Ingin rasanya Vanya meluruhkan diri ke lantai, dia tak sanggup sungguh. Berulangkali ... Bagaimana cara dia mempercayai ucapan perempuan di depannya kalau yang di lihatnya bertentangan dengan ucapan si perempuan.
Ya, perempuan itu ... Laura. Di lihatnya pemandangan di depannya dengan pandangan yang bercampur antara kecewa dan putus asa. Disana berdiri ... Reyhan dengan Laura yang tengah berpelukan, mereka terlihat seperti ... sepasang kekasih mungkin ....
Persetan Laura! "Jadi ini yang lu bilang temen kecil?" ujar Vanya lirih yang langsung saja membuat Reyhan dan Laura melepaskan pelukannya.
Laura yang tersentak melihat kedatangan Vanya mencoba menjelaskan, "engga Van, dengerin gua dulu,"
Reyhan sendiri hanya menatap dingin ke arah Vanya, dia muak melihat tampang sok polos Vanya.
"Cukup ra!!! Lu berdua ... brengsek!!!" dengan suara bergetar Vanya mengucapkannya.
Dan dengan cepat pula Vanya membalikan badanya berlari menjauhi keduanya.
Dia kira apa yang di katakan Laura benar, dia kira sahabatnya itu tak mengkhianatinya. Tapi kali ini ... dengan kedua mata kepalanya dia melihat orang yang disayanginya tengah berpelukan bersama sahabatnya.
dan Vanya pun berlari keluar rumah Reyhan dengan air mata yang mengaliri wajahnya ....
---
Flashback
Reyhan memutuskan menemui Vanya hari ini. Dia ingin menjelaskan tentang kejadian seminggu lebih kemarin di Mall. Dia baru sempat menemui Vanya hari ini, karena dia sibuk meminta kelonggaran pada orang tuanya.
Reyhan memutuskan mengunjungi rumah Vanya, karena Reyhan tahu betul kalau Vanya tipe wanita yang tak suka berpergian, apa lagi ketika ada masalah seperti saat ini.
Sesampainya di rumah Vanya, Reyhan tak langsung masuk. Dia berdiri di depan pintu yang sedikit terbuka.
Tanpa sengaja ekor matanya melihat ke dalam ruang tamu Vanya. Disana dengan mata kepalanya sendiri Reyhan melihat Vanya yang tengah berpelukan mesra dengan Drian.(part 12)
Tanpa Reyhan sadari kalau Vanya tengah menangis karena merindukannya. Dengan hati penuh kekecewaan, Reyhan melangkah menjauhi rumah Vanya. Melupakan niat awalnya untuk menyelesaikan masalahnya dengan Vanya.
Dan mulai detik itu, hati Reyhan mulai tertutupi rasa tak suka dengan Vanya. 'Murahan! Mau-maunya di peluk laki-laki lain.' batin Reyhan.
"Cih!" dengan kesal Reyhan meludah kesembarangan tempat. Dia sungguh muak dengan Vanya.
---
Vanya sudah lelah berlari ... kebetulan di sebrang tempatnya berhenti terdapat taman. Dengan perlahan Vanya menyebrangi jalan dan mencari salah satu bangku untuk di duduki. Setelah menemukan bangku sepi di ujung taman ini Vanya segera memposisikan diri senyaman mungkin.
Vanya sungguh lelah dengan drama yang bergilir menemani perjalanan hidupnya. Dengan sisa tenaganya Vanya memaksa otaknya memutar kembali kenanagannya bersama Reyhan dari pertama kali mereka bertemu. Meski hatinya semakin terkikis, teremas, dan hancur, Vanya tak memperdulikannya.
Sungguh kenangan termanis di hidup seorang Devanya Anatasya. Vanya menundukan kepalanya, mengingat semua kejadian-kejadian yang membuatnya menangis akhir-akhir ini.
Namun ... tiba-tiba saja ekspresi Vanya berubah. Dengan kasar Vanya menghapus air matanya. Isakan tangis Vanya sebelumnya seakan tak pernah ada.
Vanya kini bukan lagi perempuan yang mudah menangis. Dia sudah membulatkan tekadnya setelah sekian lama merenung.
KAMU SEDANG MEMBACA
VANYA
Teen FictionReyhan Adrian Prasetya, nama laki-laki itu. Nama laki-laki yang selalu tersimpan dihati seorang Vanya. Vanya hanya gadis biasa, bukan gadis bak model seperti Brianna, ataupun bak malaikat seperti Laura, diapun tak setomboy Geandra. Vanya adalah Vany...