Setelah acara makan kemarin, semuanya kembali normal. Rachel dan Peter akan lulus sebentar lagi tinggal menunggu hasilnya. Rachel juga sangat senang karena semuanya membaik.
Rachel bersiap-siap untuk dijemput oleh dua pangeran tampan. Ya, mereka ingin mengajak Rachel ke suatu tempat. Rachel tidak tahu kemana. Hari ini Rachel hanya memakai baju santai, overall jeans dan dalamnya kaos putih.
Ada suara mobil di depan. 'Mungkin itu mereka' pikir Rachel. Rachel keluar untuk memastikan dan ya itu memang mereka.
"Hi, sayang" sapa Sean yang menyapa Rachel dengan memeluknya.
"Hi, baby" sapa Peter yang menyapa Rachel dengan menyium pipinya.
Itu sudah biasa. Peter akhir-akhir ini sering menyium pipi Rachel. Kata Peter, Rachel akan menjadi pengganti ibunya dan ia harus berlatih. Entah alasan macam apa.
Kalian juga pasti akan merasa 'awkward' bagaimana tidak? Seorang sahabatmu yang umurnya juga sama denganmu. Akan menjadi anakmu nanti. Terkadang jika dipikirkan kembali agak sedikit menjijikkan tapi Rachel harus berusaha menerimanya. Itu resiko bukan?
"Main nyium-nyium aja, papa aja belum nyium" kata Sean.
"Gak usah cemburu, pa. Udah jadi milik papa kok. Bentar lagi official" kata Peter merangkul Rachel.
Rachel hanya bisa tersenyum melihat tingkah ayah dan anak ini. Rachel senang mereka sudah tidak diam-diaman lagi. Di sekolah juga terkadang Peter memanggil Sean dengan sebutan papa.
Bukan Rachel yang memaksanya. Memang, Rachel menasehatinya. Tapi dia tidak mau dengar. Dan entah sejak kapan, akhir-akhir ini, Rachel sudah sering mendengar Peter memanggil Sean dengan sebutan papa di sekolah.
"Kita mau kemana sih?" tanya Rachel yang berdiri diantara mereka.
"Jalan-jalan, makan-makan. Kau tahu. Aku masih belum menerima kalau kau akan jadi ibuku. Hey, kau sahabatku dan sebentar lagi kau akan jadi ibuku. Ini aneh tapi nyata" jelas Peter.
"Ya, dan kau tahu. Aku juga merasa aneh kau akan menjadi anakku. Please jangan panggil aku mama atau sebutan lainnya. Panggil aku seperti biasa saja" jelas Rachel.
"Mana bisa begitu. Kamu akan jadi ibunya, sayang dan kau harus menerimanya" potong Sean.
"Yaya, terserah kau saja, Sean" kata Rachel.
"Kau lihat, pa? Rachel marah denganmu sekarang. Papa harus menerimanya. Rachel belum bisa menerima semua ini. Lagipula ini salah papa juga, kenapa naksir sama dia yang dari segi umur. Itu jauh sekali dan salah kau juga Rachel" kata Peter yang sedang memeluk Rachel.
"Sudahlah, ayo kita pergi. Kita harus ke sana secepatnya" kata Sean.
Peter mengajak Rachel masuk ke mobil dan melajukan mobilnya ke tempat tujuan. Rachel terkejut karena mereka membawanya ke krematorium dan mendadak Rachel juga ingin menemui orang tuanya.
"Chel, kita harus bertemu mama dulu. Tidak apa-apa kan?" kata Peter yang menoleh ke arah Rachel.
"Ya" jawab Rachel singkat. Hanya itu yang bisa ia ucapkan.
Mereka selesai mengunjungi mamanya Peter. Tidak tahu kenapa Rachel merasa lega. Karena mungkin, Sean juga menceritakan semuanya dan meminta restu untuk menikahkannya secepatnya. Dan satu hal lagi yang paling mengejutkan Rachel. Peter nangis. Jarang sekali melihat seorang laki-laki nangis. Rachel berusaha menenangkannya tadi. Dan sekarang mereka keluar dari krematorium lalu memulai perjalanan mereka.
"Ayo, kita mau kemana sekarang?" tanya Sean.
"Makan!" jawabku bersamaan dengan Peter.
"Kalian ini memang punya kontak batin yang bagus" ucap Sean lalu tersenyum.
Mereka pun memutuskan untuk makan makanan Jepang. Baik Rachel, Sean maupun Peter sangat suka makanan Jepang.
"Aku masih tidak menyangka, aku bisa menyukai seorang pria yang sudah memiliki anak seumuran denganku" kata Rachel.
"Aku juga tidak menyangka bisa mencintai perempuan yang seumuran dengan anakku" kata Sean.
"Dan aku lebih tidak menyangka lagi kalo sahabatku akan menjadi ibuku dan tidak menyangka juga kalo dulu ayahku mencintai perempuan yang sama denganku" kata Peter yang membuat semua orang diam.
"Kenapa kalian diam? Aku bilang dulu bukan sekarang, pa, chel. Kau tahu aku sangat senang melihat Rachel bisa denganmu. Karena dengan begitu ia tidak akan terpisah dariku juga. Dan aku lebih senang lagi karena setelah papa menikahinya ia akan serumah denganku" kata Peter.
"Bayangkan saja, nanti sewaktu kita jalan bersama pasti akan ada yang mengira Rachel itu adalah pacarku. Dan itu akan seru karena papa akan cemburu nanti. Lihat saja" lanjut Peter lalu tertawa.
Rachel juga tertawa mendengar cerita itu karena menurutnya itu pasti akan terjadi. Sedangkan Sean hanya bisa diam menatap mereka berdua.
"Jangan marah, Sean. Itu akan terjadi dan kau harus menerimanya" kata Rachel yang masih tertawa.
"Tidak ada yang lucu, sayang. Kau harus membelaku tapi kenapa kau ikut tertawa" kata Sean sebal.
"Karena itu lucu" jawab Rachel.
Tak lama kemudian seorang pelayan datang membawa pesanan mereka. Sean pun berinisiatif untuk menanyakan sesuatu.
"Permisi sir, menurutmu perempuan ini cocok dengan siapa? Saya atau anak saya" tanya Sean dengan berani. Padahal ia sudah mengira jawabannya akan zonk.
"Permisi sir? Itu pacar anakmu, jangan pernah kau naksir dengan pacar anakmu sendiri. Maaf, saya harus kembali bekerja" kata pelayan itu lalu pergi begitu saja.
Tawa Peter dan Rachel meledak. Rachel tahu ini memalukan, dan ia juga seharusnya merasa malu. Tapi tingkah Sean yang begitu bodoh menanyakan hal itu membuat Rachel tertawa lepas. Dan akhirnya Sean juga ikut tertawa.
"Aku tak menyangka, ini terjadi di kehidupanku" kata Sean.
- The End -
================================
Hola, maaf baru update lagi. Semoga ceritanya nyambung yaa, sebenarnya aku juga gak tahu mau nulis apalagi. Tapi karena di part sebelumnya aku nulis belum the end ceritanya. Jadi aku menambah cerita ini yang ada di otakku saja. Dengan ini saya nyatakan 'What?' Sudah The End. Mungkin aku akan menulis cerita baru lagi. Dan aku akan mengumumkannya. Dan terima kasih untuk kalian yang udah mau meluangkan waktu untuk membaca cerita yang tidak jelas arahnya kemana ini ❤ xoxo
KAMU SEDANG MEMBACA
WHAT?
Teen Fiction#1 in Indo (April 2019) #1 in ceritaindo (Feb 2021 til Apr 2021)