Prolog

1.3K 57 0
                                    

(Leo)

Aku meraih kedua earphoneku di telinga dan melihat deretan nama di beberapa kertas yang tertempel di papan pengumuman.

HASIL TEST MINGGUAN (OVERALL)

1. Leonard Collins score 598

Aku tersenyum tipis, puas melihat hasil ujian mingguan yang baru saja diadakan 3hari lalu. Test yang diujikan untuk minggu ini ada 6 yaitu science, sejarah, olahraga, matematika, ekonomi, dan geografi.

"Hei bud."

Aku merasakan sebuah tangan mengitari kedua bahuku dengan berat. Aku melihat Rey dengan santai saat ia melihatku dengan wajah menyerahnya. "Waw. Prince memang berbeda... Hanya berbeda 2 poin dari nilai sempurna.. Hei...". Dalam hitungan detik wajahnya berubah menjadi serius. Kedua matanya menatapku untuk melihat jauh ke dalam pemikiranku. "Kau memasukkan otak komputer ya di kepalamu?"

Aku mendorong pelan wajahnya dan tertawa kecil. "Kau saja yang ketiduran Rey." Aku menunjuk namanya yang berada tidak jauh dariku.

4. Reynaldo Damon score 568

Rey mengangguk setuju dan melihatku dengan wajah yang aku tahu ia sedang berpikir konyol. "Yah.. Aku bisa mengalahkanmu tapi aku tidak ingin merebut gelar Prince milikmu, wahai yang terhormat Prince Leo." Ia memainkan tangannya dan membungkuk sopan. Aku menepuk pundaknya dan tertawa bersamanya. "Oh, just shut up."

Tidak lama kemudian kami mendengar bel pergantian kelas berbunyi dan melihat murid-murid lain yang keluar kelas mulai berlarian ke tempat kami berada. Aku dan Rey berjalan mundur untuk memberikan akses kepada mereka semua yang ingin melihat papan pengumuman. Beberapa dari mereka yang sudah melihat hasil test berwajah murung dan beberapa dari mereka tersenyum lega mungkin karena mereka berhasil lolos dari nilai merah. Bahkan ada juga yang mulai menangis karena nilai merah yang di dapatnya.

"Hei !! Look !!" Seorang perempuan yang memegang handphonenya menunjuk kertas pengumuman dengan antusias. "Prince mempertahankan posisinya !!" Teriaknya dengan nada tinggi yang membuat murid perempuan lainnya melupakan nilai mereka sendiri dan mulai berteriak kegirangan.

Aku menaikkan sebelah alis mataku lalu menatap Rey yang mulai tersenyum usil melihatku. "Kenapa mereka begitu senang melihat hasilku?"

Rey tertawa kecil dan memasukkan kedua tangannya di saku celana. "Well. Anggap saja kau idola mereka. Seperti...." Ia diam sejenak lalu mengerutkan kening. "Tunggu. Kau tidak seperti Adam Levine." Ia melangkah mundur dan melihatku dengan menyipitkan kedua matanya. "Adam Levine tidak seperti kau. Kau berambut coklat, mata amber, tinggi 184cm, dan kutubuku." Ia berdiri tegap lalu mengetuk keningnya pelan. "Harusnya akulah yang mirip Adam Levine."

Aku menatapnya datar dan melemparnya dengan earphoneku. "Mimpi di siang bolong?"

Ia menangkap earphoneku lalu tertawa lebar sambil mulai berjalan menuju lorong locker. Aku mengikutinya dan membuka lockerku yang berada di sebelah lockernya.

"Hei. Orangtuamu nanti ada di rumah?"

Aku menggeleng pelan dan mengambil buku untuk pelajaran berikutnya. "Tidak. Mereka akan tugas malam di Rumah Sakit. Maybe kembali jam 10 malam."

"Bagaimana kalau Call of Duty?" Tanyanya dengan senyum lebar.

Aku menggeleng lagi dan menutup lockerku rapat-rapat. "Pass. Lucy akan datang untuk mengajariku biologi untuk tes mendatang."

The Winner and The LoserTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang