LONG CHAPT AS REQUEST
Louis dan Harry berlari keluar ruangan dan menemukan polisi tadi sudah tergeletak dengan luka tusuk yang ada di perut dan dadanya. Mereka tidak memperdulikan lagi polisi tersebut lalu berlari keluar mencari siapa yang dimaksud oleh Harry.
"Kurasa tadi bukan Milly, ia tidak mungkin berani menusuk polisi tadi." Harry memberi pendapat saat mereka rehat sejenak. Susana jalanan nampak sepi dan seperti tidak ada aktifitas lainnya. Hanya beberapa lampu jalanan yang menerangi malam yang sunyi disini.
"Tapi Harry, ia mengidap skizofrenia, ia bisa melakukan apapun diluar kendalinya!" Tukas Louis.
Mereka mengatur nafas sejenak lalu mengedarkan pandangannya ke seluruh ruas jalan. "Apa kita perlu berpencar?" Tanya Harry sembari mengamati setiap objek yang ia pandangi.
"Kurasa tidak, karena, ya, ini cukup berbahaya jika dilakukan sendiri"
Mereka melanjutkan jalannya lalu menemukan pisau yang dilemuri darah tergeletak di jalanan. Mereka mengamati pisau itu kemudian beradu tatap. "Apa ini?"
"Pisau,"
Harry memukul belakang kepala Louis dengan sedikit kesal. Orang-orang juga tahu itu pisau, batin Harry kesal. "Ya maksudku, siapa yang melakukan ini?"
"Pertanyaan yang kau berikan berbeda, kau tadi bertanya benda apa ini, setelahnya kau menggantinya dengan siapa, berbeda, Harry, berbeda"
Louis menyilangkan kedua tangannya dengan wajah dramatis yang dibuat-buat. "Terserah, idiot" Harry membungkukan tubuhnya lalu mengamati pisaunya. Matanya menangkap garis samar-samar berwarna merah dan cukup panjang. Matanya mengikuti alur garis tersebut lalu berakhir di tepi jalan yang ditumbuhi pohon dan semak-semak.
"Louis, lihat ini"
Harry menunjuk garis tersebut dengan jarinya dan berjalan mengikuti arah kemana garis itu berujung. Louis hanya menatap dengan tatapan datar lalu hanya ber-oh ria. "Lalu? Kau ingin masuk kedalam sana? Harry, ini hanya jebakan, dia tidak akan ada disana."
Mereka sama-sama larut dalam pikiran masing-masing, namun mereka tersadar saat mendengar seseorang berteriak. "Harry, Louis! Menyingkir!" Tubuh mereka terdorong dan terjatuh bersamaan dan sekarang terlihat seperti sandwich, dengan Louis di posisi bawah, Harry di tengah, dan Niall di atasnya.
(A/N : Asoy dah sandwich cogan :3)
Milly menatap mereka dengan tatapan seram. Mulutnya pucat dengan rambut terurai tidak beraturan, dilengkapi dengan gaun putih berbercak merah dan pisau yang tadi mereka temukan. Perlahan mereka semua bangkit satu-persatu, namun pandangan Louis sedikit kabur dan kepalanya terasa sakit akibat kepalanya berbenturan langsung dengan aspal. Darah mulai bercucuran dari dahi Louis. Niall memegangi lengannya yang terkena sabitan pisau yang rencananya akan mengenai Harry.
"Kalian semua pengkhianat! Aku sangat sangat benci pengkhianat. Kau,"
Milly menodongkan pisaunya kearah Niall. "Kau mengkhianati persahabatan kita, aku sangat membencimu dan tidak pernah menganggapmu ada! Tapi kau sekarang muncul di saat yang tidak tepat yang membuatku semakin membencimu!" Milly beralih menatap Louis yang sedang mengernyit menahan sakit di dahinya.
"Oh kau Louis sayang," ia menekankan kata sayangnya dengan sedikit seringai seram di wajahnya.
"Kau juga pengkhianat! Kau berkencan dengan musuhku sama seperti yang dilakukan bajingan pirang itu! Aku sangat sangat sangat membencimu. Sayang, aku sangat membencimu,"
Kini netra Milly bertemu dengan milik Harry yang hijau gelap. Pandangan penuh rasa kebencian seakan menusuk mata Harry. Milly berjalan mendekat namun Niall memberikan telapak tangannya mengisyaratkan Milly tetap disitu dan tidak melangkah lagi.