Pukul delapan acara sudah dimulai dan saat ini aku masih cepat-cepat menghabiskan ta'jil dan makananku yang ada di atas meja. Masih ada waktu setengah jam untuk ku segera bergegas menghabiskan makanan, mengganti pakaian, dan solat magrib. Ku lakukan semua pekerjaan itu dengan secepat kilat, karna mau tidak mau jam 7 aku sudah harus berangkat ke sekolah, tak mau terlambat untuk mendengarkan celotehan panjang mengenai tata tertib acara ini.
Sahur on the road atau yang lebih sering disingkat menjadi SOTR. Perjalanan pertamaku karna dari dulu aku tak pernah memiliki izin untuk mengikutinya. Ku langkahkan setiap langkahku dengan riang, tak sabar untuk merasakannya. Langkah kakiku ringan dan raut wajah ku teduh. Ku lihat langit terlalu indah malam ini. Bulan bersinar terang malam ini ditambah bintang yang berkilauan kecil-kecil tak teratur yang membuat indahnya anugerah Tuhan tak terelakkan. Udara sejuk terasa saat TransJakarta berhenti tepat di depanku yang sedang menunggunya. Ah terlalu asing jflatshoes ebut itu sebagai TransJakarta karna aku dan masyarakat Jakarta lebih sering menyebutnya "Busway". Udara yang keluar dari bus itu terasa sejuk sekali nenerpa tubuhku. "Tumben sekali bis ini adem," kataku dalan hati. Kulangkahkan kakiku masuk kedalam, mencari tempat duduk dan duduk dengan nyaman di sisi kiri bus bagian depan. Aku bahkan mampu melihan supirnya, mengenakan jas tanpa di kancing dan dasi merah yang amat serasi dengan kemeja putihnya dengan tak lupa kopiah atau peci yang bersarang di kepalanya. Dan bajuku? aku menggunakan kaos abu-abu dengan motif polkadot dan bunga di bagian dada. Baju tercantik yang pernah ku punya karna aku tak memiliki baju yang feminim. Aku sengaja membelinya untuk hari ini saat aku pergi berkunjung ke sebuah toko Jum'at lalu. Memilihnya pun bukan perkara mudah karna kurasa aku mengitari toko tersebut tiga kali sebelum aku memutuskan membeli baju yang ku kenakan ini. Hijabku berwarna abu-abu, ku kenakan dengan sederhana seperti saat aku bersekolah. Celana Jeans hitam menutupi kakiku dengan bantuan flatshoes hitam yang menutupi telapak kakiku dengan warna yang selaras dengan celana jeans, yaitu hitam.
Bukan karna SOTR yang membuatku berlebihan begitu. Bukan pula karna bulan yang sudah memberikan sekuat tenaganya untuk menerangi bumi. Bukan itu. Tapi sesuatu membuatku bahagia dan memiliki andil besar untuk acara kali ini, membuatku semangat dan tak sabaran menanti waktu yang berjalan lambat. Hari ini, seseorang yang tak pernah kulihat matanya semenjak berkenalan beberapa bulan lalu akan ku lihat wajahnya. Selama berbulan-bulan aku hanya mampu memandangi wajah manisnya dari foto namun kali ini aku akan melihatnya langsung dan tentunya aku tak mau kesan pertama bertemu kami ini jelek bukan? bahkan aku sudah menunggu waktu ini semenjak seminggu yang lalu, aku selalu menunggu waktu ini, dan sebentar lagi, orang yang hanya mampu kulihat dari foto akan ada di hadapanku.
"Asha dateng jam berapa? Mau bareng sama Wira? Wira kosong kok," pesan masuk mengagetkanku saat ku baca nama Wira Wijaya tertera di androidku. Tak perlu waktu lama aku langsung membacanya. Aku tak tahu bagaimana wajahku saat ini, mungkin orang-orang di busway yang melihat wajahku akan menertawakanku karna seingatku, aku senangnya bukan main, aku bahagianya bukan kepalang, jika aku boleh teriak, mungkin aku sudah berteriak sekuat tenagaku untuk memberitahukan semua orang jika aku.. jika aku... BAHAGIA.Wira Wijaya. Seseorang yang ku kenal hanya dari pesan singkat. Orang yang menurutku mampu mencairkan suasana, dari mulanya aku cuek padanya hingga seperti saat ini, aku menunggunya. Terpaut satu tahun di atasku yang juga kakak kelasku. Waktu itu dia mendekatiku saat liburan kenaikan kelas tiba dan setelah liburan itu dia harus melakukan PKL yang otomatis aku belum pernah bertemu dengannua, dan SOTR nanti ia akan ikut dan bahkan menjadi panitia sehingga aku dapat bertemu dengannya. Apalagi dia selalu mengajakku untuk berboncengan dengannya, indahkan?
"Ini udah dibusway Ka, nanti gue ama temen gue kok," jawabku. Ah saking senangnya hampir lupa jika aku belum membalasnya. Dan lihatlah aku, sipemalu yang bodoh. Bukankah itu kesempatan saat Wira dengan baiknya menawariku bersamanya? Bukannya malam ini akan menjadi indah bersamanya? Tapi aku? Aku memilih untuk halus menolaknya hanya karna aku pemalu? Hih percuma saja aku sudah memperlakukan hari ini begitu spesial.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bandung dan Semua Yang Tertinggal [TAMAT]
Novela JuvenilMana mungkin ku mampu pergi saat aku sendiri terikat terlalu kuat? Bagaimana berlari jika merangkakpun aku tak mampu? Terkurung di sini, terdiam menahan sepi Waktu berjalan tanpa mampu ku bendung Waktu pergi tanpa persahabatan Dan cinta pergi tanpa...