ENDING

180 13 2
                                    

[Dengarkan lagu di Video saat membaca surat dari Vanya]


Reyhan, dengan segala harapannya berjalan menyusuri lorong rumah sakit. Dengan segala keoptimisannya dia percaya kalau operasi Vanya akan berhasil. Walaupun Gege ataupun bunda Marsha belum mengabarinya sedari semalam, tapi dia percaya kalau hari ini dia akan melihat Vanya yang sehat tanpa kanker ditubuhnya.

Langkah pelan tapi pasti membawa Reyhan kedepan ruang inap Vanya. Sepi, itu yang dirasakan Reyhan. Kasur yang akhir-akhir ini ditempati Vanya terlihat kosong. Reyhan mengernyitkan dahi, 'apa mungkin operasi Vanya selama ini?'

"Permisi mas, ada yang bisa saya bantu?" tanya salah satu suster yang kebetulan lewat didepan ruang Vanya.

Reyhan menoleh mendapati suster itu, "Pasien bernama Vanya, dimana dia?"

Suster itu sedikit kaget, lalu dia menunduk. Membuat Reyhan kembali mengernyitkan dahinya. "Suster? Pasien bernama Vanya dimana? Operasinya sudah selesaikan? Vanya selamatkan?"

"Ap- Apa mas yang bernama Reyhan?" gugup suster tersebut.

"Iya saya Reyhan. Sekarang tolong jawab, dimana Vanya?"

Suster itu mengangkat kepalanya, menatap tepat kemanik mata Reyhan. Dari pandangannya terlihat jelas kalau suster itu merasa iba. Dengan pelan tangannya merogoh sakunya, dan dari sana terlihat jelas sebuat amplop surat berwarna biru laut.

Tangannya terulur menyerahkan amplop surat itu pada Reyhan. Reyhan semakin tak mengerti dengan semua ini. walaupun bingung dia tetap menerima surat tersebut.

"Sebelum Operasi, Mbak Vanya meminta saya memberikan surat itu pada laki-laki bernama Reyhan. dia meminta agar saya memberikannya setelah operasi" Suster itu menjelaskan pada Reyhan.

"Saya permisi" Reyhan hanya mengangguk mengijinkan suster itu pergi.

Dengan tatapan kosong Reyhan menatap surat tersebut. Dia ragu ... apakah dia harus membuka surat itu? dia takut kalau kenyataan sedang tak berpihak padanya.

Reyhan melangkahkan kakinya meninggalkan ruangan Vanya. kakinya membawanya ke halaman belakang rumah sakit. Reyhan mendudukan dirinya disalah satu kursi yang tersedia disana. Sekali lagi, dia mentap kosong surat biru tadi. Dengan pelan namun pasti, Reyhan membuka surat tersebut. dan barisan kata tersaji didalamnya.

Teruntuk, Reyhan Adrian Prasetya.

Hallo Reyhan, mungkin saat kamu baca surat ini aku udah gak ada di kamar rawat inap lagi. Reyhan, kamu tahu? kamu adalah anugrah terindah dari tuhan buat aku. kamu adalah alasan aku bisa tersenyum disaat sakit mulai menghabisi waktuku.

Reyhan, kamu adalah keindahan yang selalu aku puja. sikap, sifat, dan kata-kata kamu buat aku semakin buat aku jatuh kedalam pesonamu. sungguh Reyhan, tak ada seorangpun yang akan menggantikan posisi kamu di hati aku.

Reyhan, kamu tahu? di dunia ini gak ada kebahagiaan abadi. kehidupan kadang bisa menikam tepat di jantung kamu. aku tahu, kamu laki-laki kuat. aku tahu, kamu laki-laki tertampan dan terhebat. percayalah, kamu adalah orang terakhir dalam hati aku.

Boleh aku berbincang kata-kata terperih menurutku, ijikan aku kasih tau kamu hal menyakitkan ini. Reyhan, seperti yang kamu tahu, aku sakit. sakitku parah Reyhan, stadium ku sudah hampir menginjak tingkat akhir. Dan waktuku terbatas.

Kamu tahu? alasan aku mau di Operasi, alasan aku meminum obatku, alasan aku menahan segala sakit? Kamu. kamu alasan aku tetap bernapas saat waktuku semakin terkikis. kamu alasan aku untuk sembuh.

VANYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang