang disatukan untuk melengkapi perbedaan yang kita miliki, apa lagi yang harus di permasalahkan? Flaire, kumohon,"
"Kita berbeda keyakinan, Robin, aku penganut iblis, apa itu sudah jelas?!"
"Kemudian ayahku memintanya untuk mengikuti kepercayaan ayahku, dan Flaire menurutinya. Maka dari itu mereka menaruh dengki pada keluarga kami, mereka menganggap Flaire mengkhianati kaum mereka." Jelas Harry.
Louis terkejut mengetahui kenyataannya, namun ia meredamnya dengan mengukir sebuah senyuman canggung. "Perjalanan cinta yang cukup menarik, tapi mengapa mereka menghantui kita selama ini? Ya, walau sekarang tidak lagi."
"Mereka belum puas dengan balas dendam yang begitu singkat, ayahku dan Flaire mengalami kecelakaan pesawat. Mereka pikir itu belum cukup untuk membalas semua kebencian mereka, dan berniat untuk menghancurkan hidup kami, aku dan Milly." Harry menghela nafasnya lalu membuang pandangannya ke belakang Louis. Ia membulatkan matanya saat melihat bayangan yang menjauhi ruangan dengan sedikit cepat.
"So, mengapa aku menemukan tempat pemujaan setan di kamarmu?"
"Louis, kau kesini sendiri 'kan? Kau tidak sedang membuat kejutan untukku 'kan?" Ucap Harry sembari tetap menatap tempat yang sama. "Ya, aku sendiri. Aku kemari setelah menidurkan Milly,"
"Apa kau mengunci kamarnya, atau setidaknya rumahmu?" Louis menelan ludahnya setelah kalimat Harry berakhir.
"Tidak lagi, kumohon"
-
Triple? Anyone? Yang banyak komennya baru jadi triple, kalau gamau gue updatenya nanti tanggal 4
Oiya buat siva, lean, sama jena, chat pm aja ye line gue amburadul lagi sip. Nanti gue reinstall dulu linenya, gatau kapan ok yang penting gue udah nge gift in satu2 ke kalian except cipa taiyank😘 KennyrraH
Yang banyak ya komennya, tripel hari ini lho hoho :-)
not edited