Part 2

35.8K 430 3
                                    

Setelah selesai ia berkunjung ke krematorium tersebut. Ia pun segera pergi dari sana dan pergi menemui temannya yang tinggal di dekat sana. Ia ingin menemui temannya itu karena memang cuma dialah satu-satunya sahabat yang ia punya.

Dulu Rachel tinggal di daerah sini. Sewaktu sekolah. Sekarang ia sedang menjalani satu tahap terakhir untuk meluncur ke masyarakat luas. Perguruan Tinggi atau biasa disebut Universitas. Di sini adalah kota kecil yang tidak banyak bangunan. Sekolahnya dulu juga cuma satu lantai tapi luas.

Maka dari itu, ia memutuskan untuk belajar di kota saja daripada di sini. Hitung-hitung sambil melupakan kenangan pahitnya di sini bersama keluarga.

Sekarang ia pun sudah sampai di rumah temannya itu. "Aliciaa" panggil Rachel dari luar.

"Ya tunggu sebentar. Haii, Rachel. Kau sudah rindu padaku? Baru semalam sepertinya kau pindah ke kota" tanya Alicia dengan senyum manisnya itu.

"Apaa? Jangan terlalu pede. Aku hanya pergi ke krematorium karena semalam tidak sempat pamit pada mereka" kata Rachel.

"Ohh. Hmm, masuklah. Pas sekali aku sedang memasak. Makanlah sebelum pulang ke kota. Lumayan hemat uang makan" kata Alicia yang tak enak karena membuat sahabatnya itu sedih.

"Ok. Aku akan menghabiskannya. Jika tidak habis akan ku bawa pulang makananmu. Karena kau tahu, makananmu sangat enak" kata Rachel yang sudah masuk ke rumah Alicia.

"Tentu saja" jawab Alicia lalu ketawa.

"Oh ya, kau sesekali harus datang ke kota. Karena kota tidak seburuk seperti yang kau bayangkan" kata Rachel dengan semangat.

"Baiklah, doakan saja aku akan ke sana. Jika aku sedang tidak malas" kata Alicia malas.

"Aku tunggu. Kau harus datang. Btw, sepertinya aku harus cepat makan lalu pulang. Aku takut untuk pulang malam sendirian" kata Rachel cepat.

Mereka pun makan malam di jam 5 sore. Tidak terlalu buruk, bukan?
Setelah selesai makan, Rachel segera pamit dan menuju ke kereta bawah tanah. Kali ini sangat ramai. Tapi ada seseorang menarik perhatiannya lagi. Yaitu si pria sombong itu.

"Well, banyaknya jam kereta menuju ke kota. Tapi kenapa ia harus ada di jam ini juga" gumam Rachel.

"Permisi" ucap seorang nenek tua karena Rachel menutup tempat duduk.

"Oh, maaf. Silahkan" kata Rachel mempersilahkan nenek itu.

Lalu Rachel memperhatikan pria itu lagi. Sekarang bukan wajah tampannya. Tetapi penampilannya. "Ia terlihat seperti seorang fotografer" pikir Rachel.

Ia memakai baju santai. Hanya kaos hitam dan celana panjang putih. Yang membuat Rachel kira ia seorang fotografer adalah ia sedang memegang kamera dan peralatan kamera di tas kecilnya itu.

Pria itu menatapnya lagi. Kali ini Rachel tidak bisa mengalihkan pandangannya ke tempat lain. Jadi mau tidak mau, Rachel tersenyum kepadanya. Sebagai salam mungkin? Dan apa yang terjadi? Pria itu menundukkan kepalanya ke Rachel.

Rachel langsung mengalihkan pandangannya dan ia merasa aneh. "Apa yang aneh sekarang, Rachel? Itu pertanda bagus bukan? Setidaknya ia membalas senyummu" pikir Rachel.

Tak terasa, kereta sudah memberikan pengumuman bahwa kereta akan berhenti sebentar lagi yang artinya ia harus keluar. Rachel segera berjalan menuju ke dekat pintu. Begitu juga pria itu. Ia berdiri pas di samping Rachel sekarang.

Rachel tak tahu apa yang harus ia lakukan. Dan kereta berhenti. Rachel merasa bersyukur karena kereta ini menyelamatkannya lagi. Ia segera keluar dan berjalan secepat mungkin menuju ke arah apartemennya.

Saking ia berjalan dengan cepat dan tidak melihat jalan. Ia menabrak seorang lelaki tampan. "Ya, dia tampan" pikir Rachel.

"Oh, maaf. Kau tidak apa-apa?" tanya lelaki itu.

Rachel menatap lelaki itu dan ia mengira umurnya masih 17 tahun. "Oh, tidak apa-apa. Terima kasih" kata Rachel pada lelaki itu.

"Syukurlah, aku harus segera pergi. Berhati-hatilah" kata lelaki itu.

"Ok, maaf dan terima kasih sekali lagi" kata Rachel lalu pergi.

#

Keesokan paginya, Rachel bangun membuka tirai jendelanya lalu pergi membersihkan diri. Setelah itu ia mampir ke tempat Cal untuk sarapan.

"Good morning, Rachel. Kau terlihat senang hari ini" sapa Cal.

"Tentu saja, aku harus memulai hari dengan senang, bukan? Setiap orang harus seperti itu. Untuk jaga mood. Oh ya, aku ingin memesan makanan terenak di sini. Aku akan bayar untuk itu" kata Rachel.

"Baiklah, aku akan membuatkanmu makanan terenak. Tidak perlu bayar. Anggap saja ini sebagai ucapan terima kasihku karena ayah dan ibumu telah membantu usahaku" kata Cal.

"Baiklah. Take-away saja, Cal. Aku harus mampir ke coffeeshop lagi lalu pergi ke sekolah" kata Rachel.

"Ok, tunggu sebentar" kata Cal.

Cal segera menyiapkan makanan untuk Rachel. Lalu memberikannya. Setelah Rachel pamit, ia pun segera pergi ke coffeeshop untuk membeli Caramel Macchiato kesukaanya. Lalu ia segera pergi ke sekolah barunya. Dan siap menemui orang-orang baru di sana.

================================

Haii, maaf ceritanya masih membosankan. Mungkin di part selanjutnya aku bakal keluarin si lelaki dan pria itu? Haruskah? Vommentnya ditunggu xx

WHAT?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang