Rachel POV'
Setelah mereka selesai makan, mereka pun memutuskan untuk berpisah karena memang jam sudah menunjukkan jam delapan. Jadi Rachel menyarankan Peter untuk segera pulang. Lalu Rachel pun pergi ke market terdekat untuk beli bahan masak buat besok. Setidaknya membawa bekal lebih sehat daripada harus beli makanan di luar.
Karena memang biasanya Rachel belanja untuk dimasak hanya sekali dan porsinya itu kebanyakan untuk dirinya sendiri. Jadi ia memutuskan besok akan membawa dua bekal lagi, satunya untuk Peter.
"Hi, Rachel" sapa Sean di tengah acara belanja-belanja Rachel.
Tidak tahu kenapa tapi Rachel sangat suka cara panggil Sean sewaktu memanggil namanya. Seperti ada yang lain dan ya, iya sangat suka. Dan sekarang ia merasa gugup.
"Oh, hi, sir" kataku menyapa balik.
"Panggil saya Sean aja kalo lagi di luar sekolah lagipula aku tidak setua itu" kata Sean yang juga memilih paprika di samping Rachel.
"Oh ok, Sean" jawabku singkat.
"Sepertinya kita memang ditakdirkan untuk bersama? Lihatlah kita bertemu terus. Sepertinya sudah hampir tiga kali? Kita bertemu tanpa janjian begini" kata Sean yang mulai dengan sikap 'sok'-nya itu.
"Maaf, sepertinya aku harus ke sebelah sana. Permisi" kata Rachel yang langsung jalan dan tidak memperdulikan Sean.
Sean terus mengikuti Rachel dari belakang. "Kau menghindariku?" tanya Sean di belakang Rachel.
"Ngak, sir. Aku hanya ingin ke sebelah sini untuk mencari yang aku inginkan" kata Rachel yang berjalan terus tanpa menoleh ke arah Sean.
"Begitu? Baiklah" kata Sean singkat tapi tetap mengikuti Rachel dari belakang.
Rachel berjalan terus sampai akhirnya ia berhenti dan balik ke belakang, menghadap si pria yang mengikutinya terus.
"Sean, apakah kau bisa berhenti mengikutiku?" tanya Rachel dengan sopan. Tapi sebenarnya ia kesal karena tingkah Sean.
"Mengapa?" tanya Sean balik.
"Karena aku risih diikuti seperti ini. Mungkin kau perlu sesuatu dariku?" tanya Rachel lagi yang sekarang sudah menunjukkan kekesalannya.
"Ya, tolonglah selalu menyapaku sewaktu kau bertemuku di sekolah" jelas Sean.
"Cuma itu? Baiklah, Sean Wesley" kata Rachel.
"Aku suka kau memanggil nama lengkapku" ucap Sean tersenyum.
Deg deg deg 'Apa ini, Rachel? Kenapa Sean sangat tampan. Tingkat ketampanannya meningkat saat ia tersenyum' bisik suara dalam hati.
"Kau terpesona dengan senyumku?" tanya Sean yang mendekatkan wajahnya ke arahku.
Aku pun segera sadar sesaat setelah pertanyaan itu dilontarkan dan merapikan rambutku. Aku gugup dan malu karena memang itu yang ku rasakan.
"Mungkin" jawabku asal dan berusaha cuek. Lalu aku kembali mencari bahan makanan yang aku butuhkan.
"Oh ya, kau kelihatannya dekat dengan Peter? Kau menyukainya?" tanya Sean yang sekarang sudah ada di sampingnya lagi.
"Kenapa kau tanya privasi orang lain sih? Hormatilah privasi orang lain, Sean Wesley" kataku yang masih memilih buah segar.
"Kalo itu privasi? Berarti iya? Kau menyukainya" kata Sean yang langsung mengambil alih mengangkat keranjang belanjaan Rachel.
"Hey, apa yang kau lakukan?" tanya Rachel yang berusaha memelankan suaranya.
"Biarkan aku yang bawakan" jawab Sean singkat lalu berjalan mendahului Rachel.

KAMU SEDANG MEMBACA
WHAT?
Teen Fiction#1 in Indo (April 2019) #1 in ceritaindo (Feb 2021 til Apr 2021)