Part 6

13.2K 234 4
                                    

Peter mengajak Rachel ke market termurah di kota ini. Mereka mulai masuk dan mulai berbelanja.

"Kalo boleh tahu, kau darimana asalnya?" tanya Peter yang membantu mendorong stroller belanjaan Rachel.

"Aku? Actually, gue berasal dari sini. Tapi waktu umur gue sekitar 7 tahun gitu, bokap nyokap gue pengen pindah ke kota kecil gitu di Freastland" kata Rachel.

"Freastland?" tanya Peter.

"Ya, di sana kek kota kecil gitu. Gak terlalu banyak bangunan makanya gue memutuskan untuk pindah ke sini buat masuk univ" kata Rachel.

"Dan orang tua lo?" tanya Peter.

"Udah gak ada sekitar 3 tahun" jawab Rachel yang menatap Peter.

"Sorry" kata Peter.

"Gak papa. Oh ya, karena hari ini lo udah nemenin gue. Jadi besok gue bakal bikinin lo sarapan. Gue cuma ngingetin biar lo gak keburu kenyang nanti" kata Rachel dengan senyumnya lagi.

"Yes, dimasakin. Lo mau masak apa?" tanya Peter yang sedang menatap Rachel.

"Kamu mau dimasakin apa? Saranin kalo gue tahu cara masaknya, mungkin gue bakal masakin" kata Rachel yang malah balik nanya.

"Terserah deh. Gue mah udah mau dimasakin aja, udah syukur. Jarang banget dimasakin di rumah" kata Peter dengan senang.

"Ok, lihat besok deh, gue moodnya makan apa" kata Rachel lalu kembali memilih bahan makanan yang diperlukan.

"Ok" jawab Peter cepat.

Setelah mereka selesai belanja, mereka pun pulang ke apartemen Rachel. Sebenarnya, Rachel sudah meminta Peter untuk pulang saja. Tapi Peter ingin membantu Rachel membawakan kantong belanjaan yang banyak itu.

"Capek sekali" ucap Rachel pelan.

"Makanya jangan menolak tawaranku lain kali. Kau baru memegang dua kantung plastik itu saja sudah bilang capek apalagi kau pegang limaa" kata Peter yang meletakkan kantung plastiknya ke dalam apartemen.

Rachel hanya bisa cengar-cengir mendengar perkataan Peter. "Duduklah dulu, kau perlu minum" kata Rachel mempersilahkan Peter untuk duduk.

Peter pun duduk di sofa milik Rachel sambil memperhatikan ruangan milik Rachel tersebut.

"Maaf, masih berantakan. Gue belum sempat beres-beres" kata Rachel lalu memberikan secangkir air putih untuk Peter.

"Tidak apa-apa, apa perlu bantuan lagi? Gue bakal senang banget kalo bisa bantu lo" tanya Peter lalu meminum secangkir air putih itu hingga habis.

"Sepertinya, untuk hari ini. Cukup. Kau bisa membantuku lain kali" kata Rachel menolak.

"Gue gak apa-apa. Gue bisa bantu jika kau mau" kata Peter menawarkan diri lagi.

"Cukup untuk hari ini. Kau bisa membantuku lain hari" kata Rachel yang tetap menolak.

Sejujurnya, Rachel memang sangat memperlukan bantuan untuk beres-beres apartemennya ini. Tapi, tidak mungkin Peter lagi. Karena ia sudah cukup lelah untuk hari ini.

"Ya, ya. Baiklah" kata Peter pasrah.

"Oh dan sebaiknya kau pulang setelah ini. Kau harus istirahat dan mandi. Dan aku juga" kata Rachel.

"Kau mengusirku?" tanya Peter yang pura-pura marah.

"Bukan, bukan begitu. Tapi kau harus .. " jelas Rachel.

"Ya, ya, aku ngerti. Aku akan pulang. Selamat malam dan sampai jumpa besok" pamit Peter lalu keluar dari apartemennya.

*

Rachel mulai memasak, hari ini ia sudah berjanji kepada Peter untuk memasakannya. Dan ia juga merasa bersalah atas kejadian semalam. Tidak terlalu special sarapan hari ini. Karena tidak punya waktu untuk masak di pagi hari.

Ia hanya membuat nasi goreng seafood dan telur dadar. Ia membuat dua kotak. Satu untuknya dan satu untuk Peter. Setelah selesai, ia memasukkan kotak makan itu ke tasnya dan pergi ke sekolah.

Sesampai di sekolah, ia melihat banyak sekali orang yang mengerumuni mading. Ia penasaran, ia menanyakan kepada salah satu mahasiswi di sana. Sebenarnya ada apa dan ia menjawab, "Itu hasil pemilihan beberapa orang yang masuk ke ekstra s.musik untuk diaudisi lusa"

Karena rasa penasaran Rachel yang semakin meningkat, ia menerobos masuk ke gerombolan itu. Dan ia berhasil. Sekarang tugasnya hanya mencari namanya. Tidak perlu waktu lama ia menemukan namanya di nomor 5.

Rachel sangat senang melihat namanya tercantum di sana. Tapi ia masih harus melewati audisi lagi untuk bisa diterima di sana. Karena mungkin mereka hanya memilih yang mempunyai potensi.

Rachel pernah menjadi penyanyi di salah satu cafe kecil yang ada di kotanya. Ia juga sempat memenangi kontes menyanyi di kotanya itu. Menyanyi memang adalah hobi Rachel dan hobinya itu terus berkembang sampai sekarang.

Rachel pun menuju ke kelasnya, setelah ia keluar dari gerombolan itu. Seperti biasanya, ia melihat Peter dikelilingi para perempuan di kelas. Dan ada beberapa juga yang bukan dari kelas mereka.

"Haii" sapa Peter yang melambaikan tangannya ke arah Rachel.

Para perempuan yang tadi mengerumuni tempat Peter itu. Sekarang bubar. Dan itu bagus.

"Hai, kau tidak marah denganku?" tanya Rachel.

"Marah kenapa?" tanya Peter.

"Soal kemarin" kata Rachel

Peter tertawa, "Ya, enggaklah, gue cuma bercanda kalii. Gue juga tahu lo capek dan gue juga capek, ya semalam memang udah waktunya gue pulang" kata Peter.

"Gue pikir lo marah beneran, ternyata gue diboongin. Oh ya, sesuai janji gue, udah gue masakin" kata Rachel yang sedang membuka tasnya.

"Mana mana?" tanya Peter histeris.

"Nih" Rachel memberikan kotak makannya ke Peter.

"Gue beneran excited banget" kata Peter.

================================
Hulahulaa, part 6 udah selesaiii. Maaf kalo ada typo. Masih manusia biasa. Vote dan commentnya ya, jangan lupa. Love❤, xx

WHAT?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang