Chapter 13

206 27 0
                                    

(Kara)

Aku meraih daun telingaku dan memijitnya pelan, kedua mataku menatap rekan satu team-ku yang sedang mendengarkan arahan dari Mr.George yang membimbing kami dalam lomba hari ini. Aku menarik nafas pelan saat merasakan telingaku berdenyut lagi, dan seperti kemarin suara-suara yang ada di sekitarku mulai terdengar menjauh. Sepertinya aku teralu stress hingga hal ini terjadi. Sentuhan lembut di bahuku membuatku menoleh melihat seseorang yang akhir-akhir ini kukenal tersenyum lebar untukku. Kedua mataku terbuka lebar melihatnya kaget karena aku tidak menyangka ia ada di tempat ini juga.

"Hei! Jangan lupa kalahkan Leo! Kau harus mengalahkannya.. Harus."

Aku melihat Leo yang sudah mengerang melihat Lucy. "Kenapa kau disini?"

Lucy tersenyum lebar dan menunjuk buku di tangannya. "Welcome to my university!"

"Wait what?!"

Lucy mengabaikan protes Leo dan tersenyum lebar saat Mr.George mengulurkan tangannya, ia membalas uluran tangan tersebut, "Anda pasti Mr.George, senang bertemu dengan anda, aku mendengarkan banyak tentang anda.."

Mr. George menaikkan sebelah alis matanya, "Anda...?"

Lucy membetulkan posisi bukunya, "Oh, Lucy Keith, sepupu Leo sekaligus mentor abal-abal kelompok team ini."

Kali ini Mr.George tersenyum dan mengangguk yakin. "Ohh, Mr.Justin sering menceritakan anda. Senang akhirnya bisa bertemu dengan anda."

Lucy melirikku dan menatapku khawatir. "Telingamu memerah, kepanasan?"

Aku menggeleng pelan. "Hanya tegang."

Lucy diam dan terus menatapku hingga akhirnya ia melepas salah satu gelang yang melingkar di tangannya."Here. It's my lucky charm, ibuku memberikannya padaku saat aku ujian masuk kedokteran. Ia cemas karena aku seorang slacker."

"Yeah. Kau benar-benar slacker." sahut Leo dengan cepat sambil tersenyum licik dan menekan kata slacker.

Ia menoleh cepat ke arah Leo dan memberikannya tatapan leser yang menusuk. "Aku tobat okay?!"

Leo tersenyum semakin licik. "Really? How about the--"

Kedua tangannya terulur menutup mulut Leo dengan cepat. "Shut up or..."

"Or what?"

"Aku memberitahu mereka betapa cengengnya kau dulu! Kau bahkan menangis hanya karena--"

Kedua mata Leo terbuka lebar, "I will shut up!" katanya cepat.

Aku tertawa kecil dan mengunakan gelang dari Lucy dengan hati-hati. "Thanks."

Kami semua mendongak ke arah speaker saat mendengar lagu pemberitahuan di mulai.

"Para peserta diharapkan masuk ke dalam ruang ujian dengan tertib. Ruangan yang digunakan terpisah satu dengan yang lainnya. Jika salah satu peserta gagal mendapat nilai 90 untuk pelajaran yang diambil maka satu team dianggap gagal."

Pengumuman tersebut membuat sekelilingku mulai berbisik kasar. Sebagian dari mereka protes karena tingginya syarat  nilai untuk lolos dari babak 1. Beberapa dari mereka ada juga yang cemas, bahkan aku dapat melihat Rey menggeleng tidak habis pikir, tapi aku yakin ia bisa menjawab soal dengan baik karena ia sendiri yang memilih untuk mengambil Fisika dengan alasan kalau itu minatnya. Yang menjadi beban pikiranku hanya satu.. Bagaimana dengan Carla? Aku meliriknya singkat untuk melihat keadaanya. Ia menghela nafas khawatir dan meremas tangannya dengan takut.

Aku menghampirinya dan meremas tangannya untuk memberinya support, aku tahu masalah keluarganya kemarin mungkin menghantuinya ditambah lagi pengumuman tadi mungkin semakin membuatnya cemas. "Calm down. Kerjakan seperti biasanya saja.."

The Winner and The LoserTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang