(VANYA versi lama)
***
Vanya memutuskan naik ke kamarnya sehabis makan malam dengan Bundanya. Satu undakan lagi akan berhasil membawa Vanya menuju lantai dua, namun tiba-tiba saja ....
TOK TOK TOK
"Anya bukain dulu gih pintunya". Teriak Bunda yang masih sibuk dengan sisa makan malam.
"Iyah bun". Jawabku males-malesan sambil berjalan ke arah pintu depan.
'Siapasih, semangat bgt ngetoknya, kaya bangunin sahur' batin Vanya kesal karena gedoran pintu tanpa jeda didepannya.
Ceklek
"HALLO SEMUA!!! GOOD NIGHT!!! GEGE DISINIIII". Teriak seorang perempuan dengan dua koper di sampingnya, dan tangan penuh kantong dengan Brand ternama.
"WOI GEGE TOA LU YA?!!!" balas Vanya tak kalah kencang dari triakan sepupunya itu.
"Anyaaaaaaa, Gege kangen" ujar Gege yang langsung saja menubrukan tubuhnya pada Vanya. Mereka memang sangat dekat, karena dulu rumah mereka sebelahan. Dan lagi tiap Marsha-Ibu Vanya- bekerja, Gege yang selalu menemani Vanya bermain.
"Tapi gua ga kangen elu Ge hehe". Walaupun mulutnya berkata demikian namun tubuhnya memeluk Gege semakin erat. Memang gerak tubuh tak pernah bohong kalau Vanya memang merindukan sepupunya yang satu itu.
"Kalian ini selalu saja teriak-teriak. Sudah nanti saja kangen-kangenannya mending Gege masuk dulu yuk nak". Ujar sang Bunda yang sedari tadi memperhatikan kelakuan gila dua sejoli itu.
"Okey Bunda marsha hehehe" ujar Gege sambil ngacir ke dalam, melupakan kedua kopernya jumbonya di depan pintu.
"Woi Ge!! Ini koper begini lu tinggalin gitu aja?? Emang gila lu ya pasti nyuruh gua bawa". Ujar Vanya mendumel melihat Gege yang kini hanya nyengir tiga jari.
"Tau aja Anya hehe, taro dikamar lu yaa". Jawab Gege sambil nyengir-nyengir tanpa dosa.
---
Kini tinggal Vanya dan Gege di halaman belakang rumah Vanya, halaman ini memang tempat favorit mereka berdua. Halaman dengan luas 3x5 meter ini sudah cukup luas untuk ditanami beberapa bunga seperti Mawar putih, Tulip, dan Lily.
Ya itu adalah bunga-bungan kesukaan Bunda marsha, dia menyuruh orang untuk merawatnya karena kesibukannya bekerja. Namun tiap hari libur dia selalu mengecek keadaan tamannya dan merawatnya sendiri.
Bunda marsha sendiri sedang sibuk di dapur, melanjutkan merapihkan sisa makanan tadi. Gege sendiri saat ditawarkan makan malam langsung menolak karena dia bilang sudah makan disalah satu restaurant favoritnya.
Sebenarnya seharusnya Gege datang lusa bersama Mamah dan Papahnya. Namun Gege merengek untuk datang secepatnya dan bertemu Vanya. Akhirnya setelah mendapat ijin, Gege langsung berangkat ke Jakarta dan sampai sore hari.
Siapapun yang bertaruh kalau Gege akan langsung ke rumah Vanya itu salah besar, itu karena Gege pasti mengelilingi bangunan yang disebut Mall untuk berburu barang-barang dengan harga berdigit banyak. Walaupun sifatnya tomboy dan agak selengean namun seluruh barang-barang Gege adalah barang keluaran merk ternama.
"Kata Bunda, lu jatuh cinta ya sama si Reyhan?," Tanya Gege memecah kesunyian antara mereka.
"Hem," Vanya hanya mejawab dengan gumaman yang entah artinya Ya atau Tidak.
"Kata Bunda juga, dia ga respon lu, dan bahkan sering bikin lu malu di depan orang-orang," ucap Gege yang entah sebuah pertanyaan atau pernyataan.
"Hem," gumam Vanya kembali.

KAMU SEDANG MEMBACA
VANYA
Teen FictionReyhan Adrian Prasetya, nama laki-laki itu. Nama laki-laki yang selalu tersimpan dihati seorang Vanya. Vanya hanya gadis biasa, bukan gadis bak model seperti Brianna, ataupun bak malaikat seperti Laura, diapun tak setomboy Geandra. Vanya adalah Vany...