Kejadian itu sudah berlalu setahun yang lalu, Peter dan Rachel sekarang semakin dekat, begitu juga Rachel dan Sean. Mereka juga semakin dekat. Di sekolah maupun di luar sekolah. Bahkan mereka sering makan bertiga.
Jika kalian pikir, kami bertiga baik-baik saja sewaktu makan bersama. Semuanya akan terlihat nyaman-nyaman saja. Kalian salah! Gue kelihatan seperti orang biasa yang makan dengan dua orang yang paling terkenal di dunia.
Semua orang akan melihat ke arah kita, sewaktu kita makan di kantin. Ataupun terkadang makan di luar sekolah. Bukan mereka yang dilihat tapi gue. Seakan-akan gue emang gak pantes buat makan sama mereka.
Tapi seiring berjalannya waktu, semuanya terlihat biasa saja. Gue yang tadinya malu dilihatin orang, sekarang enggak. Karena sudah terbiasa. Dan gue juga sekarang sudah biasa sewaktu dapat gosip, gue itu cewek murahan, cewek gak tahu diri, dan lainnya. Terserah! Gue gak peduli.
"Hi, Pete. Kok mau sih sama cewek itu?" tanya salah satu cewek yang lewatin kita.
"Karena dia gak gatel kayak lo" jawab Peter sinis dan sekaligus geli.
Gue ketawa keras waktu liat reaksi cewek tadi. Mukanya mendadak jijik sama Peter.
"Lo ngak liat muka cewek tadi, mendadak jijik gitu" kata Rachel yang masih ketawa.
"Biarin aja, ngeselin banget liat orang kek gitu" kata Peter yang masih berjalan di samping Rachel.
"Btw, ayah lo kerja apa, Pete?" tanya Rachel tiba-tiba
Peter POV'
Gue benar-benar terkejut karena pertanyaan Rachel. Ngak tahu kenapa, tapi Rachel menanyakan pertanyaan yang udah gue takutin dan udah gue hindarin dari hari dimana gue tahu dia (Rachel) kenal ayah gue, Sean.
"Dia kerja, dosen juga" kataku pelan.
"Ohh. Pete, nemenin gue ya ke toko buku, bisa gak?" tanya Rachel.
'Baguslah ia mengubah topik' pikirku.
"Sorry nih, bukan gue ngak mau nemenin. Tapi gue mau pergi udah janji sama papa, jadi ngak bisa keknya kalo hari ini" kataku dengan muka memelas.
"Ya udah deh, gue sendiri hari ini. Pisah ya di sini, bye" kata Rachel yang melambaikan tangannya lalu pergi begitu saja.
Rachel POV'
Karena enggak ada yang nemenin, jadi gue langsung pulang ke tempat gue. Gue memutuskan untuk membersihkan kamar itu, mulai dari nyapu, cuci piring, rapihin tempat tidur dan lainnya. Dan nggak terasa sudah jam tujuh-an.
Ia beranjak ke dapur untuk makan malamnya. Sewaktu ia mencari mangkuk, ia menemukan tempat makan dari Sean waktu itu. Ia jadi berinisiatif untuk masak besok buat Sean sebagai tanda terima kasih dan maaf karena tempatnya baru bisa ia kembalikan.
Ia mengecek kulkas, apakah ada makanan yang bisa ia masak atau tidak. Lalu ia beranjak untuk mengambil sebuah note dan menuliskan sesuatu di sana.
Setelah itu, ia pun beranjak tidur, tanpa menunggu lama ia sudah berada di alam lain.
Sean POV'
"Pete, berangkat bareng ngak?" tanya Sean pada Peter dari luar kamar Peter.
"Iya, bentar" jawab Peter singkat.
Mereka pun berangkat bareng ke sekolah. Baru kali ini berangkat barengan seperti ini. Itu pun Peter menyuruhku untuk berangkat pagi-pagi agar tidak ketahuan.
Aku tak tahu kenapa, Peter tidak suka teman-temannya tahu bahwa aku adalah ayahnya. Aku pernah tanya sekali dan ia hanya jawab 'Takut mereka segan'. Setelah itu gak pernah lagi. Dan juga di sekolah, Peter selalu memperlakukan aku adalah dosennya dan bukan ayahnya.
Terkadang aku ingin, ia memanggilku atau mencariku kalo ada masalah di sekolah dan berunding bersama seperti ayah dan anak pada umumnya. Tapi itu tidak pernah terjadi.
Hari ini, aku menyuruhnya untuk ikut aku ke ruangku sebentar. Karena ada yang mau ku kasih. Yang mau ku kasih adalah kalung dari ibunya. Sarah, istriku, memang pernah menyuruhku untuk memberikan kalung ini pada Peter sesaat sebelum ia meninggal.
Aku belum memberikan kepadanya sampai sekarang. Dulu, Peter masih shock dan terkadang ia tidak mau ngomong sama sekali denganku jadinya aku belum kasih dia sampai sekarang.
"Ini" kataku, lalu memberikan kalungnya itu.
"Apa? Kalung?" tanya Peter yang menatap kalung itu.
"Dari mama, katanya buat kamu" kataku pelan dan melihat reaksi Peter.
Reaksinya Peter pertamanya sangat datar. Sampai beberapa detik kemudian aku melihat air matanya sudah jatuh ke pipinya. Aku pun hanya bisa memeluknya tanpa ngomong sedikitpun.
Rachel POV'
Gue udah siap hari ini. Bekal sudah selesai. Gue bawa tiga bekal. Untukku, Peter dan Sean. Aku pun pergi ke sekolah dengan cepat. Karena gue malu kalo mau ngasih langsung ke orangnya jadi gue harus datang lebih cepat dari Sean.
Sesampainya di sekolah, tanpa mampir ke kelas dulu. Gue langsung ke ruang Sean. Tapi sebelum masuk aku melihat Sean sedang memeluk seseorang. Tapi kelihatannya gue kenal cowok itu. Tak lama kemudian, mereka melepas pelukannya.
Seperti yang gue duga, gue mengenal cowok itu, karena itu adalah Peter. Tapi Peter kenapa? Dan kelihatannya dia menangis. Gue pun meninggalkan kotak bekal itu di depan pintu dan dengan secepat kilat gue pergi dari sana.
Gue langsung ke kelas, duduk dan mikir. Gue penasaran, gue pengen nanya tapi gue takut. Tak lama kemudian, Peter datang dengan wajah lesunya.
"Woi! Kenapa muka lo lesu gitu sih?" tanyaku pura-pura.
Dia masih diam. Dan gue pun diam. Hening. Tapi gue ngerasa ini aneh, jadi gue pun nyari topik lagi.
"Oh ya, ini, gue bawain bekal. Tadi pagi masak dikit jadi skalian aja gue bawain buat lo" kataku yang menyodorkan kotak bekal itu ke mejanya.
Hening.
"Lo pasti udah liat gue di kelas sir Sean kan?" tanya Peter tiba-tiba.
Gue diam, gak tahu mau jawab apa.
"Gue tahu, gue gak bakal bisa sembunyiin ini lama-lama" kata Peter lagi.
Gue masih diam.
"Dia, Sean, adalah ayah kandung gue"
================================
Part 11 selesaiii! Semoga kalian suka dan gue ngerasa alur ceritanya rada aneh sih. Tapi ya udahlah ya, semoga kalian suka dan maaf klo typo bertebaran. See you di next part, xx
KAMU SEDANG MEMBACA
WHAT?
Teen Fiction#1 in Indo (April 2019) #1 in ceritaindo (Feb 2021 til Apr 2021)