Part 5

15.1K 273 12
                                    

"Kenapa? Harus bertemu dengannya di sini? Cukup di universitas aja. Aku sudah cukup malu dan cukup benci dengannya" pikir Rachel.

"Kau baik-baik saja?" tanya Sean yang lagi mengambil garpu serta sendoknya dan siap-siap akan makan.

"Oh, tidak apa-apa, sir" jawab Rachel sopan.

"Lanjutkan makanmu, tadi sepertinya kau makan sangat lahap kenapa setelah ada saya, kau jadi diam. Tak usah malu dengan saya" kata Sean.

"Pede banget nih orang" batin Rachel.

"Oh! Dan lagi, ku dengar kau dapat beasiswa?" tanya Sean.

"Iya, sir" kata Rachel lalu melanjutkan makannya.

"Ohh" lalu hening.

Rachel dan Sean melanjutkan acara makan mereka masing-masing. Dan sekarang Rachel yang membuka suara untuk ngomong karena dia merasa suasana ini sangat aneh.

"Hmm, kalo boleh tanya, sir ngajar apa di univ?" tanya Rachel basa-basi.

"Kau tidak tahu? Padahal aku cukup dikenal sama orang-orang kampus atau mahasiswa mahasiswi yang baru masuk" kata Sean yang memulai sombongnya lagi.

"Apaan lagi nih orang? Gue rasa gue salah ngajak ngomong dia" pikir Rachel.

"Saya ngajar Matematika dan guru ekstra juga" kata Sean.

"Oh" jawab singkat Rachel. Dan sekarang, ia tidak akan mengajak ngobrol lagi. Cukup hening seperti ini.

Mereka sudah selesai makan dan kekenyangan. Bukan Sean, tapi Rachel. Ternyata porsi mango sticky ricenya terlalu besar. Dan itu tidak bisa kalian sebut sebagai dessert.

"Permisi sir, saya pulang duluan" pamit Rachel cepat.

"Baiklah, perlu ku antar? Apartemenmu dimana?" Tanya Sean.

"Tidak, tidak usah" jawab Rachel cepat. "Oh, tidak, maksudku, apartemenku tidak jauh dari sini. So, it's okay" sambung Rachel lagi dengan berjalan mundur. Dan alhasil ia menabrak tong sampah.

"Ya ampun, kau ceroboh sekali? Kau tidak apa-apa?" tanya Sean yang cekikikan. Sean tak bisa menahan tawanya.

"Tidak apa-apa" jawab Rachel lalu ia pergi dari sana. Berjalan dengan secepat mungkin sedangkan Sean masih berdiri dan masih tertawa.

Keesokan paginya, Rachel siap-siap untuk pergi ke sekolah dan tak lupa menyimpan formulir ekstra s.musik itu ke tasnya. Ya, setelah ia mikir semalaman, ia memutuskan untuk mencoba ke ekstra itu. Jadi ya, kalo berhasil ya berhasil. Kalo enggak, ya gak papa.

Untuk sarapan hari ini, ia mampir ke Starbucks terdekat dan ia membeli sandwich dan americano seperti biasa. Di pagi hari, ia memang harus banget minum kopi. Setelah itu ia pun beranjak ke sekolah.

Sesampai di sekolah, yang paling pertama ia lakukan adalah ke ruang musik dan memberikan formulirnya ke Hailey. Lalu ia langsung menuju ke kelasnya untuk sarapan.

Seperi semalam, segrombol perempuan masih tetap merapat di tempat Peter. Aku sebenarnya pengen juga ikut kumpul di sana. Tapi aku mengurungkan niatku karena terlalu fanatic sepertinya?

Sambil ia sarapan, ia mendengar beberapa orang mengatakan:
"Hai, kau Peter? Perkenalkan aku Selena"
"Hai, kenapa kau ganteng sekali?"
"Dia ganteng tapi dia juga sangat diam"
Begitulah seterusnya. Aku juga jadi males. Sambil ia makan, ia merasa seseorang dari belakang berjalan menuju tempatnya.

Ya, itu Peter.

"Haii, gue boleh duduk di sini?" tanya Peter, ia menunjuk sampai ke tempat samping mejaku.

"Tentu, kau bebas mau duduk di mana saja" kata Rachel. Setelah itu, ia mulai mendengar bisikan-bisikan para perempuan itu.

"Tak usah peduli dengan mereka, gue juga males dengan mereka" kata Peter yang melihat Rachel risih.

"Oh, bukan. Gue hanya tak enak dengan mereka" kata Rachel lalu mengigit sandwichnya itu.

"Sudahlah, biarkan saja. Oh ya, sesudah pulang sekolah, kau ada acara mau kemana?" tanya Peter padaku, tentunya.

"Mungkin aku akan pergi ke market terdekat dan membeli bahan makanan untuk ku masak di rumah" kata Rachel yang masih melanjutkan gigitannya.

"Kau bisa masak?" tanya Peter terkejut.

"Ya, kenapa?" tanya Rachel aneh.

"Jarang guelihat perempuan yang bisa masak. Oh, bolehkah aku ikut denganmu setelah pulang sekolah? Aku belum ingin pulang tapi kalo tidak boleh juga gak papa" tanya Peter.

"Tentu, gue sangat senang ada yang menemaniku" kata Rachel tersenyum.

Setelah itu pelajaran pun dimulai. Hari ini rasanya lewat begitu cepat karena selama di kelas, ia hanya bercerita dengan Peter. Memang, semua perempuan itu melihatku dan membisikkan yang enggak-enggak tentangku. Tapi aku tidak terlalu peduli dengan itu. Rasanya, Peter saja sudah cukup.

"Yuk, buruann" kata Peter.

"Iya, sabar dikit" kata Rachel yang masih menyusun bukunya ke dalam tas.

"Aku udah gak sabar" kata Peter yang sudah menunggu Rachel di depan pintu.

"Sebenarnya gue yang mau belanja atau lo sih?" tanya Rachel yang lari menuju tempat Peter.

Sekarang mereka sudah bisa mengobrol dengan santai. Saat mereka keluar, mereka ketemu Sean. Peter menyapanya tapi Rachel tidak. Rachel hanya menundukkan kepalanya karena ia masih malu dengan kejadian semalam.

================================
Selesai! Habis buat part ini. Btw, maaf ya kalo banyak typo, aku tadi baca part 4 dan ternyata ada beberapa yang typo. Vommentnya jangan lupa ya, xx

WHAT?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang