Chapter 3

436 43 3
                                    

(Leo)

Aku memainkan kedua tanganku di console game. Kedua ibu jariku berputar-putar dengan lincah di atas tombol-tombol yang ada pada console. Sesekali mataku menyipit untuk memperhatikan layar lebih teliti dan..... Bang!

"Yosh! Stage akhir!" Teriakku senang dan melakukan tarian penuh kemenangan secara singkat. Aku berbalik dan melihat Rey dengan penuh kesombongan. "See Rey? 18 menit dan aku mengalahkan score-mu! HAHA!"

Pak!

"Hei dengarkan jika aku mengajar!"

Aku meringis mengusap kepalaku dan melihat ke arah Lucy yang ada di belakangku. " Aku mendengarkan!"

Sebelah alis mata Lucy terangkat, ia melihatku dengan menantang. "Oh? Jadi bagaimana dengan proses yang baru saja kujelaskan? Proses apa namanya dan apa penjelasannya? Dan apa point pentingnya?"

"Metamorphosis.... ?"

Pak!

"Aw! Hei!" Aku mengusap kepalaku lagi untuk meringankan sakit di kepalaku yang baru saja ia pukul lagi dengan tumpukan kertas soal yang cukup tebal.

"Done.." 

Suara itu membuatku melihat ke arah Rey yang mengulurkan kertas soal ke Lucy.

Lucy melihatnya dengan senyum lebar dan melirikku dari ekor matanya. "Andai saja sepupuku itu kau Rey.. Leo memang pintar tapi sayang sekali ia tidak pernah menggunakan otaknya dengan benar.."

"What? Aku mempertahankan rank 1 sejak aku masuk!"

"Itu karena mereka kurang memberikan 3 angka 0 di belakangnya." jawab Lucy sinis.

Rey tertawa dan mengambil kertas soal berikutnya. "Belajarlah lebih serius Leo.. Lucy bahkan rela memberikan waktunya untuk mengajar dibandingkan belajar dari ayahnya.."

Lucy melihat Rey dengan kedua matanya yang berbinar dan menepuk pundak Rey. "Rey mulai sekarang kau sepupuku. Kita buang Leo."

"Hei! Aku--"

"Lucy!!"

Aku menggerutu dan membuka pintu ruang game. Aku mengintip dari celah pintu dan melihat ibuku berjalan bersama pamanku ke arah tempatku berada. Aku berdecak pelan dan masuk ke dalam lagi. Aku mematikan monitor tv dan berbaring ke sebelah Rey. Tanganku menyambar kertas jawaban Rey tadi di tangan Lucy dan mulai pura-pura membacanya.

Krek.

"Oh, apa kami menganggu?" Tanya ibuku pelan.

"Tidak juga Dr.Angela.." Jawab Rey dengan sopan.

Lucy menyipitkan kedua matanya ke arahku dan menyambar kembali kertas soal di tanganku. "Leo tidak belajar. Dia bermain dari tadi."

Aku menatap Lucy dengan tajam yang ternyata ia balas dengan sadis. Aku menghela nafas dan kembali duduk. "Aku hanya bosan belajar.."

Ibuku berdecak dan menyentil keningku. "Kau pintar tapi tidak pernah serius." Ia melihat Lucy dan tersenyum minta maaf. "Akan kusuruh ia mengerjakan soal-soalnya. Tinggalkan saja di mejanya."

"Mom!"

Ibuku melirikku singkat dan memberikan pandangan jangan membantah miliknya untuk membuatku diam seketika dan itu benar-benar berfungsi folks.. Satu-satunya orang yang kutakuti sampai saat ini adalah ibuku.. Mungkin karena surga di telapak kaki ibu, jadi aku tidak pernah membatah perkataan ibuku.

Aku mendengar pamanku tertawa dan sedetik kemudian tangannya terulur untuk mengacak rambutku. "Dia hanya sedang bosan Angel. Kurasa itu wajar karena dia anak laki-laki."

The Winner and The LoserTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang