Part 13

8.4K 167 3
                                    

Eng ing eng









Typo bertebaran








*


Selamat membaca

#

Rachel POV'

Sewaktu aku selesai mandi, tiba-tiba aku dapat sebuah pesan. Aku langsung membaca pesan itu. Dari nomor asing.

-Hi, Rachel. Ini aku, Sean. Bisakah kita bertemu di resto thai dekat rumahmu?-

- Ok -

Aku hanya menjawab pesan itu dengan singkat. Lalu aku pun segera pergi ke resto thai yang dimaksud. Aku nyari tempat duduk di sana. Ternyata ia sudah sampai. Dan ia memilih tempat duduk yang sama saat aku bertemu dengannya di waktu itu.

"Hi, sir" sapaku duluan karena ia sibuk dengan ponselnya.

"Hi, ingat panggil aku Sean jika di luar sekolah. Btw, kau sudah makan? Kalo belum, kau bisa pesan dulu. Aku bisa menunggu" kata Sean yang sekarang sudah melihat ke arahku.

"Baiklah, aku hanya ingin pesan sticky ricenya. Kau mau apa? Biar ku pesankan" tanyaku.

"Samakan saja. Aku sudah makan di rumah tadi" katanya.

Aku pun pergi memesan pesanan kami. Setelah itu ku bawakan pesanannya ke meja dan kami mulai menikmatinya. Sampai aku baru ingat, kenapa ia ingin menemuiku.

"Sean, kenapa kau mengajakku untuk ketemuan?" tanyaku penasaran.

"Kau harusnya sudah lihat, apa yang terjadi tadi pagi di ruanganku" kata Sean.

Sean POV'

Apalagi yang kalian harapkan saat aku menyatakan pernyataan itu. Aku takut. Tidak tahu mengapa, aku sepertinya selalu takut kalo tiba-tiba Rachel marah. Aku seperti anak sekolah yang lagi jatuh cinta.

Jatuh cinta? Apa aku jatuh cinta dengan gadis ini?

"Oh, masalah itu. Tidak apa. Peter sudah menceritakan semuanya" kata Rachel dengan santai.

Aku hanya menatapnya aneh. Ia sadar akan hal itu. Dan dia menatapku dengan tatapan heran.

"Kenapa? Kau pikir aku marah? Tidak akan. Kau tahu, semua orang memiliki privacy, begitu juga dengan aku, kau dan Peter. Lagipula kenapa aku harus marah?" jelasnya lagi dengan tenang.

Aku tersenyum mendengar jawabannya, ya, kenapa aku takut dia marah? Aku hanya takut, tidak ada alasan lain.

"Well, yang sebenarnya membuatku heran adalah, kenapa kau bertindak lebih seperti anak remaja. Kau lebih parah daripada anakmu, Peter" lanjutnya lagi dan masih memakan sticky ricenya.

"Terserah kau saja. Peter anak yang baik dan manja. Aku takut aku menyakitinya. Dulu sewaktu ibunya masih ada, dia anak yang paling ceria, bahkan ia bisa tertawa setiap hari. Tapi semenjak ibunya tidak ada. Ia menjadi seperti ini, pendiam, kadang emosian" cerita ku.

"Kenapa kau cerita ini padaku?" tanya Rachel menolehkan pandangannya ke arahku.

"Tidak ada alasan. Aku hanya merasa nyaman dan ingin bercerita" kataku dan melanjutkan makanku.

"Kalo boleh tahu, ibunya kenapa?" tanya Rachel yang sedikit takut.

"Kecelakaan pesawat. Semuanya terasa sangat cepat. Btw, terima kasih untuk segalanya" ucapku tulus.

"Untuk?" tanya Rachel heran.

"Untuk semuanya dan kau bisa membuat Peter tertawa lagi sewaktu di luar rumah. Aku pernah lihat kalian tertawa lepas karena suatu hal. Aku tidak tahu apa. Tapi terima kasih" kataku.

WHAT?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang