PART V

166 11 0
                                    

(VANYA versi lama)

***

Disebuah Caffe tempat berkumpulnya anak muda terlihat dua orang yang tengah berdebat serius. Entah apa yang di fikirkan si wanita, benar-benar tak masuk akal menurut si laki-laki.

"Kenapa harus aku si?" protes si Laki-laki tak terima dengan keputusan si wanita.

"Please, cuma kamu satu-satunya harapan aku. Aku mohon, ini permintaan terakhir aku," lirih si wanita.

"Kenapa si kamu harus kembali cuma karena alesan sikap aku sama dia? Kamu sayang aku kan? Kenapa kamu harus pergi," lirih si pria, kenapa baru sebentar mereka di pertemukan, namun takdir harus membawa wanitanya lagi.

"Aku mohon, dia sahabat aku. Aku gabisa liat dia kecewa terus ... karena kamu," ujar wanita itu tak kalah lirih.

"Ok, aku usahain." ujar si laki-laki yang tak kuat menolak keinginan si wanita di depannya.

---

Reyhan sudah memutuskan untuk meminta maaf atas kelakuannya pada Vanya. Sudah keterlaluan menurutnya membentak Vanya di tempat umum. Semalaman Reyhan memutar otaknya untuk menemukan kata yang pas untuk meminta maaf. Namun si otak tak kunjung memberi pencerahan, akhirnya Reyhan memutuskan untuk berkata saja sesuai hatinya nanti.

Vanya yang kini tengah sibuk mengerjakan latihan soal karena 2 bulan lagi mereka akan menghadapi Ujian Nasional tersentak kaget mendengar suara orang yang ingin di hindarinya.

"Apa?," tanya Vanya tanpa mengalihkan pandangannya dari bukunya, Vanya sudah lelah sungguh jika harus di permalukan lagi. Semalaman dia menangisi Reyhan dalam tidurnya, walau pun sudah berusaha melupakan, namun tak bisa dibohongi kalau sedikit rasa itu masih ada.

"Gua ... Enghh itu Van-" ujar Reyhan gugup. Baru kali ini dia harus minta maaf pada orang yang bukan keluarganya.

"Kenapa?," ujar Vanya yang sudah menormalkan suaranya, tak seketus sebelumnya. Di tatapnya Reyhan yang kini sikapnya terlihat aneh menurutnya.

"Gua minta maaf," ujar Reyhan cepat sambil menyodorkan bungkusan coklat ke arah Vanya.

Vanya yang kaget mendengar permintaan maaf Reyhan membulatkan matanya kaget. Tak habis fikir, dia kira Reyhan tak pernah tahu kata maaf.

"Gua gak bermaksud selalu bikin lu malu Van, sorry," ujar Reyhan malu tanpa berani menatap ke arah Vanya.

Vanya terkekeh geli melihat kelakuan Reyhan, kupu-kupu mulai berterbangan di perutnya. Bagaimanapun Vanya belum sepenuhnya bisa melupakan Reyhan.

Dengan perlahan Vanya mengambil coklat tersebut dari tangan Reyhan. "Iya gua maafin," ujar Vanya dengan semyum tulus tercetak di bibirnya.

Reyhan yang mendengar Vanya menerima permintaan maafnya langsung mengangkat kepalanya, menatap ke arah Vanya.

"Thanks ya," ujar Reyhan dengan senyum merekah di bibirnya.

Vanya terpaku melihat senyum itu, baru kali ini dia melihat Reyhan tersenyum. Vanya pun hanya menganggukan kepalanya.

"Gua balik ke kelas dulu, bye," ujar Reyhan dengan senyum yang tak luntur dari wajahnya, bebas rasanya telah meminta maaf pada orang yang sudah banyak menuai luka karena sikapnya.

---

Malam ini Vanya selalu tersenyum sepanjang makan malam, Bundanya hanya menatap Vanya heran. Sedangkan Gege sendiri sudah tahu apa yang menyebabkan sepupunya tersenyum terus, berita tentang Reyhan dan Vanya yang berbaikan telah terdengar sepanjang sekolah. Gege sendiri tak banyak komentar. Dia hanya mendoakan yang terbaik untuk sepupunya, dia hanya akan membantu kala Vanya butuh teman untuk bersandar.

VANYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang