[Barista] Memohon pada Laut

595 35 103
                                    

Title : Memohon pada Laut

Author : Rices_friedtofu

Genre : Romance, angst, fantasy

Rating : PG-15

Disclaimer : B.A.P's Choi Junhong is belongs to GOD, himself, his family, TSEnt (*for group name and concept) and last but not least his fans as well. This story is mine, just that. (*inspired by [Anime - Amnesia © Yoshimitsu Ohashi and Touko Machida ─ Brain's Base]; [FanFiction - Seven Days © Alestie]; [Manga - 5cm/second © Makoto Shinkai and Yukiko Seike]; [A Popular Riddle © Anonymous]; [FanFiction - Air Asin © Rice's Friedtofu]. Best regard to all of them, and to my one-and-only-bestie Overflakkie whom gave me a lot of inspiration for this fiction.

Warning : 5,660k word Fiction here. I never playing around with angst genre, I gave a lot of effort and this fiction turn out like this. Up and down like EXID's song, and I hope my feels can reach you all, reader-nim. Main rules, JUST ENJOY MY STORY~ HAPPY READING~


*

Karena sejak pertama kali Sang Pemuda dan Sang Gadis bertemu,

*

Kaki jenjang itu berlari di atas pasir pantai yang terasa menggelitik sela-sela jemari. Bau amis khas pantai yang menusuk penciumannya tak lantas membuat pemuda itu mengingkari niatnya untuk menghampiri gadis yang baru saja meninggalkan ombak dengan papan seluncur yang dibawanya dengan sebelah tangan.

Sang Pemuda membungkuk sopan dan tersenyum simpul seraya memperkenalkan diri.

"Namaku Choi Junhong, senang bertemu denganmu."

Walau kaget dan merasa canggung, gadis yang berdiri tegap di hadapan Junhong membalas senyum itu dengan lugu. Menggemaskan dan menarik. Gadis itu masih mempertahakan senyumnya ketika ia berkata, "Senang bertemu denganmu, Choi."

Tanpa kalimat tanya, Junhong paham jika gadis manis itu sedang meminta penjelasan darinya. Lantas sejurus kemudian Junhong mulai menjelaskan alasannya menyapa gadis itu. Begitu sederhana dan berkesan untuk pertemuan pertama dengan orang asing, menurut Junhong.

Dua dari mereka nampaknya sadar jika pertemuan mereka ini bukan hanya sekedar masuknya orang baru ke dalam kehidupan mereka yang dipenuhi lalu-lalang orang yang hanya lewat begitu saja.

"Jadi begini, aku photographer," Junhong menggenggam kamera miliknya yang menggantung di lehernya. "Dan aku memotretmu yang sedang berselancar tadi. Mungkin kau sudah tahu maksudku─"

Gadis itu mengangkat ibujarinya dengan mata berbinar. "Oke, kau bisa memotretku lagi kalau kau mau." Mata gadis itu mencuri pandang pada tepi pantai yang kering di balik punggung Junhong, nampak sedang berbicara pada humani lain dengan ekspresi tebal dan tanpa suara, sebagaimana biasanya orang-orang berdialog dalam jarak jauh. Detik berikutnya, gadis itu mengembalikan fokusnya kepada Choi Junhong. "By the way, ada yang sudah menungguku, jadi aku harus pergi. Senang bertemu denganmu."

Lantas gadis dengan rambut cokelat sebahu itu membungkuk sopan sebelum melangkah pergi dan menghampiri pemuda lain yang dengan sangat alami melempar handuk dan baju kering padanya. Junhong berbalik dan menatap tawa gadis itu yang ringan, sayangnya ... bersama pemuda lain.

Tak putus harapan, keesokan harinya si-nekat-dan-tak-tahu-malu-Choi-Junhong datang lagi ke Pantai Gwangalli dan menatap gadis peseluncur itu dalam diam yang dipenuhi kekaguman di setiap sekonnya. Entah sudah berapa jepretan yang sudah dihasilkan CANON100D miliknya, tapi Junhong masih belum bersedia berhenti.

[JUNE] Regular MenuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang